Jumat, 31 Desember 2010

The Dark and The Light Wings (Chapter 6)

Shin Hyunyoung story…

“Hyunyoungie…. Tanganmu terasa hangat sekali, gomawo.”
“Ah anii… ini bukan apa-apa kok, aku takut oppa jatuh ke sungai saat tertidur.” Jawabku asal.
“Ahahahaha…. Aku tahu arti dari genggaman tanganmu, kau menyukaiku kan?”
Aku terdiam dalam bisu, lalu Hyunseung oppa mendekati wajahku.. semakin dekat….. semakin dekat….


“Yak, yak, yak~~!! Bangun, jangan senyum senyum begitu.” Suara Doojoon oppa terdengar lantang sekali di telingaku, pipiku terasa ditepuk tepuk dengan sesuatu yang besar, membuatku sontak bangun dan tidak sengaja menubruk dahi oppa hingga ia tersungkur.
“Omo omo… oppa, gwechana?” tanyaku khawatir. “Mian, tadi aku sedang mimpi indah hehehehehe.”
Doojoon oppa bangkit dari tempatnya terjatuh lalu mengelus dahinya berkali kali, “Astaga, mimpi indahmu membuat dahiku benjol Hyunyoung-sshi. Dan dahimu itu terbuat dari apa sih? Kenapa saat terbentur rasanya dahiku mau robek?”
“Aish kau terlalu berlebihan oppa.” Jawabku sambil bangkit dari kasurku, “Oppa lapar? Mau kumasakkan sesuatu?”
“Anii, aku tadi sudah makan kimchi fried rice, kau mau coba? Masih ada sisa di ruang makan. Aku menyisakannya untukmu.” Jawab Doojoon oppa sambil mengikutiku ke ruang makan. “Cobalah sedikit, biarpun begini aku pintar masak loh, hehehehe.”
Aku mengangguk sambil membuka tudung saji, nasi goreng kimchi yang dimasak oppa masih agak mengepul, pasti enak. “Aku makan ya oppa. Selamat makan.” Jawabku seraya mengambil sendok dan menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutku. Astaga, enak sekali~~
“Yak, bagaimana? Enak tidak?” tanya oppa yang duduk di sampingku dengan wajah antusias.
Aku mengangguk senang, “Nee. Gamsahabnida~~ aku lapar sekali, dari kemarin malam belum makan.” Jawabku sambil sibuk menyendok nasi.
“Hooh syukurlah kalau kau suka. Kau tahu? Hyunri yang mengajarkanku.” Jawabnya bangga, “Oh, HPmu sepertinya bergetar. Kuambilkan ya.”
Aku mengangguk sembari melahap nasi goreng kimchi buatan doojoon oppa yang benar-benar enak. Maklumlah, setelah kemarin malam menaiki kapal bebek dengan Hyunseung oppa di tengah tengah hawa yang dingin, aku jadi lapar. Hehehehehe
“Nih, ada satu pesan ternyata,” jawab Doojoon oppa. Aku segera membersihkan isi piring, menaruhnya di tempat cucian piring dan segera membaca pesan itu.

From: Hyunseung oppa

Annyeong Hyunyoungie :) hari ini kita jadi kan jalan-jalan keliling kota?


Aku tak bisa berhenti mengulum senyum, rasanya aku tidak percaya kalau aku sedekat ini dengan Hyunseung oppa. Kini kami bisa saling mengirim pesan atau menelpon satu sama lain. Benar-benar menyenangkan~~

To: Hyunseung oppa

Annyeonghaseo oppa. Tentu saja jadi, aku siap2 dulu ya :)


“Tampaknya kau gembira sekali saat membaca pesan itu.” Celetuk Doojoon oppa sambil mencuri pandang kea rah layar HPku, “Pesan dari siapa sih?”
“Dari Hyunseung oppa.” Jawabku antusias. “Kami akan berjalan-jalan keliling kota hari ini. Tidak apa-apa kan aku meninggalkan oppa sendirian lagi di rumah?”
Doojoon oppa tersenyum sambil berkata, “Gwechana dongsaeng. Nanti siang aku bisa menelepon Junhyung untuk menemaniku sehabis ia pulang kerja, atau mungkin akau akan berjalan-jalan menghabiskan malam. Kalau kau pulang larut, kirimi aku pesan teks ya.”
Aku mengangguk seraya bangkit untuk pergi ke kamar mandi, namun tiba-tiba Doojoon oppa menarik lenganku sehingga aku jatuh terduduk. “Aish oppa, apaeyo~~!!” keluhku. “Ada apa lagi?”
Doojoon oppa malah menatapiku lekat lekat dengan mata hitam kelamnya, membuat aku merasa terhisap kedalamnya. Namun kemudian ia berkata.. “Hyunyoungie, kamu tahu dan mengerti kan…. Kalau orang-orang yang ada disekitar kehidupanmu ini…. Mencintaimu?”


2 jam kemudian..

Tiiin tiiiiin~~!!! Klakson mobil dibunyikan dan terlihat Hyunseung oppa yang keluar dari mobil dan menyapaku.
“Oh, annyeonghaseo oppa.” Aku balas menyapanya sambil membungkuk hormat. “Hari ini kita mau kemana?”
“Terserah kamu saja, yang penting kamu menikmatinya.” Jawab Hyunseung oppa sambil mengangkut tasku dan membuka pintu untuk penumpang. “Kaja, nanti rencana bisa dibicarakan selama perjalanan.”
Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil yang sudah dinyalakan mesin penghangatnya. Oppa segera masuk dan menjalankan mobilnya.
“Nah…. Jadi hari ini kita mau kemana?” tanya Hyunseung oppa lagi. Aku masih melihat-lihat keadaan sekitar mobilnya, aku tidak menyangka oppa yang kerja di amusement park ternyata mempunyai mobil *terpukau*
“Molla, terserah oppa saja. Kan hari ini kita keliling kota sepuas kita.” Jawabku netral.
“Oke kalau begitu.” Jawab Hyunseung oppa puas. “Ngomong-ngomong… bagaimana keadaan Doojoon hyung?”
“Keadaannya sudah membaik kok sejak kemarin.” Jawabku. “Bahkan ia membuatkanku nasi gireng Kimchi tadi pagi. Enak sekali, katanya ia mempelajari resepnya dari unnieku.”
“Jinjjaeyo? Wah lain kali aku haru kerumahmu untuk mencobanya.” Ujar Hyunseung oppa. “Sudah satu tahun aku tidak mencoba masakan Hyunri-sshi, rasanya rindu sekali. Aku harap masakan hyung benar-benar serupa dengan masakan Hyunri-sshi.”
“Ya kalau menurutku sih mirip. Eh?” tiba-tiba aku melihat 2 orang yang kukenal di pinggir jalan, “Oppa oppa, bisa berhenti sebentar? Aku melihat Yoseob dan Miyoung unnie.”
Mobil direm pelan-pelan sehingga jarak mobil dengan kedua orang itu cukup jauh, “Yoseob bersama seorang yeoja? Apakah ini nyata, siapa yeoja itu?” gumam Hyunseung oppa.
“Nee, lihat.. dia bersama Miyoung unnie. Beliau adalah rekan baruku di midimarket.” Jawabku sambil mengintip lewat kaca spion. “Aku curiga dengan gerak-gerik mereka berdua. Oppa mau tidak kalau kita ikuti mereka?”
“Boleh-boleh saja.” Jawab Hyunseung oppa ringan. “Kalau ternyata mereka kencan, kan aku bisa meledek Yoseob habis-habisan. Hahaha” Eh? Dasar Hyunseung oppa jahil~~~

~~~~~

Sun Miyoung story..

Kemarin..

“Yeoboseo Yoseobie….” Aku menelpon Yoseob sesudah ia mengantarkanku pulang ke rumah. “Gomawo, sudah mengantarku pulang… aku merasa senang sekali.”
Yoseob tertawa dan menjawabku, “Ohohoho nee, gwechana. Sekalian aku ingin mengucapkan selamat atas keberhasilanmu menjadi karyawan terbaik bulan ini, noona. Chukka hamnida..”
Suara Yoseob yang agak serak karena flu tidak menggambarkan kalau ia cukup antusias dengan keberhasilanku menjadi karyawan di midimarketnya bulan ini. Aku tahu ia hanya berpura-pura, sesungguhnya mungkin ia kesal karena biasanya ia lah yang memegang gelar itu.
“Noona, masih disana?” tanya Yoseob yang membuyarkan lamunanku.
“Nee, mianhae tadi aku sedang mengerjakan sesuatu.” Jawabku berspekulasi. “Yoseobie… untuk merayakan keberhasilanku, bagaimana kalau aku mentraktirmu jalan-jalan besok?”
Yoseob cukup terkejut dengan pengakuanku lalu berkata, “Tidak apa-apakah noona? Lalu kita mau kemana nanti?”
“Kemana saja, nanti bisa kita rencanakan saat di perjalanan. Jadi…. Kamu mau kan menemaniku?” tanyaku ragu-ragu. Aku takut ia masih tersinggung karena prestasinya kurebut bulan ini.
“Oke,” jawab Yoseob ringan. “Besok kita bertemu jam 8 ya di depan midimarket.”


.....

Itaewon, keesokan harinya….

Yoseob berhenti di tengah jalan, wajahnya kaku dan alisnya mencuat naik. Aku yang belum pernah jalan dengannya langsung manghampirinya yang masih terdiam beberapa meter dari lokasiku.
“Yoseobie, gwechana?” tanyaku takut-takut. “Apa kau sakit perut atau semacamnya? Atau kau lapar? Kau mau kita makan dimana?”
Ia langsung menormalkan wajahnya seperti biasa dan berkata, “Aniiyo, tadi aku merasa seperti ada seseorang yang mengikuti kita. Tapi sepertinya tidak ada.”
“Jinnjaeyo?” jawabku sambil menengok ke kanan dan ke kiri, “Apa yang mengikuti kita adalah yeoja chingumu? Omo… jadi kita harus menjaga jarak dong, ottokke?”
Tanpa kusadari, Yoseob menarik lenganku yang sempat menjauh darinya, “Aniiyo noona, aku tidak punya yeoja chingu.” Jawabnya sambil tertawa. “Aku pikir yang mengikutiku adalah Hyunseung hyung.”
“Mwo? Siapa Hyunseung itu?” tanyaku sambil melanjutkan langkah kami.
“Dia adalah sunbae ku. Mungkin seumuran dengan noona, jadi… kita mau kemana? Apa kita mau membeli……”
Saat Yoseob sedang bercerita panjang lebar, tidak sengaja pandanganku tertuju pada tengkuknya. Kulihat sebuah garis besar seperti tato yang berwarna merah pekat terukir disitu. Sepertinya garis itu membentuk sebuah gambar di punggungnya, tapi….. gambar apa ya?
“Oh, noona…. Kau tidak mendengar ucapanku?” tanya Yoseob yang lagi-lagi membuyarkan pikiranku. “Apa ada yang aneh di kerah belakang jaketku?”
“Anii anii…. Mianhae, akhir-akhir ini aku sering melamun.” Ucapku sambil melihat ke sekeliling. Bagaimana kalau kita pergi makan ke Mok Schwei Don Na? ada dukbokki yang enak disana.”
Yoseob mengangguk sambil merapatkan jalannya denganku. Rasanya aku senang sekali melihatnya dekat denganku saat ini. Kenapa ya?

.....

“Gamsahabnida untuk makanannya, aku akan memakannya sekarang~~” ucap Yoseob sambil tersenyum. Aku mengangguk dan kami berdua mulai memakan dukbokki dengan tusuk gigi. Rasanya pedas dan panas, cocok untuk makanan di musim dingin.
“Bagaimana, enak tidak? Kata temanku dukbokki disinilah yang paling enak.” Ujarku sambil meniup niup rice cake yang mengepul ngepul di tusuk gigi yang aku pegang.
Yoseob mengangguk dengan mulut yang penuh, “Um~!! Memang enak sekali noona. Untung kau mengajakku kesini.”
Kami sibuk makan berdua sambil mencari cari tempat duduk yang ada. Aku masih memperhatikan garis merah seperti tato yang mencuat di ujung leher Yoseob, rasa penasaranku semakin besar. Aku harap aku bisa melihat tato secara keseluruhannya kalau seadainya itu memang benar-benar tato.
“Yak noona, kok kau melihat leherku terus sih??” aku terkejut saat Yoseob menyadari lehernya yang aku perhatikan terus. “Andwae… aku malu kalau diperhatikan seperti itu. Memang ada yang salah dengan leherku?”
aku menggeleng kuat-kuat karena takut ketahuan dan takut Yoseob marah padaku, “Aniiyo, tadi ada lalat yang menempel cukup lama di lehermu.”
“Jinjjaeyo? Kok aku tidak merasakannya?” ujar Yoseob sambil mengangkat tudung jaketnya lebih tinggi dari sebelumnya. Aku tidak suka keadaan ini, aku segera berdiri dan mencoba membuat Yoseob mengakui, kalau ia sebenarnya tidak suka kalau aku menjadi karyawan bulan ini. Sekalian menanyakan garis merah yang ada di tengkuknya.
“Yoseobie… aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” Ucapku terang-terangan. Yoseob melebarkan matanya seakan ada rahasia yang ia sembunyikan selama ini.
“A… apa itu Miyoung noona?” jawabnya sambil berusaha tenang. “Mungkin aku bisa menjawabnya, hehe.”
Aku menelan ludah dan segera meluncurkan kata-kataku, “Sebenarnya kau marah kan karena aku berhasil mengalahkanmu menjadi karyawan bulan ini?! Benar kan?”
Suasana ramai yang tadi kurasakan, kini menjadi sepi. Yang kurasakan hanya aku dan Yoseob, tidak ada yang lain… hanya kami yang saling bertatapan dan wajahku yang memerah karena menatap wajah kekanakan Yoseob yang menggetarkan hatiku *caelah bahasanya*
Yoseob tersenyum sambil menunduk sebentar, lalu menatapku lagi dan….. ia memegang tanganku…
“Buat apa aku marah akan hal itu noona? Jadi inikah yang kau sembunyikan dari tadi? Rasa penasaran ini? Tanya Yoseob. Tangannya yang yang hangat terasa sangat……. *speechless*
“Nee… tapi kenapa kau yang bisa menebak perasaanku?” tanyaku sambil masih berdiri dan berniat untuk duduk lagi. “Lalu….. masalah garis merah yang ada di lehermu….”
Saat aku hendak duduk, tiba-tiba kaki kananku terjegal oleh kaki Yoseob yang panjang dan alhasil aku jatuh terjerembap dan tanganku tergores jalanan dan rasanya perih sekali.
“Oh Miyoung noona~~!!! Gwechana?! Jesonghabnida, maafkan kakiku yang babo ini.” Yoseob segera membantuku bangun. Lagi-lagi kami melakukan skinship yang membuat jantungku berdebar-debar, astaga apa yang kau pikirkan sih Minyoung???
Yoseob mengangkat pergelangan tanganku yang tergores tadi. Ia membersihkannya dari kerikil kecil yang masih menempel, dan mengeluarkan plester dari kantung tasnya.
“Yoseobie…. Kenapa kau minta maaf? Kan aku yang tidak sengaja terjegal oleh kakimu. Berarti aku yang babo dong.” Jawabku sambil terkikik geli. “Dan…. Mulai sekarang bisakah kau memanggilku tanpa noona lagi? Aku merasa sangat tua sekali kalau kau memanggilku seperti itu, padahal kita hanya berbeda 1 tahun”
“Baiklah kalau maumu seperti itu. Oh iya, ini dukbokki ku untukmu saja. Kan punyamu sudah ja…..” Yoseob tiba-tiba menghentikan kata-katanya, lalu berteriak. “Yak Hyunseung hyung, Hyunyoung-sshi~~!!! Sudah kuduga kau mengikuti kami ya??”
Aku menengok ke belakang dan mendapati mereka berdua sedang mengintip dibalik rerumputan.

Bersambung...

Kamis, 23 Desember 2010

The Dark and The Light Wings (Chapter 5)

Park Sunghyo story..

“Suatu hari, sayapku ini bisa berubah kalau salah satu dari kawanan itu merubah sayapnya.” Ucap Kikwang beberapa bulan yang lalu. “Apa perasaanmu juga akan berubah terhadapku?”
Aku menggeleng kalem dan mulai bertanya, “Apa kenangan kita dan sifatmu juga akan menghilang dan berubah kalau warna ini…, menjadi gelap?”
“Kurasa tidak,” Kikwang menempelkan kedua tangannya di pipiku, “Asal Chubbyku tidak merubah perasaannya terhadapku.”


Drrrrrrrt drrrrrrrrrrrrrrt HPku bergetar tak berhenti. kupencet pencet untuk mematikan suara HP yang kupikir suara alarm, saat aku membuka mataku yang kulihat adalah foto Kikwang dengan satu pesan yang belum terbaca.
Aku membuka pesan, dan terkejut saat membacanya.

From: My Holly

Jagiya, Dongwoon sudah merubah bulunya. Dan itu mempengaruhiku.


.....

“Sakit tidak saat berubah warna?” tanyaku sambil mengelap keringat Kikwang. Karena efek perubahan itu, ia jatuh sakit dan ia mengalami demam tinggi.
“Anii, tapi tubuhku rasanya lemas sekali, bulunya rontok dan berganti lah menjadi bulu baru.” Ucap Kikwang sambil terbatuk-batuk, “Jagi, hari ini kamu tidak kerja?”
“Lebih baik aku menemanimu dulu sampai besok? Tidak apa—apa kan?” tanyaku “Kamu kan tinggal sendirian. Kalau kau tidak bisa bangun dari tempat tidur seperti ini, nanti kamu tidak makan seharian dong?”
Kikwang memejamkan mata dan menarik selimut hingga mencapai wajahnya, “Aku tidak bisa pakai baju karena pergantian warna simbol membuat kulitku perih. Hah…. Semoga aku bisa menerima keadaan ini.”
“Tapi aku masih bingung, kenapa bukan Yoseob atau Hyunseung oppa yang berubah? Kenapa harus kau?” tanyaku sambil melihat lihat punggung Kikwang yang memerah seperti dipukul dengan sapu lidi
“Karena umurku tidak jauh darinya. Kami ditakdirkan untuk berpasangan.” Jawab Kikwang. “Malaikat bersayap hitam bukan hanya karena ia telah melakukan kesalahan. Tapi karena pasangannya merubah warna bulunya.”
Aku mengangguk angguk sambil mengelap punggung dan seluruh badannya yang panas dengan air dingin, “Hajiman… kalau kasusnya Junhyung oppa itu berbeda kan?”
“Nee, ia tidak bisa merubah warna bulunya sebelum ia jatuh cinta dan memiliki pasangan.” Ucap Kikwang, “Ah jagiya, bisa buatkan makanan? Aku sangat lapar~~”
Aku mengangguk dan segera mengecek lemari es yang ada dirumah Kikwang, “Mwo? Kok lemari es mu kosong? Jadi aku harus belanja dong?”
“Jinjja? Aku belum memeriksa lemari es nya.” Ujar Kikwang dari kamarnya, “Yasudah tinggalkan saja aku disini, kamu pergi ke midimarket tempat Hyunyoung ya? tidak apa-apa kan?”
“Gwechana, arraseo.” Jawabku sambil mengecek dompet yang isinya makin menipis. Ya Tuhan, kapan ummaku memberikan uang bulanan untukku? Aku bisa kehabisan uang kalau ia tidak kunjung mengirimiku~~

~~~~~

Shin Hyunyoung story..

“Annyeong… oh, yoeboseo Yoseob-sshi?” aku melihat Yoseob sedang mencatat barang-barang bersama seorang yeoja yang tidak kukenal.
“Oh Hyunyoung-sshi, ini kerabat kita yang baru. Miyoung noona.” Jawab Yoseob sambil tetap mencatat barang yang yeoja itu pegang.
Aku menunduk dalam-dalam kepada yeoja itu, sungguh senang rasanya memiliki karyawan baru di shift pagi, “Annyeonghaseo unnie. Shin Hyunyoung imnida.”
“Nee annyeonghaseo~” jawabnya sopan dan ramah, kulihat Yoseob senyum senyum sendiri di sebelah Miyoung unnie. Ada apa dengannya? Aneh sekali~
Kling kling…. Pintu midimarket terbuka, oh.. pagi pagi begini sudah ada tamu?
“Annyeonghaseo~ ada yang bisa dibantu?” aku menunduk dalam-dalam melihat seorang namja berperawakan tinggi dengan rambut berwarna kuning dan kulit yang putih. Pasti ia seorang turis yang tidak sengaja mampir kesini untuk membeli sesuatu,
“Oh annyeonghaseo. Selamat pagi.” Miyoung unnie dan Yoseob ikut-ikutan membungkuk hormat. “Welcome to Midimarket, can we help you?”
Astaga, namja ini kan turis ya? kok aku bisa lupa berbahasa Inggris sih?!@#$#@ babo sekali diriku~ “Oh Im sorry, Im forgot to speak English. Can I help you? What do you want? Ciggarette or some fresh drink? Blablablablablabla” *Capek ngetik bahasa inggris*
Tidak kuduga, tiba-tiba namja itu tertawa dan berbicara. “Hahahahaha kalian ngomong apa sih? Ini aku, Son Dongwoon.”
Namja itu membuka kacamatanya, dan tersenyum puas setelah menipu kami dengan penampilannya.
Astaga~~~ kenapa si Arabian Prince berubah menjadi American Prince?!?!?! *lebay mode on*

.....

“Noona, kau mau langsung pulang?” tanya Dongwoon yang melihatku memasukkan kartu absen. “Bagaimana kalau kita ke tempat Minri dulu? Sekalian bertemu Hyunseung hyung.”
Aku mengendikkan bahuku, “Molla, Doojoon oppa masih sakit. Aku harus menjaganya.”
“Bukannya ada Junhyung hyung disana?” tanya Dongwoon, “Ayolah~~ aku bayari deh. Aku juga ingin bertemu dengan yeoja chingu….”
Dongwoon langsung menutup mulutnya dengan panik. Apa yang kudengar tadi? Yeoja chingu? “Mwo, kau sudah jadi namja chingunya Minri??? Whoaaaa Chukkae~~!!”
Namja yang kini seperti turis itu menggaruk garuk rambut kuningnya yang baru, “Gamsahabnida. Noona kapan nih dengan Hyunseung hyung? Hehehehe”
“Mwo? Apa yang kau katakan Dongwoon-sshi?! Kami saja belum akrab sama sekali.” Pekikku malu, “Kenapa tidak tanya Yoseob saja? Tadi ia terlihat senyam senyum saat bersama Miyoung unnie.”
Yoseob yang tahu kami sedang membicarakan dia langsung melotot, “Anii… tidak bolehkah aku tersenyum? Boleh kan Miyoung noona?”
Miyoung unnie menunduk sambil menahan tawa, astaga dia sangat manis sekali saat tertawa seperti itu. Yoseob yang ceria dan Miyoung unnie yang lembut, sangat cocok sekali~~!!
“Kaja, nanti kuantar pulang kalau Minri mau pulang sendiri.” Dongwoon menarik lengan jaketku dan berpamitan, “Yoseob hyung, Minyoung noona, kami duluan ya~!!”
Dongwoon menyalakan motornya dan menyuruhku duduk di jok belakang, ia menjalankan motornya dengan kecepatan standar karena angin musim dingin yang sangat menggigit.
Badan Dongwoon yang lebar menutupi badanku dari angin dingin, dan lama-lama membuatku mengantuk.
Ah Hyunseung oppa. Im coming~~

~~~~~

Yong Junhyung story..

Bisa kudengar suara bulu yang berguguran, dan tumbuh menjadi bulu suci yang indah…
Mungkinkah, itu Dongwoon?


Aku berlari mencari sumber suara yang dihasilkan oleh bulu yang berguguran itu, dan kini aku berhenti di sebuah rumah yang sangat kukenal.
“Ini kan.. rumah Minri? Jangan bilang kalau….” Aku segera melesat masuk ke dalam halaman rumah Minri dan menemukan bulu-bulu hitam berserakan di depan pintu rumahnya.
Aku mengumpulkan bulu itu dan menaruhnya di tong sampah, kulirik jendela kamar dengan lampu menyala dan gordennya sedikit terbuka. Aku melesat tanpa suara mendekati jendela itu.
Aku mengintipnya, aku melihat Minri dan Dongwoon sedang berbincang. Mereka tampak bahagia meskipun tubuh Dongwoon memerah karena pergantian warna symbol di punggungnya.
Mereka tertawa, lalu Dongwoon mencium bibir yeoja kecil itu. Mereka saling mencumbu dan bercinta…
Tubuhku merosot dibalik jendela dibalut hawa dingin dan salju, betapa menyenangkan menjadi Dongwoon. Bulu gelapnya kini menjadi suci kembali, karena ia berhasil mendapatkan jodohnya.
Kapan giliranku?


Aku menatapi lenganku yang terkena minyak panas karena memasak kentang goreng pesanan pelanggan. Benci sekali harus menyembuhkan diri di hadapan orang-orang normal seperti karyawan lain, dan ngomong-ngomong, dimana Sunghyo? Kenapa ia tidak kunjung datang?
“Yak, Sunghyo tidak masuk ya?” aku bertanya pada salah satu staff yang sedang membungkus nasi dan mengisi gelas-gelas dengan softdrink.
“Nee, namja chingunya sedang sakit dan ia merawatnya. Mungkin besok ia akan datang.” Jawabnya.
Aku mengangguk sambil mengangkat kentang yang sudah berwarna kuning keemasan, kesukaan semua pelanggan disini. Setelah menaruhnya di bungkusan, aku melihat kalender. Sebentar lagi tahun baru ya?
“Liburan besok kau mau kemana?” tanya staff yang sedang mengipasi dirinya dengan sterofoam yang tidak terpakai. Mungkin karena suasana dapur yang memang super duper panas.
“Aku mau pulang kampung menemui yeoja chinguku.” Ucap staff yang tadi sedang membungkus nasi. “Musim semi tahun depan aku akan melamarnya. Aku harap dia mau menerimaku apa adanya kehidupanku sekarang ini, mungkin kalau sudah menikah akau akan membawanya kemari”
Aku mendengus pelan. Cinta, yeoja chingu, menikah, melamar, beberapa hal yang kini sedang tidak ingin kudengar. Tapi tidak mungkin aku melarang mereka membicarakannya kan?
“Tugasku sudah selesai. Sudah jam 5 sore kan?” ucapku pada mereka. Para staff hanya mengangguk sambil membicarakan rencana liburan mereka. Kuambil kartu absen dan segera menyingkir dari tempat yang penuh manusia itu.
Hari ini benar-benar sepi, tidak ada Sunghyo yang menggangguku dengan pertanyaan-pertanyaannya yang ingin tahu segala hal tentang duniaku. Biarpun aku tidak suka sikapnya yang sok dewasa itu, tapi aku merasa sepi tanpanya hari ini, ia sedang sibuk dengan Kikwang yang juga mengalami perubahan terhadap bulu sucinya. Kini ia sama denganku dan Doojoon hyung, apakah ia juga berubah karena permasalahan cinta seperti aku dan hyung?
Kalau diingat ingat, bulu kegelapan kami terbentuk karena kesalahan di masa lalu. Kasusnya mungkin sama dengan apa yang Dongwoon lakukan kemarin malam, ditambah dengan pengakuan yang sama seperti Doojoon hyung lakukan. Intinya kesalahanku dua kali lipat besarnya.
Aku menatapi tulisan-tulisan yang merambat di lengan kananku. Kalau memikirkan masa lalu, tulisan ini mengeluarkan energi panas. Begitu juga yang ada di dada kiriku.
Rasanya sangat menyiksaku….

~~~~~

Shin Hyunyoung story..

“Dongwoon-sshi~~!!” sambut Minri antusias. Mereka berpelukan dan terlihat seperti seorang namja memeluk anaknya, sangat lucu.
Aku melihat Hyunseung oppa yang sedang mendekat kea rah kami bertiga, aku membungkuk dalam-dalam dan menyapanya, “Annyeonghaseo oppa, tugas kalian sudah selesai? Oh iya, mana Kikwang-sshi?”
“Annyeonghaseo Hyunyoung-sshi, hari ini Kikwang tidak masuk karena sakit.” Ucap oppa. “Bagaimana harimu, baik-baik saja kan?”
“Um~!” jawabku antusias, “Oppa, lihat~!! Arabian prince kita berubah menjadi turis, ia mengecat rambutnya~~”
Ekspresi Hyunseung oppa berubah menjadi terkejut dan matanya terbelalak cukup lama, ia memegangi Dongwoon dan mengucapkan bahasa yang tidak kumengerti. Minri menatapi mereka berdua sambil tertawa-tawa, bahkan ia ikut mengobrol?? Astaga, itu bahasa apa sih?! Aku juga ingin mempelajarinya~~
“Jesonghabnida, kalian bicara bahasa apa sih? Aku juga mau diajarkan dong.” Pintaku sambil menginterupsi mereka bertiga. Tapi yang mereka lakukan hanya menertawakanku, aish menyebalkan sekali~~~
“Kami hanya bercanda canda saja, Hyunyoung-sshi.” Ucap Hyunseung oppa sambil menepuk pundakku. “Oh iya, di sekitar sini ada danau dengan kapal bebek yang bisa dikendarai. Nanti kita kesana bersama ya?”
Kapal bebek? Pasti sangat menyenangkan. Aku mengangguk menyetujui ajakan oppa.

.....

“Yak Hyunyoung-ah, air disini tidak membeku loh. Hebat kan?” tanya Hyunseung oppa. Aku mengangguk gugup karena kami berdua duduk sangat dekat, setiap gerakan yang ia buat pasti akan menyentuh bagian badanku. Membuat jantungku berdebar-debar, karena aku baru pertama kali melakukannya.
“Eh, kau kedinginan ya?” tanya oppa. Dan tanpa kusadari, ia membuka jaket nya dan menaruhnya di pundakku, “Kau saja yang pakai. Aku takut kau masuk angin.”
“Gamsahabnida.” Aku memakai jaketnya, hmmmmmm wangi Hyunseung oppa sangat khas. Tidak terlalu maskulin atau feminism. Tapi tidak bau juga, wanginya seperti udara segar. “Wangi oppa seperti embun pagi, sangat segar namun ringan.”
Ia tersenyum lagi dan berkata, “Aku tidak pernah pakai minyak wangi apapun, tapi kau bilang wangiku seperti udara. Kau menyukainya?”
“Emmmm nee.” Jawabku malu-malu, “Aku tidak pernah merasakan wangi yang seperti ini oppa. Bagaimana bisa wangi yang ringan seperti ini hanya berasal dari sabun yang oppa pakai setiap mandi?”
“Molla, kupikir tidak.” Jawab Hyunseung oppa. “Sabun dan shampoo yang kupakai, wanginya cepat sekali hilang. Oh lihatlah, ada kunang-kunang disana~~”
Aku mendongak mengikuti jari Hyunseung oppa menunjuk. Benar apa yang ia katakan, banyak sekali kunang-kunang memijarkan cahayanya. Membuat suasana semakin hening dan syahdu *cihuy*
“Unni bilang, kunang-kunang berada di sekitar orang yang mempunyai hati yang bersih dan tulus.” Ucapku sambil menyenderkan diri di kursi kapal. “Kunang-kunang juga berada di sekitar kita apabila kita merasa senang dan nyaman.”
Tiba-tiba Hyunseung oppa menyenderkan kepalanya dan menghela nafas. “Benar juga ya, aku juga merasa senang dan nyaman sampai-sampai aku mengantuk.”
Wajahku memerah dan aku hanya bisa menyenderkan kepalaku diatas kepalanya. Kunang-kunang yang enggan pergi membuat suasana semakin romantis sekaligus membuat jantungku berdebar-debar
Kulihat oppa yang sudah terlelap dan pelan-pelan kugapai tangannya dan menggenggamnya lembut. Tangan Hyunseung oppa begitu hangat meskipun hawa di sekitar danau semakin dingin….

Bersambung..

Sabtu, 18 Desember 2010

The Dark and The Light Wings (Chapter 4)

New cast: Sun Miyoung


Yang Yoseob story..

“Astaga, sudah jam segini dan aku masih dirumah? Aigooo~~!!” seruku sambil menyiapkan sepeda dan mengayuhnya cepat-cepat, ottokke? Aku takut kalau nanti Dongwoon menjaga sendirian, ia tidak begitu hafal harga-harga barang dan bisa saja pelanggan yang iseng menipunya.
Brak Brak~!! Kuparkir sepedaku secepatnya dan ketika aku membuka pintu midimarket…
“Annyeonghaseo, Yoseob-ah.”
Eh, siapa yeoja ini? Kok dia pakai baju kerja midimarket ini? Lagipula.. kenapa dia tahu namaku? Padahal aku belum menggunakan nametag ku.
“Yoseob hyung, kaja. Kau terlambat.” Ujar Dongwoon di meja kasir. “Cepat ganti baju dan gantikan aku menginput semua datanya.”
Aku mengangguk kebingungan kea rah Dongwoon dan yeoja disebelahnya yang sepertinya Minri, lalu aku menghadap yeoja ini. “Anu…. Yeoboseo? Jesonghabnida, aku tidak mengenalmu.”
Yeoja itu hanya tersenyum sambil menata snack snack di dalam rak yang menghadap kea rah wajahnya, dan ia berbicara. “Bisakah kau membaca nametag ku dari posisimu?”
Aku melongok melihat nametag miliknya, Sun Miyoung. Begitulah namanya. “Hajiman…. Kok kau tahu namaku? Kan aku belum memakai nametag ku. Apa kita pernah kenal sebelumnya?”
“Aku pindahan dari midimarket di cabang yang berbeda, kepala cabang selalu bercerita tentang etos kerjamu yang bagus. Dan aku memutuskan untuk pindah kesini dan melihatmu, Yeoseobi.” Jawabnya ramah. “Annyeonghaseo. Sun Miyoung imnida. Kita saling bekerja keras ya?”
Ia menjulurkan tangannya yang kecil dan langsing, waw…. Yeoja sederhana ini sangat ramah sekali menurutku, kugenggam tangannya dan kami saling berjabat tangan.
“Daebak~~!!!” ujar Minri yang masih duduk disebelah “Tapi, ppali Yoseob-ah. Kalau tidak, Dongwoon akan merusak system kasir karena ke tidak tahuannya. Aish Dongwoon-sshi, menyingkirlah dari situ dan tata barang2nya seperti biasa.”
“Aiiiiii Minri noona, kenapa kau sama saja seperti Hyunyoung noona?” keluh Dongwoon sambil menyingkir dari meja kasir, “Ngomong-ngomong… Hyunyoung noona kok belum terlihat ya?”
“Dia merawat Doojoon hyung yang sedang sakit.” Ujarku sambil berlari ke ruang ganti dan menjawab pertanyaan Dongwoon dengan berteriak-teriak. “Hyung diusir dari kost2annya dan menunggu di depan rumah Hyunyoung hingga nyaris membeku.”
“Ah jinjja? Kalau begitu kita harus menengok oppa malam ini.” Ujar Minri . “Yak Dongwoon-sshi, kok kau malah bercermin sih? Bantu Minyoung dong.”
Aku keluar dari ruang ganti dan segera ke meja kasir untuk menginput harga-harga barang yang baru masuk ke midimarket, kulirik Minyoung yang sedari tadi tekun menyelesaikan tugasnya sambil tersenyum puas. Dan melihat Dongwoon yang sibuk di ujung ruangan dengan tugas-tugasnya juga.
“Miyoung adalah yeoja yang sedikit bicara banyak bekerja,” komentar Minri. “Hati-hati loh Yeoseob-ah, bisa saja ia menjadi sainganmu dalam masalah karir ini.”
Tanpa sadar aku mengerutkan dahiku bingung, “Maksudmu bagaimana Minri-ah?”
“Saat ia berkenalan dengan kami, kulihat tatapan matanya. Penuh obsesi akan kemenangan, perfeksionis.” Bisik Minri. “Sebaiknya kau berhati-hati, bisa saja pak kepala cabang memindahkanmu karena semangat kerjanya lebih tinggi darimu.”

~~~~~

Yong Junhyung story..

Aku tahu dia mencintai namja itu, tapi… bisakah ia mengerti kalau aku juga sangat membutuhkannya?
Bisakah ia mengerti kalau aku juga menyayanginya seperti Doojoon hyung menyayangi mendiang kekasihnya?
Aku tidak ingin terlibat perselisihan dengan namja suci itu. Tapi aku sungguh-sunguh mencintainya.
Aku ingin kembali seperti dulu, suci seperti bayi yang baru dilahirkan…


“Junhyung oppa,” Sunghyo tiba-tiba menarik tangan kananku dan menemukan tulisan panjang yang terukir disana. “Kau membuat tato lagi?”
Aku hanya bisa tersenyum getir mendengar pertanyaan Sunghyo, “Bermasalahkah kalau aku menggunakan tato? Toh ini bukan dibuat di tukang tato, ini muncul dengan sendirinya.”
“Jinjja? Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan oppa?” Sunghyo merapihkan meja meja restoran sambil menatapku takut, “Sudah kubilang kan jangan melakukan hal kriminal yang membuat beliau murka.”
Aku menatap Sunghyo sinis, “Yak, aku tidak melakukan apa-apa dan tulisan ini muncul begitu saja di lenganku! Aku sudah bertaubat, aku tidak akan melakukan hal yang sama untuk yang kedua kalinya, arraseo?!”
“Jesonghabnida, aku hanya khawatir dengan kondisimu oppa.” Ujar Sunghyo yang sudah selesai membereskan beberapa meja karena sebentar lagi kita akan pulang. “Kau tahu kan kalau semakin banyak tulisan muncul di tubuhmu, maka kau….”
“Aku tahu.” Potongku cepat, “Tapi… apa jatuh cinta kepada yeoja yang sudah menyukai orang lain itu salah ya?”
Sunghyo menggeleng kuat kuat sebelum pergi ke ruang ganti baju, “Di dunia kami ada persaingan. Jadi semuanya sah sah saja sebelum yeoja itu memiliki seorang kekasih. Tapi….. Kikwangie bilang, di duniamu itu hal yang terlarang.”
Aku berdecak kesal dan memukul meja dapur yang ada di depanku. Kenapa takdir harus mengatakan bahwa aku tidka boleh mencintainya? Padahal, dengan mencintai lagi seorang yeoja dengan hati yang tulus bisa menghapus dosaku dan menjadikanku seperti dulu.
Rasanya kepalaku pusing sekali, aku tidak ingin musnah, aku tidak ingin binasa. Tuhan, maafkanlah salah satu mahlukmu yang begitu frustasi untuk meminta maaf padamu ini.
“Oppa, gwechana?” tanya Sunghyo sambil memegang pundakku. “Cari saja yeoja lain, jangan dia. Kumohon… demi hidup dan matimu.”
“Tidak berguna membicarakannya disini, lebih baik kita pulang saja. Kuantar kau ke tempat Kikwang…. Aaaaaaarrrrgh!!” Belum sempat menyelesaikan kata-kataku, rasanya kepalaku seperti terhantam batu. Pertanda salah satu kerabatku akan melakukan sesuatu yang merugikanku.
“oppa, gwechana? Sepertinya inderamu sedang beraksi.” Jawab Sunghyo mendekatiku dan menyenderkanku di tembok. “Dongwoon, atau Doojoon oppa?”
Aku memijat mijat kepalaku yang sakitnya luar biasa. Kemampuan inderaku terus berjalan dan berjalan sehingga akhirnya aku menemukan sesuatu, “Doojoon brengsek!! Kaja, kita ke rumah Hyunyoung.”
“Mwo? Ada apa dengannya? Tidak mungkin kan Doojoon oppa melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Hyunyoung-sshi?!” tanya Sunghyo yang berlari mengikutiku.
“Molla, terserah kau kalau mau ikut atau tidak. Tapi aku akan pergi kerumah Hyunyoung untuk minta penjelasan.” Jawabku getir, “Sungguh sungguh merepotkan..”
Aku keluar restoran dan menatapi awan-awan yang menurunkan salju putih yang membuat tubuhku terlihat kontras dengan bola bola kecil warna putih…
Warna putih, warna yang sangat kudambakan sejak kehidupanku berubah menjadi hitam…

~~~~~

Shin Hyunyoung story..

Sudah hampir 5 jam aku terbungkam oleh tubuh Doojoon oppa yang lemah dan tidak terbangun dari tidurnya ini. Aku hendak menyingkirkannya, tapi aku takut ia akan terbangun dan kondisinya tidak berangsur membaik. Dan di satu sisi, aku juga ingin keluar dan melakukan aktifitasku.
Ottokke?
Tok tok tok…. Terdengar suara pintu dan namja yang berteriak dari luar, “Hyunyoung-sshi~~!! Buka pintunya!!”
Aduh, bagaimana ini? Bagaimana aku bisa membuka pintu kalau tubuhku saja masih tertimpa tubuh Doojoon oppa yang panas dan tak kunjung bangun ini~~~
“Anu…. Buka jendela samping saja!! Tidak dikunci kok!!” aku berteriak menyuruh namja itu masuk lewat jendela yang kebetulan ada di dalam kamarku. Astaga, Doojoon oppa bangunlaaaaaaah~~~
Sesaat setelah berteriak, kulihat mata oppa perlahan terbuka dan nafasnya mulai teratur kembali. Ia terkejut melihatku yang tertimpa olehnya.
“Hyunyoung? Sejak dari tadi kah kau disini?! Mian.. mianhae!!” serunya.
Sebelum aku menjawab Doojoon oppa, tiba2 Junhyung oppa melesat melewati jendela kamar dan mengangkat kerah baju Doojoon oppa dengan geram.
“Apa yang kau lakukan terhadap Minsu hah? Aku melihatnya dari sana~!! Kurang ajar!!”
Doojoon oppa memengangi tangan Junhyung oppa dengan ekspresi yang bingung, “Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa terhadap Hyunyoung.”
“Kau menimpanya kan?! Kau ingin melakukan sesuatu terhadapnya kan?!” Junhyung oppa mulai emosi.
Ia akan melayangkan pukulannya kea rah Doojoon oppa. Tapi sebelum pertengkaran semakin parah, aku berteriak..
“Doojoon oppa sedang sakit! Ia hanya pingsan dan tidak sengaja menimpaku~~!! Sekarang berhenti memeganginya seperti itu, Junhyung oppa~!!”

.....

“Hyunyoung-sshi, mianhae.” Ujar Junhyung oppa yang menemaniku menonton TV di ruang keluarga. Doojoon oppa kembali tertidur setelah ia makan malam dengan kami semua, sementara Junhyung oppa memutuskan untuk pulang malam pada pukul 12 nanti.
“Gwechana oppa, tapi.. kenapa kau bisa tahu?” tanyaku bingung. Kuganti ganti saluran TV yang dari tadi hanya menampilkan acara TV yang membosankan.
“Molla… saat di restoran tadi, kepalaku rasanya sakit dan… kupikir mungkin terjadi sesuatu padamu.” Jelasnya. “Kau tahu kan? Sejak dulu… kalau menyangkut masalah tentangmu, kepalaku tiba-tiba terasa sakit.”
“Jadi.. seharusnya aku dong yang meminta maaf? Hehe” gurauku. “Kita sudah saling kenal sejak unnie masih kuliah, aku kenal Yoseob Dongwoon Kikwang dan Hyunseung oppa sudah nyaris 2 tahun. Kita semua seharusnya dekat kan?”
“Tapi kita semua sibuk dengan urusan kita masing-masing.” Ujar Junhyung oppa merebut remotenya dariku, mematikan TV dan menatapku. “Kita semua dipusingkan dengan perasaan kita masing-masing.”
Aku mengangguk lalu menyenderkan kepalaku di badan oppa sambil memegangi lengan kanannya. “Yak oppa, kau punya tato lagi? Apa arti dari tulisan ini.”
Junhyung oppa mendekatkan wajahnya sambil berbisik, “Take a hold of today. And only believe in the word ‘tomorrow’ in the smallest way you can.”
Wajahnya semakin dekat dengan wajahku, pandangan matanya membuatku tak bergerak. Dan kedua lengannya menarik tubuhku semakin dekat dengan tubuhnya…
“Hhhh hari yang memusingkan, mianhae.” Ia menempelkan dahinya di dahiku seraya memelukku.

~~~~~

Min Minri story….

“Theme Park yeoja, apa kau sudah absen?” tanya Hyunseung oppa sambil menarik kartunya dari mesin absen. “Tidak kusangka kita bertiga bisa bekerja di shift malam bersamaan. Padahal tadi aku dan Kikwang memang tidak sengaja bangun kesiangan, tapi ternyata kau juga berhalangan hingga masuk shift malam.”
“Iya, aku juga tidak tahu kok kita bisa satu shift lagi ya? hahaha.” Ucapku getir, “Aku duluan oppa.”
Hyunseung oppa melambaikan tangannya ke arahku, sekarang sudah jam 8 malam tapi kendaraan yang berlalu lalang masih banyak. Aku memanggil taksi dan memintanya untuk mengantarku pulang ke rumah.
Tiba-tiba HPku berbunyi tanda satu pesan masuk..

From: Umma

Sayang, kami semua pergi ke luar kota selama 2 malam. Tolong jaga rumah ya, mianhae.


Astaga, jaga rumah lagi disaat saat seperti ini? Anii~~
Aku menutup pesan dari umma dan menyetop taksi yang sudah sampai dirumahku, kemudian membayarnya dan membuka pagar untuk masuk rumah.
Tiba-tiba HPku berdering tanda telepon masuk, dari namja chinguku… rasanya hatiku sakit sekali, aku ingin memutuskannya tapi selalu tertunda. Dan kali ini aku bersungguh sungguh akan melakukannya.
“Yeoboseo?” aku mengangkat teleponnya. “Aku sudah sampai rumah, hari ini aku shift malam.”
“Jinjja? Kau bawa syal kan saat disana? Hati-hati ya salju sedang banyak-banyaknya turun loh.” Ujarnya panjang lebar. “Di dekat rumahku saja tadi sedang badai dan beberapa rumah….”
“Jagiya, mianhae. heeojigo gaja…” aku memotong pembicaraannya dengan mengucapkan kata-kata itu. Ia terdiam dan aku juga terdiam, suasana mendadak sangat sepi disekitarku.
“Waeyo?” tanyanya bingung sekaligus syok.
“Jarak kita sangat jauh, kehidupan kita juga jauh berbeda. Aku bukan yeoja yang cocok untukmu.” Aku berusaha berbicara tenang walaupun rasanya ingin menangis. “Maafkan aku karena selama ini telah berbohong padamu, sejujurnya aku sudah tidak tahan dengan hubungan yang seperti ini.”
Kupikir ia akan memintaku untuk mempertahankan hubungan kami, tapi ia malah berkata. “Maafkan aku juga ya, sebenarnya aku sudah punya yeoja chingu lain. Dia adalah rekan kerjaku” jawabnya penuh sesal. “Jaga dirimu disana, kita saling memaafkan ya karena ketidak jujuran ini. Arraseo?”
“Nee. Annyeong…” jawabku sambil menutup pembicaraan. Aku berjalan gontai menuju pintu depan dan duduk disana. Tangisku meledak begitu saja, kegalauanku mungkin sudah hilang… tapi kenangan2 yang terputar ulang lagi di pikiranku membuat semuanya terasa menyedihkan.
Aku menyeka airmata yang membuat pandanganku buram, kulihat pintu pagar dan menemukan Dongwoon yang berdiri mematung disana. Dongwoon? Kenapa ia bisa ada disini?
“Do…. Dongwoon-sshi? A… ada apa?” aku mengelap hidung dan mataku ketika ia masuk ke dalam rumahku dengan langkah yang lebar.
“Seharusnya aku yang bertanya ‘ada apa’ kepadamu noona.” Jawab Dongwon menghampiriku dan mencengkram kedua pundakku, “Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis noona?”
Aku menggeleng, Dongwoon tidak perlu tahu kesedihan kecil seperti ini. “anii… hanya agak sedih karena keluargaku meninggalkanku keluar kota. Hajiman…. Kenapa kau bisa ada disini? Rumahmu kan jauh dari sini?”
“Kepalaku pening sekali dan aku memutuskan untuk jalan-jalan dengan motorku.” Jawab Dongwoon. “Memang semua orang dirumah noona pergi kemana?”
Dongwoon menatapi mataku lekat-lekat, membuat bicaraku menjadi terbata bata. “A.. anu…. Mereka pergi ke luar kota. Aku….. aku ditinggal sendirian dirumah.”
Tiba-tiba Dongwoon bangkit dan berjalan mendekati pagar, “Bohong, tega2nya noona berbohong padaku.” Ucap Dongwoon dingin. Aku yang mendengarnya langsung kalap dan ketakutan. Aku tidak ingin sendiri lagi, aku ingin Dongwoon disini untuk sesaat saja. Kumohon Dongwoon kembalilah…
“Maafkan aku Dongwoon-sshi~!! aku putus dengan namja chinguku yang dulu. Aku tidak bisa berhubungan jarak jauh seperti ini, namun ia baru jujur padaku tadi~!! Ternyata dia sudah punya kekasih lain!!” ucapku sambil sesenggukan. “Mianhae Dongwoon-sshi, jangan tinggalkan aku malam ini. Andwaeeeeeee~~!!!”
Tangisku semakin deras saat mengucapkan kalimat barusan. Kenangan-kenangan saat aku masih bersamanya terputar ulang kembali, saat menyesakkan dada. Dan kini Dongwoon akan meninggalkanku karena aku berbohong padanya, sungguh malam ini aku benar-benar sendiri.
“Kenapa tidak bilang kalau itu menyangkut masalah perasaan noona?” tiba-tiba sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhku. Ternyata Dongwoon kembali dan memelukku di depan pintu rumah. “Aku hanya memarkir motorku di dalam rumah, tidak apa-apa kan?”
Aku tidak menjawabnya, hanya sibuk mengusap pipiku yang basah. Cuaca membuat pipiku merah dan membeku, sebeku perasaan ini.
“Noona? Apakah kau mencintai seseorang apa adanya?” Dongwoon melebarkan kakinya hingga ke punggungku sehingga kini posisi kami berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. Jantungku rasanya melejit karena baru pertama kalinya aku merasa sedekat ini dengannya.
“Nee,” jawabku singkat. Dongwoon masih melingkari tangannya disekitar pundakku.
“Meskipun… orang yang kau cintai bukanlah manusia sempurna?” tanya Dongwoon lagi.
Aku hanya bisa mengangguk karena aku mulai kebingungan dengan pertanyaan Dongwoon. Seakan ia bisa membaca isi hatiku, tiba-tiba Dongwoon berkata.
“Apakah kau mencintaiku noona? Apa kau akan mencintaiku dengan tulus meskipun aku lebih muda darimu?”
“Do.. Dongwoon-sshi, apa yang ingin kau ucapkan?” tanyaku bingung. Pandangan matanya tajam sekali, sehingga diriku dibuat beku olehnya.
“Yang ingin kuucapkan adalah….. aku mencintaimu noona, aku mencintaimu.” Jawabnya sambil terengah engah, “Aku akan jadi malaikatmu, menjagamu disampingku, melindungimu walaupun aku harus mati.”
Wajahku memerah, bagaimana aku bisa tidak tahu kalau ia menyukaiku? Padahal kami selalu bersama… tapi, kenapa ia mampu menebak perasaanku sementara aku tidak?
“Apa kau menyukaiku, meskipun aku hanya hooobaemu?” tanya Dongwoon sekali lagi. “Aku bersungguh sungguh noona, kalau tidak percaya… dengarkan detak jantungku. Pegang dadaku…”
Aku menuruti sarannya dan ternyata memang benar, detak jantung kami berderu cepat dalam satu tempo yang sama… tapi kesedihan sekaligus kegembiraan ini membuat kepalaku pusing.
“Nado, Dongwoon-sshi.” Jawabku singkat.. “Jantungmu berdetak kencang seperti milikku, maafkan aku yang tidak jujur ini. Tapi…. Aku sudah menyukaimu semejak kita bertemu.”
Dongwoon tersenyum senang dan matanya berkaca-kaca.” Jinjja? Noona…. Kau membuatku ingin meledak…”
Dongwoon melepaskan pelukannya dan menaruh tangannya di pipiku. Wajahnya mendekat.. mendekat… dan berakhir dengan bibir hangatnya yang menempel di bibirku. Aku memejamkan mata merasakan kehangatan hati Dongwoon dan memeluknya kuat-kuat, rasanya cahaya terang menyelubungi Dongwoon meskipun aku tak melihatnya….
Saat ia melepaskan ciumannya, aku membuka mata….. dan terlihat tubuh besarnya yang terselubung bulu bulu hitam. Pakaiannya terkoyak parah disekitarnya…
“Akan kujelaskan nanti, noona.” Jawabnya sambil mengelus pipiku, dan menciumku lagi…

Bersambung..

Minggu, 12 Desember 2010

The Dark and The Light Wings (Chapter 3)

Yoon Doojoon story..

“Sayang, kau benar-benar mencintaiku kan?” tanyaku suatu hari kepada Hyunri. Ia mengangguk sambil menunjukkan senyum lembutnya yang keibuan.
“Kenapa kau bertanya seperti itu, yeobo?” tanya nya sopan.
“Tidak apa-apa, aku berharap kau masih bisa mencintaiku meskipun kau akan tahu kondisiku yang sesungguhnya….”

Aku terbangun karena teringat dengan percakapanku dengan Hyuri. Sudah lebih dari satu tahun, tapi masih terbayang di pikiranku..
Kusadari kini aku tidak berpakaian, hanya memakai celana pendekku. Dan disebelahku meringkuk yeoja yang lebih tua dariku. Tanpa busana juga….
Oh iya, aku teringat. Kemarin teman-teman SMPku mengadakan reuni dan aku bertemu yeoja ini di kafe setelah pertemuan itu selesai, ia memintaku menemaninya kemarin malam dan ia berjanji akan membayarku keesokan paginya.
“Mmmmmmh sudah bangun?” tanya yeoja itu dengan pose menggodanya. “Jam berapa sekarang?”
Aku melirik jam kecil yang terpampang manis di meja, “Jam lima pagi noona. Bukannya kau bilang suamimu akan pulang jam 7 pagi ini?”
“Ah kau benar, aku mabuk berat jadi tidak sadar.” Ia mengangkat selimut untuk menutupi tubuhnya, “Kau mau tunggu aku mandi dulu atau mau langsung pulang ke rumahmu?”
“Terserah noona saja, yang penting aku mendapatkan uangnya. Kau sudah janji kan?” jawabku jujur. Aku tidak kenal dengan noona ini, jadi aku tidak peduli mau ia tersinggung atau tidak.
“Oh iya, maaf. Aku lupa.” Jawabnya santai, sepertinya tidak terlalu terbawa perasaan. “Ini untukmu, 2000 won kan?”
Aku bergegas mengenakan pakaianku dan menerima uangnya dengan sopan. “Nee, gamsahabnida.”
“Aku senang bisa mengenal orang sepertimu Doojoon-ah.” Ungkap yeoja itu. “Setidaknya kau bisa menemaniku yang kesepian. Hati-hati saat pulang ke rumahmu, jalanan masih gelap.” Pesannya.
Aku mengangguk dan membawa jaketku keluar rumahnya dan segera melangkahkan kaki jauh-jauh dari sana. Menjadi gigolo? Apakah ide yang bagus untuk melakukan profesi itu selama musim dingin? Hyunyoung pasti akan membunuhku kalau ia tahu pekerjaan terselubungku.
Drrrrrt Drrrrrrrrrrrt ada satu pesan dari ibu kost yang aku huni, dan ia berkata…

Tenggat waktumu untuk membayar kost 3 bulan sudah habis, saya sudah menaruh barang-barangmu diluar rumah. Silahkan diambil secepatnya, saya tidak mau melihat wajahmu lagi.

Aku mendengus, dimana lagi aku harus tinggal? Aku tidak ingin menghabiskan duit hasil ‘pelayananku’ semalam untuk membayar uang kost. Lagipula si pemilik kost mungkin sudah sangat membenciku, jadi mungkin pergi adalah jawaban terbaik.
Terpekur aku melihat koper, baju-baju dan benda-benda lain milikku tergeletak begitu saja tertimbun salju. Tidak terlalu banyak, tapi akan sangat merepotkan kalau dibawa kemana-mana
Kuambil pigura fotoku dan foto Hyuri. Kami terlihat bahagia… seandainya saja waktu itu aku tidak bilang padanya kalau aku….
“Hyuri-sshi, mianhae.. mian karena sudah mengecewakanmu.” Aku menghapus air mataku yang menetes menghangatkan kedua pipiku yang kedinginan karena cuaca yang kejam.
Kemana aku harus tinggal dan menetap? Aku tidak punya uang dalam jumlah banyak untuk saat ini……

~~~~~

Shin Hyunyoung story….

Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing~~~~
Alarm yang memekakkan telinga membuatku terbangun dari mimpiku, padahal aku sedang memimpikan Hyunseung oppa yang tersenyum saat bersamaku. Hehehehe
“Handphone…. Mana handphone……” aku mengucek mata sambil meraba di sekitar tempat tidur mencari HPku, astaga musim dingin tahun ini kenapa lebih dingin ya? aku saja sampai menggigil, padahal sudah menggunakan mesin penghangat.
“Ah.. ini dia HPku,” aku meraihnya dan membuka kunci layar. Hem? 10 panggilan tak terjawab dan 2 pesan?
Saat kubuka pesan, ternyata dari Doojoon oppa. Dan dengan pesan yang sama…

From: Doojoon oppa

Hyunyoung, jebal.. buka pintu rumahmu. Aku menggigil kedinginan disini~


Aku melihat waktu dikirimnya pesan ini. Jam setengah enam pagi?!
Kularikan kakiku ke depan ruang tamu, buru-buru kubuka pintu depan dan tidak ada siapa-siapa di depan rumah. Kemanakah Doojoon oppa?
“Oppa…. Oppa~~ kau di… astaga, Doojoon oppa!! Gwechana?!” aku menemukan oppa meringkuk diluar pagar dengan badan yang menggigil dan bibir yang membiru. “Sudah berapa lama oppa disini? Maaf aku tadi belum bangun tidur~~!! Kaja, aku papah ya…”
Aku mengangkat oppa dengan sekuat tenaga, tapi ia terlalu berat dan nyaris saja aku jatuh menimpanya. Tangan oppa dingin dan ia tidak bisa membuka matanya lagi, aku takut ia terkena Hipotermia.
“Ottokke? Ottokke?” aku memencet mencet HP karena panik. Lalu aku teringat Yoseob yang rumahnya tidak jauh dari sini. Kucari nomor teleponnya dan kutekan tombol ‘panggil’
“Yeoboseo… Yoseob-sshi, mian mengganggumu pagi-pagi.” Sapaku lewat telepon. “Aku butuh bantuan di depan rumah. Bisa tolong kemari?”

.....

“Astaga Market mania, kenapa kau bisa meninggalkan hyung sendirian diluar pagar?” tanya Yoseob khawatir. “Untung saja kau segera bangun dan menyadari pesan darinya, kalau tidak mungkin beberapa tangannya akan diamputasi.”
Aku mengangguk angguk. Sebenarnya aku juga takut, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa melihat Doojoon oppa yang tidak berhenti menggigil, padahal aku sudah memberinya dua tumpuk selimut tebal. Tapi bibirnya masih terlihat biru.
“Yoseob-sshi, sepertinya hari ini aku mau cuti saja. Tolong izinkan aku kepada pak pengawas ya.” ujarku pada Yoseob. “Hanya oppa satu2nya keluarga terdekatku, aku akan menemaninya hari ini. Tidak apa-apa kan?”
Yoseob mengangguk, “Jaga dirimu ya, Hyunyoung-sshi. Nanti setelah pulang kerja, aku dan Dongwoon akan kerumah membawakanmu kimchi hangat. Bagaimana?”
“Baiklah, mianhae karena merepotkanmu pagi-pagi, Yoseob-sshi. Hati-hati jangan sampai terpeleset salju.” Ucapku. Namun ia hanya tersenyum sambil mengelus elus rambutku lembut
“Aku tidak akan mudah terluka, aku kan malaikat.” Jawabnya seperti itu dan meninggalkanku. Lalu kulihat tengkuk Yoseob, sebuah garis merah besar seperti bekas luka. Kenapa mirip dengan punya Hyunseung oppa?
“A… anu…” aku ingin menanyakannya, tapi terlambat. Yoseob sudah menutup pintu depan rapat-rapat, meninggalkan aku dan Doojoon oppa berdua saja.
“Hyun….Hyunyoung-sshi….. mianhae, bisakah kau gantikan bajuku?” tanya Doojoon oppa yang berusaha membuka matanya, “Kau masih punya…… bajunya Hyuri yang tebal-tebal dan besar…. kan?”
“Oh nee, tunggu sebentar ya oppa. Sekalian kuambilkan minyak angin mau kan?” aku berlari ke kamar mengambil semua yang diminta Doojoon oppa dan segera kembali. Aku membantunya duduk dan bersender ke dinding karena badan Doojoon oppa masih dingin dan terasa berat.
“To…. Tolong bukakan bajuku.” Perintahnya terbata-bata, beliau terlihat sangat kesakitan dan menderita dekali karena suhu yang menusuk tulang-tulangnya. Mesin penghangat yang kunyalakan mungkin belum cukup membuatnya hangat.
Saat aku membuka baju Doojoon oppa, terlihat gambar malaikat bersayap dengan warna hitam di punggungnya. Tidak terlalu besar, hanya saja terlihat seperti ukiran yang indah.
“Jangan tatapi punggungku lebih dari 10 menit, nanti sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Tolong ya Hyunyoung-sshi.” Suara serak Doojoon oppa membangunkanku dari kekaguman.
“Nee mianhae oppa. Tapi bagaimana aku mengoleskan minyak angin nya kalau aku tidak boleh melihatnya?” tanyaku bingung. Segera saja kututup punggung oppa dengan selimut tebalnya.
“Oleskan saja, tapi jangan lama-lama ya.” nasehat oppa. Aku mengangguk dan segera mengoleskan minyak angin di punggungnya terlebih dahulu sembari terkagum kagum dengan tato di punggungnya. Tapi, bukankah kalau ditato itu sakit ya?
“Hyunyoung-sshi… sudah cukup panas. Tolong dadaku juga ya.” suara Doojoon oppa sudah kembali seperti semula, tapi wajahnya masih pucat dan setengah biru. Segera saja aku mengoleskannya di dadanya dan di sela-sela jari tangan dan kakinya.
“Oppa, sekali lagi maafkan aku ya.” ucapku agak terharu dan merasa bersalah. “Aku bukan mahluk yang luar biasa seperti malaikat dan semacamnya, yang bisa tahu keadaan orang yang dekat dengan kita.”
Doojoon oppa menggeleng geleng saat kupakaikan sweater milik unnieku. “Anii Hyunyoung, bukan kau yang salah. Ini salahku, aku diusir karena tidak mampu membayar uang kost-kostan ku. Aku tidak punya uang lagi, makanya aku kemari. Aku yang harus minta maaf karena merepotkanmu.”
Aku tersenyum miris, “Mungkin sudah kewajibanku untuk mengurus oppa, karena oppa adalah salah satu bagian dari keluarga terdekatku.” Jawabku. “Tapi.. tetap saja aku bukan malaikat putih yang bisa melakukan apapun untuk oppa.”
Tak kusangka Doojoon oppa menyeringai lemah saat kupegang erat-erat kedua tangannya, “Tidak semua malaikat memiliki sayap putih Hyunyoung-sshi. Kau tahu? Malaikat yang diketahui di dunia ini terbagi dalam dua kubu.”
“Jinjja? Aku tidak tahu. Bukankah putih adalah symbol dari malaikat?” tanyaku bingung.
Doojoon oppa menunduk dan tertawa lemah, “Kau masih sangat polos ya Hyunyoung-sshi? Malaikat itu tidak hanya berwarna putih, tapi ada juga malaikat yang memilik sayap yang berwarna hitam.”
“Apakah malaikat bersayap hitam mempunyai sifat yang sama dengan malaikat bersayap putih?” tanyaku lebih lanjut. Ternyata Doojoon oppa sangat ahli dalam masalah menyangkut dunia khayalan.
“Malaikat bersayap hitam diungkapkan orang-orang sebagai Iblis, mahluk yang yang menentang penciptanya….” Jawab Doojoon oppa yang masih lemah. “Tapi sebenarnya, malaikat bersayap hitam hanya malaikat nakal yang meminta ampunan karena kelakuannya di masa lalu….”
Aku berpikir pikir.. benarkah malaikat bersayap hitam itu ada? Benarkah mereka tidak jahat? Benarkah mereka hanya ingin minta ampunan kepada penciptanya? “Apa buktinya kalau malaikat hitam itu tidak jahat, oppa?”
“Uhuk uhuk, mereka membantu malaikat putih meskipun sang pencipta tidak menyuruhnya.” Doojoon oppa tetap menjelaskan meskipun terbatuk batuk, “Seperti yang Dongwoon……”
Tiba-tiba Doojoon oppa ambruk menimpaku, wajahnya masih pucat. Namun suhu tubuhnya menjadi panas. Hembusan nafasnya membuat jantungku berdebar-debar. Omona…. Bagaimana kalau ada yang melihat kami berdua seperti ini dan menumbuhkan kesalah pahaman???

~~~~~

Min Minri story…

Kemarin malam..

“Jaga kesehatanmu disana ya jagiya? Kalau aku sempat, aku akan main kesana.” Ucap namja diseberang teleponku. Aku mengangguk seraya mengucap iya dan mengingatkan hal yang sama padanya.
“Kamu juga ya, jangan sampai demam. Kan ini musim dingin.”
“Tidak akan, kan aku kuat.” Ucapnya penuh dengan kebanggaan. “Kamu tuh yang gampang sakit-sakitan.”
“Aniiyo, aku sudah berubah. Tidak serapuh yang dulu, arraseo?” ucapku sambil memilin milin rambutku
“Iya ya, sudah satu tahun kita tidak bertemu. Kapan kau kesini?” tanya namja itu sangat berharap. “Aku rindu padamu.”
Jantungku berdebar debar, kurasa mataku agak berkaca-kaca. Aku berusaha menahan perasaanku supaya tidak membuatnya khawatir, “Molla, tapi kalau aku sudah punya cukup uang untuk kesana.. aku pasti akan kerumahmu dan menginap seharian. Aku kangen sama noona mu.”
“Yak, masak kau lebih kangen sama noona ku dibanding aku?” sergahnya sambil tertawa. “Yasudah, kalau ada sesuatu, kabari aku ya.”
Aku mengucapkan ya dan terima kasih, lalu mengakhiri pembicaraan dengan menutup telepon. Yang tadi sangat menyenangkan… sekali menyedihkan.
Orang yang tadi aku telepon adalah pacarku. Kami berpacaran dari SMA. Saat aku masuk perguruan tinggi, aku pindah secara permanen bersama keluargaku. Kami jarang sekali bertemu, karena ia orang yang sangat dibatasi kegiatannya oleh orangtuanya. Ia orang kaya, berbeda denganku. Ia pergi kemana saja diantar oleh supirnya, sehingga ia jarang sekali bisa menemuiku. Apalagi pergi ke rumahku yang sekarang, rasanya tidak mungkin. Namun ia rajin menelponku dan berbagi cerita denganku.
Tapi bukan itu yang aku sedihkan…. Aku sedih karena aku sekarang sudah menyukai orang lain. Sebenarnya aku ingin memutuskannya, tapi aku tidak tega…
Dan orang yang kusuka adalah hoobae dari Hyunyoung di midimarket, Son Dongwoon.

.....

“Annyeonghaseo Minri noona.” Sapa Dongwoon. “Sudah siap berangkat ke taman ria?”
Aku mengangguk dan segera naik ke bangku motornya tanpa bicara. Aku berusaha menutupi sesuatu yang mungkin akan diketahui oleh Dongwoon cepat atau lambat. Ia begitu perhatian padaku akhir-akhir ini, ia selalu mengantarkanku ke taman ria satu jam sebelum ia berangkat bekerja. Kami sering berbagi cerita, tapi aku belum berani memberitahunya kalau aku punya kekasih nun jauh disana.
“Noona, ada apa denganmu?” tiba-tiba Dongwoon menurunkan sadel motornya dan menghadap ke arahku, “Matamu bengkak, pasti kau habis menangis. Ada apa?”
Aku menggelengkan kepalaku, “Anii, aku baik baik saja Dongwoon-ah. Lebih baik kita segera berangkat. Hyunseung oppa bisa marah kepadaku kalau aku terlambat.”
Ia mengangkat wajahku dan menempelkan HP di telinga kirinya, “Omo….. bahkan kau makin terlihat sipit karena sembap. Oh….. yeoboseo Kikwang hyung.” Ternyata ia menelpon Kikwang. “Aku mau minta ijin padamu. Minri noona sedang tidak enak badan, bisakah dia kerja di shift sore?”
Aku terkejut dengan omongannya. Aku meraih-raih HPnya sebisa mungkin, tapi ia mengelak dari gapaianku dengan mudahnya. Aduh, kenapa ia bilang aku cuti?! Kenapa sih dengannya????
Selesai menelpon ia berbicara padaku, “Noona ikut aku kerja ya hari ini. Nanti saat makan siang, kau bisa cerita semua hal yang sedang kau pikirkan. Bagaimana? Mau kan?”
“Omo….. ottokke? Kau sudah membatalkan jam kerjaku pagi ini. Ya mau tidak mau aku harus menurut.” Kataku pasrah. “Lalu…. Kalau appa dan ummaku tahu, bagaimana?”
“Noona tidak usah khawatir, nanti aku yang minta ijin.” Jawab Dongwoon santai. Astaga, apa yang akan ia tanyakan padaku? Semoga bukan yang menyangkut masalah kemarin malam.

Bersambung...

Jumat, 03 Desember 2010

The Dark and The Light Wings (Chapter 2)

Shin Hyunyoung story…

Astaga, Hyunseung oppa…. Dia berjarak 1 meter dariku saat ini. Rasanya jantungku tidak berhenti berlari melihatnya yang sedang membagikan balon kepada anak-anak. Namja yang tidak banyak bicara itu telah merebut hatiku sejak pertama kali bertemu…
“A… a…. annyeonghaseo.” Sapaku malu-malu. Ia menengok kebelakang dengan pandangan yang ingin tahu. Tepat saat melihatku, ia tersenyum manis sekali
“Annyeonghaseo Hyunyoung-sshi.” Sapanya balik. “Mian, aku sedang membagikan balon kepada anak-anak.”
“Gwechanaeyo oppa, mau kubantu?” tanyaku sopan. Namun ia menggeleng sambil tersenyum seperti biasa.
“Gamsahabnida, biar aku saja yang menyelesaikan tugasku. Kau jalan-jalan saja dengan teman2mu, nanti kalau aku sudah selesai kujemput dan kita bisa mengobrol bersama. Bagaimana?”
“Ah baiklah kalau begitu. Sayang sekali ya.” jawabku sambil menenangkan degup jantungku yang masih tidak karuan. Hyunseung oppa memandangiku dengan mata tajamnya tanpa ekspresi, sejenak mungkin terlihat menyeramkan. Tapi sesungguhnya itu tidak menakutkanku sama sekali.
Saat oppa berbalik, terlihat dari tengkuknya sebuah garis merah yang cukup besar. Seperti luka yang cukup besar.
“Oppa, kenapa tengkukmu? Kau terluka?” tanyaku agak khawatir. Ia langsung mengangkat kerah bajunya dan menutupi tengkuknya dengan wajah yang gugup.
“Anii.. aku tidak apa-apa, mungkin hanya perasaanmu saja.” Ujarnya terbata-bata, “Kau baru melihatnya beberapa detik kan?”
Aku tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Tapi aku mengangguk anggukan kepalaku, “Nee aku baru melihatnya selama 3 detik. Tapi… oppa yakin kan itu bukan luka atau kulit yang robek?”
“Bukan kok…” jawabnya cuek. “Tuh Yeoseob sudah menunggumu, sebaiknya kau segera kesana.”
Aku mengangguk sambil meninggalkannya dan menghanpiri teman-teman rekan kerjaku di midimarket, “Mianhae sudah lama menunggu. Minri, kami main-main dulu ya~~”
Kami berpamitan pada Minri dan segera mencari wahana yang akan kami kunjungi. Pertama kami naik bianglala terlebih dahulu, aku duduk bersama Yoseob sementara Dongwoon duduk sendiri.
“Uwaaaaah sudah lama aku tidak naik bianglala.” Ucap Dongwoon antusias. “Untung saja Hyunyoung noona masih punya tiket masuk gratis hadiah dari minuman kemasan yang kemarin ia beli.”
“Benar kata Dongwoon. Gamsahabnida Hyunyoung-sshi.” Ujar Yeoseob “Kita memang sedang butuh hiburan.”
Aku hanya tertawa-tawa melihat keantusiasan mereka berdua yang seperti anak kecil, memang sih sudah lama sekali kita tidak bermain ke tempat kerja Minri. Waktu ini sangat berharga, tidak boleh dilewatkan.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~~~~ anakku~!!” teriak seseorang dari bilik bianglala yang lain, saat kulihat ternyata anak yang dimaksud sedang tergelantung di udara, dengan kepala menghadap kebawah. Sementara sang ibu berteriak-teriak dibawah karena ia belum naik wahana ini.
“Ottokke?? Tidak bisakah kita menolong dia?” tanyaku pada mereka berdua, tapi mereka berdua malah sibuk sendiri dan berbicara menggunakan bahasa yang aneh dan tidak kumengerti.
“Harus seperti inikah? Tidak bisakah kita biarkan saja?” tanya Dongwoon.
“Ppali~~ dia belum cukup umur kalau dibawa kesana.” Jawab Yeoseob. “Aku yang melakukannya dan kau disini bersama Hyunyoung, arraseo?”
“Yak~!! Kalian ini bicara a…….” belum selesai aku bicara, tiba-tiba Dongwoon bertukar posisi duduk dengan Yeoseob dan menutup mataku…

.....

“Hyunyoung-sshi… bangun, bangun…..” panggil suara yeoja ditelingaku. Saat kubuka mata, ternyata Sunghyo sudah ada di depanku bersama dengan teman-temanku yang lain.
“Sunghyo-sshi? Junhyung oppa? Kok kalian bisa ada disini?” tanyaku heran. Kulihat ruangan yang ada disekitarku, ternyata ini ruang pertolongan pertama di taman ria.
“Kata Dongwoon dan Yeoseob kau pingsan karena pusing.” Jawab Junhyung oppa. “Jadi kami berlima membawamu ke ruang kesehatan.”
Yoseob menatapku agak khawatir, begitu juga dengan yang lainnya. “Mianhae Hyunyoung-sshi. Aku tidak tahu kau punya gangguan di masalah ketinggian.”
Aku manggut manggut pelan. Sepertinya aku tidak merasa pusing saat tadi, tapi kenapa sekarang aku pusing sekali ya? tadi kan aku sedang lihat anak kecil yang….
Oh iya! Anak kecil itu, bagaimana keadaannya?! Aku harus segera ke bianglala untuk menyelamatkannya!
“Yak, mau kemana? Kau kan masih pusing?” tanya Sunghyo terkejut saat melihatku bangkit dan menggunakan sepatuku.
“Tadi ada anak kecil yang hampir jatuh dari bianglala, aku ingin menyelamatkannya~!” ujarku panik.
Tapi Yeoseob menghalauku dan memaksaku untuk berbaring di tempat tidur, “Tenanglah. Anak itu selamat, tadi petugas berhasil menangkapnya saat jatuh. Memangnya kau tidak lihat?”
“Anii… anii…. Dongwoon tadi menutup mataku tiba-tiba…. Dan saat aku bangun, ternyata aku sudah disini” ucapku bingung, karena hanya itu yang aku ingat saat kejadian itu berlangsung.
“Mwo? Aku tidak menutup mataku kok.” Ucap Dongwoon sambil melirik Junhyung oppa. “Tadi kau tiba-tiba pingsan. Dan saat kulihat, ketinggian bianglala sudah jauh sekali dari tanah. Mungkin itu yang membuatmu pusing.”
“Aku tidak bohong oppa~~ tadi… mereka juga bicara dengan, bahasa yang aneh…. Bahasa yang tidak kumengerti.” Aku berusaha mengingat ingat kejadian barusan.
Sunghyo mengeryitkan alisnya. Lalu Junhyung oppa mengangkat selimut untuk menutupi badanku, “Kau ini bicara apa sih? Jelas-jelas kau tadi seperti tertidur di bilik bianglalanya, Yoseob dan Dongwoon saja sampai panik karena kau tidak kunjung sadar. Lebih baik kau istirahat, sebentar lagi Minri akan ganti shift. Kita bisa menghabiskan waktu dengan mereka.”
“Junhyung oppa akan menemanimu disini sementara, aku mau ke tempat Kikwang dulu. Apa aku harus menelpon Doojoon oppa?” tanya Sunghyo hendak pergi bersama Yoseob dan Dongwoon.
“Anii… tidak usah, beliau sedang ada urusan dengan teman-temannya.” Jawabku sambil masih mengingat-ingat kejadian saat aku naik bianglala tadi. Apa benar aku tadi pingsan?
“Kata Sunghyo, kau phobia terhadap tempat yang tinggi dan darah dalam jumlah yang banyak ya?” tanya Junhyung oppa. Aku mengangguk, lalu ia berkata lagi. “Kenapa kau takut darah?”
“Anu….. waktu unnie meninggal, aku masih melihat TKP dan jasad unnie yang berlumuran darah. Darahnya hampir menyentuh sepatuku, jadi aku takut.”
Junhyung oppa manggut-manggut, “Ternyata alasannya seperti itu ya? memang sih darah orang lain yang hampir menyentuh kita itu mengerikan.” Jelasnya, “Mungkin Dongwoon dan Yeoseob melakukannya supaya kau tidak mengalami hal yang sama seperti satu tahun yang lalu.”
Aku mengeryitkan alisku kebingungan, “Maksud oppa bagaimana? Aku tidak mengerti.”
Junhyung oppa terkesiap dan menutup mulutnya dengan pandangan mata yang ketakutan dan penuh dengan kekhawatiran, “Aniiyo, lupakan saja perkataanku barusan. Kubelikan kau makanan kecil ya?”
Saat Junhyung oppa menunduk mencari sesuatu di tasnya, kulihat garis hitam besar seperti milik Doojoon oppa. Aku hendak bertanya kepada oppa tentang tattoo itu…
Tapi kepalaku terlalu pening, mungkin perkataan mereka semua benar. Aku pingsan karena kepalaku terlalu pening saat di bianglala tadi.

~~~~~

Park Sunghyo story…

“Kikwang-sshi, Maaf menunggu lama.” Kataku menghampiri namja chingu ku di balik meja kasir. “Berapa jam lagi tugasmu selesai?”
“Mungkin beberapa menit lagi. Kru yang lain sudah datang, tinggal menunggu Hyunseung hyung selesai menjual gulali-gulalinya. Maklum, sebagai yang tertua di tim kita… dia yang bertugas menjual gulali.” Kata Kikwang sambil merangkul pinggangku. “Kau sudah makan siang?”
“Belum, aku lapar sekali. Tapi tunggu saja sampai tugas kalian selesai,” jawabku antusias. “Tapi ngomong-ngomong, Hyunyoung hampir saja mengetahui keberadaan ‘kalian’”
Mata Kikwang yang sipit melebar karena terkejut, “Kok bisa? Apa Hyunseung hyung yang memberi tahu dia?”
“Kurasa tidak, Hyunyoung cukup terkejut waktu melihat garis merah besar di tengkuk oppa.” Aku meraih dan menelusur leher Kikwang sampai di tengkuknya yang tertutup kerah baju. “Seperti punyamu jagiya.”
Kikwang menepis tanganku yang menempel di tengkuk dalamnya, “Jangan lakukan hal seperti ini dong di tempat umum, nanti para pembeli akan merasa terganggu.”
“Hahahaha mianhae Kikwang-sshi~~” ujarku sambil tersenyum senyum, “Lalu, apa yang harus kalian lakukan? Kalau Hyunyoung tahu tapi bukan sebagai ikatan dari salah satu dari ‘kalian’ apakah tidak berbahaya?”
“Tentu saja itu berbahaya. Kita bisa dihukum.” Ungkap Kikwang agak sedikit resah, “Apalagi Yoseob dan Dongwoon yang dekat dengannya, tapi tidak mempunyai ikatan apapun.”
“Tapi Hyunyoung kan menyukai Hyunseung. Apa tetap tidak bisa?” tanyaku bingung. “Lalu bagaimana dengan Minri? Dia belum tahu rahasia ‘kalian’ kan?”
Kikwang menggeleng. “Untung saja dia tidak mempermasalahkan tanda yang terkadang suka terlihat kalau sedang pakai baju polo. Kau tahu apa motif bunuh diri unnie nya Hyunyoung?”
“Molla, apa itu?” tanyaku. Namun sebelum Kikwang menjawab, ia menjauhkan diriku dari tubuhnya. Benar saja, beberapa saat kemudian terlihat gerombolan anak SMP yang hendak membeli aksesoris.
“Kikwang, aku sudah menjual 20 gulali, ini uangnya.” Hyunseung oppa muncul dan memberikan uang kepada Kikwang yang sedang melayani penjual yang sedang membayar. “Oh, annyeonghaseo Sunghyo-sshi, baru saja datang?”
“Tidak kok, tadi aku di ruang kesehatan karena Hyunyoung dibuat tidur dan tidak bangun-bangun saat di bianglala.” Aku menyapa Hyunseung oppa yang siap-siap untuk berganti baju, “Dongwoon yang membuatnya tidur.”
“Apa ada kecelakaan yang membuat ‘mereka’ harus menidurkan Hyunyoung?” tanya oppa kembali.
“Ada anak kecil yang tersangkut di pintu bianglala dan nyaris saja jatuh, untuk Yeoseob menyelesaikan semuanya, aku tahu itu dari Kikwang-sshi.” Jawabku, “Minri sudah selesai membagikan selebarannya?”
Hyunseung oppa hanya mengarahkan kepalanya ke pintu masuk, Minri masuk sambil membawa beberapa selembaran yang tersisa. Lalu oppa masuk ke ruang ganti, sementar Minri memberikan selebaran sisa kepada orang lain yang akan bertugas sesudahnya.
“Oh annyeonghaseo Sunghyo~~ kami sudah selesai nih, ayo kita jalan-jalan.” Ucapnya riang “Yak Kikwang-sshi~~ sudah selesai nih tugas kita. Ayo kita jalan-jalan, yeoja chingu mu sudah menunggu nih”
Wajahku merona karena ucapan Minri barusan. Apa-apaan sih dia? Aku kan malu~~~
“Nee, aku akan segera ganti baju.” Jawab Kikwang dari meja kasir. Beberapa saat kemudian Hyunseung oppa keluar dari ruang ganti bajunya dan mengisi kartu absennya.
“Hyunyoung masih di ruang kesehatan?” tanya nya dengan muka cuek seperti biasa. Aku mengangguk dan ia berlalu meninggalkan aku dan Minri tanpa suara.
“Hahahahaha aku masih belum terbiasa nih dengan sikap Hyunseung oppa yang cuek.” Ungkap Minri
“Tapi kau tahu tidak?” ujarku penuh rahasia. “Oppa banyak tersenyum loh kalau di depan Hyunyoung, kupikir mereka berdua saling menyukai.”

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

“Kita akan selalu bersama kan unnie?”
“Nee. Kita akan selau bersama-sama sampai kita menikah nanti, Hyunyoung.”

“Hyunyoung… kau tahu? Hidup begitu sulit saat kita sendiri. Tapi karena ada kau, hidupku tak sesulit yang kukira. Gomawo dongsaeng, aku akan selalu kuat bersamamu..”


Aku terbangun dari tidurku, kata-kata terakhir yang unnie ucapkan sebelum ia pergi masih terngiang ngiang di pikiranku, aish… bagaimana aku bisa menghilangkannya?
“Annyeong, bagaimana keadaanmu Hyunyoung-sshi?” terlihat Hyunseung oppa berdiri di ujung ruangan sambil melipat kedua tangannya di dada. “Sudah mendingan?”
Aku mengangguk pelan dan mulai merapihkan rambutku yang agak berantakan. “Oppa sudah selesai tugasnya? Jadi.. kita ikut jalan-jalan nih?”
“Terserah kau saja.” Jawabnya sambil melihat sekeliling ruang kesehatan. “Aku belum pernah kesini, sepertinya disini menyenangkan ya?”
“Ini tempat orang sakit, oppa. Bagaimana bisa tempat ini bisa membuatmu senang?” aku mengeryitkan alisku karena perkataan Hyunseung oppa, aku tidak tahu apakah ia berusaha melucu atau tidak.
Tiba-tiba Hyunseung oppa memegang tangan kiri dan memegang pelipisku. ia memegangnya lembut, namun membuat detak jantungku memburu tak henti. Apa yang ia lakukan? Oh Tuhan, kuharap ia menghentikan perbuatannya yang bisa membuat jantungku berhenti~~~~
Ia masih memegangi tangan kananku, pelipisku dan menatap mataku dalam-dalam, aku bagaikan terhipnotis oleh tatapan matanya. Ingin rasanya aku melepaskan kedua tangannya yang menempel di anggota tubuhku, tapi aku tak sanggup melakukannya..
“Semoga masalah-masalah yang memenuhi pikiranmu cepat menghilang ya.” tangannya yang tadi di pelipisku, turun ke pipiku. “Kau harus rajin-rajin olahraga untuk mengatur detak jantungmu. Semoga yang kulakukan tadi tidak membuatmu takut ya.”
Aku manggut manggut bodoh, mungkin aku tidak takut. Hanya gemetaran dan berdebar-debar, hehehe
Lalu tangan kanannya yang memegangi tanganku mulai mengendur, sesaat tadi aku merasa hangat karena ia terus memegangiku. “Baiklah, ayo kita jalan, semuanya sudah menunggu.”
“Jinjja? Mereka menunggu kita? Aku harus segera…..” saat aku bangkit dari tempat tidur dan hendak mengambil sepatu, aku tersandung kakinya yang panjang. Dengkulku terbentur cukup keras. Sakiiiiit
“Aish, mianhae.. kakiku terlalu panjang ya?” katanya sambil membantuku bangun. “Aku yakin pasti setelah kita jalan-jalan nanti, lukanya pasti tidak sesakit ini.”
Ia menepuk nepuk dengkulku yang agak tergores dan menarik tanganku. “Kaja, kita makan siang dulu ya, kau pasti lapar kan?”
Aku mengangguk pelan sambil mengikutinya keluar ruangan. Diluar semuanya sudah menunggu.
“Hyunyoung, ayo kita makan siang~~!!! Aku lapar nih.” Ajak Yoseob. “Nanti kau yang pilihkan makanan ya, kau pasti tidak lupa sama makanan kesukaanku kan?” ia menggamit tanganku sehingga aku terpisah dari Hyunseung oppa yang agak terkejut dengan kelakuan Yoseob.
“Baiklah, ayo teman-teman~~ habis makan kita naik wahana-wahana ya.” ajakku dibalas dengan anggukan mereka. Kulihat Hyunseung oppa yang hanya memandangi sekitarnya dengan wajah cuek, senyum yang tadi bersinar di wajahnya, meredup seketika itu juga…

Sebenarnya aku merasa tidak enak. Tapi karena Yoseob, Sunghyo, Minri, dan Kikwang adalah teman SMA ku, jadi kupikir tidak masalah. Kuharap Hyunseung oppa mengerti…

Bersambung..

Kamis, 02 Desember 2010

The Dark and The Light Wings (Chapter 1)

Main cast:
B2st member

Support cast:
- Shin Hyunyoung a.k.a Market mania
- Park Sunghyo a.k.a Beach beverage
- Min Minri a.k.a Theme park yeoja

Rate: NC-17
Length: Sequel
Genre: Romantic, Sad, Mystery


Shin Hyunyoung story…

Kukendarai sepedaku ke sebuah tempat yang sudah hampir setahun tidak kukunjungi, pasti teman-temanku sudah banyak yang menunggu disana. Termasuk orang itu, Yoon Doojoon oppa.
Saat memasuki halaman, sudah kulihat Doojoon oppa, Sunghyo, Minri, dan Junhyung oppa yang berkumpul di sebuah tempat. Aku segera memarkir sepeda dan berlari menuju kerumunan mereka.
“Kau hampir saja terlambat, Hyunyoung.” Ujar Minri “Ini kan sudah mau jam 9, kami nyaris menunggu setengah jam.”
“Mianhae. Tadi aku membereskan kontrakanku terlebih dulu.” Jawabku sambil terengah-engah. “Jadi…. Kita mulai sekarang nih oppa?”
Doojoon oppa mengangguk. Lalu kami bersama-sama menunduk memanjatkan doa di depan sebuah nisan…

Shin Hyun Ri
24 Agustus 1989-14 Desember 2010



“Sudah setahun ya, sejak kepergian unnie.” Aku memulai perbincangan dengan Doojoon oppa, “Aku jadi ingat betapa menyedihkannya tragedy itu.”
Doojoon oppa mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca, “Kita hanya bisa mendoakannya dari sini, benar kan?”
Aku mengangguk sambil mengelus elus pundak oppa, “Jangan menangis lagi oppa. Ini sudah setahun sejak kepergian unnie, dia pasti sudah tenang.”
“Ssssssssssssssssk aku…. Aku hanya merasa kehilangan seseorang yang berharga.” Jawab Doojoon oppa sambil membersihkan hidungnya. “Kau tahu kan kalau aku sangat mencintainya? Bahkan aku berniat untuk menikahinya di awal musim semi.”
“Aku tahu, mungkin rasa frustasi sudah menjalarinya lebih dari yang bisa ia terima.” Jawabku sambil menatap awan. “Sehingga ia mengambil jalan pintas seperti itu.”
“Orang Korea memang banyak yang frustasi, sehingga banyak yang ingin bunuh diri… termasuk aku.” Doojoon oppa meniup harmonica kesayangannya.
Aku menyenderkan kepalaku di bahu oppa, “Oppa masih punya aku meskipun aku bukan adik kandungmu.….”
Ia hanya mengeryitkan alisnya sedih, dan terus meniup harmonica…..

Shin Hyunri adalah unnie yang lebih tua 2 tahun dariku, kami berbagi semua yang kami punya. Kami berbagi canda, tawa, dan kesedihan bersama. Bahkan ia berbagi kamar kontrakannya denganku saat aku berkata padanya kalau aku mendapat pekerjaan di sekitar kontrakannya. Kasir sebuah midimarket, tidak terlalu mewah.. tapi aku menyukainya, setidaknya aku tidak harus selalu bergantung pada orangtua dan unnie ku.
Tapi setahun yang lalu, ia bunuh diri dengan melompat dari lantai 10 yang berjarak 20 meter dari kontrakan kami. Aku tidak mengerti apa yang unnie pikirkan, tapi sejak itu aku tinggal sendiri di kontrakan yang unnie beli, Yoon Doojoon oppa adalah namja chingu nya. Seperti yang ia bilang, ia mencintainya dan berniat untuk menikahi unnie tahun ini. Tapi takdir berkata lain…
Beberapa hari sesudah kematian unnie, Doojoon oppa hendak menyusulnya dengan cara menggantung diri. Untung saja aku segera menemukannya dan memutuskan tali yang hendak mencekiknya itu, alasanku menyelamatkannya bukan karena ia pacar unnie ku. Tapi aku tidak ingin orang yang telah mengisi hidupku selama ini menghilang satu persatu, termasuk Doojoon oppa.
“ Mau kuantar ke tempat kerjamu, Hyunyoung?”tanya Doojoon oppa yang sepertinya sudah selesai dengan urusannya.
“Aku bawa sepeda, oppa mau kuantar sampai rumah?” tanyaku balik “Kan tempat kerjaku dekat dengan rumah oppa.”
“Baiklah, tapi aku yang mengendarainya ya.” ujar Doojoon oppa sambil menarik tanganku untuk berdiri dan menuju tempat parkir sepeda. “Tadi kita duduk di depan makan Hyunri lama sekali, kau tidak kedinginan kan?”
Aku menggeleng sambil menggosokkan tanganku yang menggunakan sarung tangan. Kulihat Minri, Junhyung oppa dan Sunghyo sudah pulang duluan. Mungkin mereka juga punya pekerjaan yang tidak bisa menunggu.
“Hyunyoung, apa kau tidak bisa cuti sehari saja? Aku ingin kau menemaniku ke taman ria, kita kan bisa minta gulali dan permen gratis darinya.”
“Maaf oppa, aku tidak bisa. Yeoseob sudah menunggu di sana, karena salah satu temanku ada yang sakit dan tidak masuk.” Jawabku sembari Doojoon oppa mengendarai sepedaku, kupegang pinggangnya erat-erat karena jalanan begitu terjal. Di leher belakangnya terlihat sebuah garis seperti tattoo yang berwarna hitam “Kalau mau, oppa bisa bawa sepedaku dan menjemputku nanti malam, bagaimana?”
“Kalau kau tidak keberatan.” Jawab oppa. “Soalnya banyak ajakan dari temanku untuk makan bersama dan semacamnya, musim dingin ini aku kan libur… jadi aku bebas mau kemana saja.”
Kami sudah sampai di depan midimarket tempatku bekerja, aku segera turun dan merapihkan bajuku, “Baiklah, sampai ketemu nanti malam ya. kalau sudah mau pulang nanti ku telpon.”
Doojoon oppa mengangguk dan segera berlalu dengan sepedaku, dengan terburu-buru aku masuk ke dalam midimarket yang hangat. Kulihat Yeoseob sedang melayani 2 orang tamu.
“Annyeonghaseo Yoseob-sshi, maaf aku terlambat.” Sapaku dari ujung pintu midimarket.
“Annyeong Hyunyoung, cepat ganti baju~! Aku kerepotan nih..” protes Yoseob. Kulihat di meja kasirnya penuh dengan barang belanjaan si kostumer, sepertinya Ahjumma itu belanja untuk bulan depan saking banyaknya.
“Yak Hyunyoung noona, kau lama sekali datangnya.” Ujar Dongwoon yang sedang mengisi lemari pendingin dengan berbagai macam minuman. “Kau pacaran dulu ya dengan Doojoon hyung?”
“Enak saja kau, dia itu oppa ku. Mana mungkin aku mengkhianati almarhum unnie ku? Dia selamanya akan menjadi oppaku.” Protesku sambil mencubit pipi Dongwoon. “Kerja yang benar, Arabian namja~”
Dongwoon tertawa-tawa meskipun aku sudah ke ruang ganti untuk melepas jaket dan mengganti bajuku dengan baju kerja.
Oke, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hwaiting~~!!

Park Sunghyo story….

“Meja 8 mana pesanannya?” Teriakku pada Junhyung oppa yang sibuk dengan pesanan pesanan yang dimasak. Sementara para karyawan dan staff yang lain sibuk dengan pesanan mereka masing-masing.
“Kenapa harus aku? Berikan pesanannya sama yang lain dong. Aku sibuk nih.” Bisik Junhyung yang sedang memasak waffle.
“Kan kau partnerku oppa, disini maupun di pantai. Hahahaha.” Godaku
“Lihat saja nanti, akan kubanjiri kau dengan pesanan para pelanggan dan aku akan mengatakan hal yang sama.” Ujar Junhyung sambil berbisik bisik
Aku memeletkan lidahku, senang sekali bisa menggoda Junhyung oppa seperti ini. Mungkin dia bisa menggodaiku sepanjang musim, tapi musim dingin adalah musim kemenangan bagiku.

Aku dan Yong Junhyung oppa adalah rekan kerja di sebuah restoran di pantai, dan di sebuah restoran cepat saji jika musim dingin. Biasanya aku menjadi juru masak di restoran pantai, tapi di restoran cepat saji ini… Junhyung oppa yang menjadi juru masak.
“Nih pesanannya. Satu cheese burger dengan sup krim.” Junhyung oppa memberikan masakannya dan segera saja kuantarkan ke pelanggan yang memesan.
“Meja 8, Satu cheese burger dengan sup krim ya? silahkaaaan. Selamat menikmati~~” ucapku ramah kepada pelanggan tersebut.
“Yak yeoja, bisa minta satu sendok lagi?” tanya Ahjumma yang duduk tidak jauh dari tempatku berdiri.
Aku mengangguk dan mengambil satu sendok di dekat meja untuk memesan. “Ini sendoknya, Ahjumma. Selamat makan~~” ucapku ramah disertai dengan senyuman khasku.
Sesungguhnya aku lelah sekali bekerja sini karena banyaknya pelanggan, tapi daripada menganggur… kenapa tidak?
“Yak, ini coklat panas untukmu.” Junhyung oppa membawa 2 gelas dan memberikan segelas coklat panas yang besar untukku.
“Gamsahabnida oppa.” Jawabku sambil menyeruput coklat panas itu. “Musim dingin membuatku pusing, restoran cepat saji ini terlalu banyak pelanggan dan sedikit karyawan, makanya pelayanannya kurang memuaskan.”
“Ya mau bagaimana lagi, staff yang kerja di musim lain kan pulang kampung. Lagipula, memangnya kau tidak terbiasa? Pelanggan di pantai kan juga banyak.” Tanya Junhyung oppa
“Tidak sebanyak ini oppa. Lagipula aku kan hanya memasak, bukan menjadi pelayan.” Protesku. “Lagipula kau lebih enak, hanya mondar mandir di sekitar pantai dengan sepeda, mobil terbuka atau jalan kaki.”
“Tidak enak juga loh jadi penjaga pantai. Kau harus bisa berenang dengan baik, dan terkadang kau harus menghadapi skandal-skandal yang dibuat oleh remaja yang berkunjung kesana.” Keluh Junhyung oppa. “Lagipula gaji kami lebih sedikit daripada gajimu, jadi bersyukurlah sedikit.”
Aku mengangguk sambil tertawa. “Tapi musim dingin memang sangat melelahkan. Bagaimana kalau besok kita cuti dan ke taman bermain tempat Minri-sshi bekerja? Kita bisa membantunya dengan membagi selebaran atau membagikan balon. Bagaimana?”
“Aku ikut kau saja Sunghyo.” Jawab Junhyung oppa sambil menghabiskan isi gelasnya, “Aku mau bertemu Hyunseung-sshi. “Menggodainya merupakan pekerjaan yang menyenangkan.”
“Kau bisa saja oppa,” ujarku sambil menggebuk pundak oppa. “Biarpun Hyunseung oppa tidak banyak bicara, tapi Hyunyoung sangat menyukainya loh.”
“Jangan bicarakan Hyunyoung~~ bagaimana antara Kikwang denganmu?” tanya Junhyung oppa yang berhasil membuat wajahku memerah.


Min Minri story..

Hari Minggu…

“Theme park yeoja~~!!” panggil seorang namja berhidung mancung dan bermata sipit dengan otot kekar yang menyelubungi kedua lengannya. “Jangan melamun~~”
“Aniiyo Kikwang-sshi… aku hanya teringat kejadian 4 hari yang lalu, saat melayat unnie nya Hyunyoung.” Ucapku sambil menata boneka-boneka yang akan dijual hari ini, “Meskipun sudah setahun.. Doojoon oppa masih terlihat sedih.”
“Oooooh unnie temanmu yang bunuh diri itu ya?” tanya Kikwang. “Ya… namanya juga pacar, pasti merasa sangat kehilangan dong.”
Aku mengangguk angguk pelan, “Tapi.. pasti perasaan Hyunyoung lebih sedih lagi sebagai adik kandungnya.”
“Ya.. aku tahu Minri-sshi, sudahlah tidak usah dipikirkan.” Tegas Kikwang. “Kau kan harus membagi selebaran di dekat toko kita nanti.”
“Nee, Hyunseung oppa… bagian aksesorisnya sudah?” tanyaku pada namja berpipi tinggi yang dari tadi membereskan bagiannya tanpa suara.
“Sudah.” Jawabnya pendek. “Mau bagi-bagi selebaran sekarang?”
“Tidak, sebentar lagi.” Jawabku sambil menaruh boneka yang terakhir, “Mau bagi-bagi balon bersamaku?”
Ia mengangguk, oppa yang satu ini memang jarang berbicara dibandingkan dengan Kikwang-sshi. Tapi Hyunyoung-sshi sangat mengaguminya entah dari bagian mana. Katanya, Hyunseung oppa punya senyum yang mampu merebut hatinya *gubrak*
“Yasudah cepat sebarkan selebarannya dan bagikan balonnya. Ppali~ ppali~~!!” Kikwang mendorong kami berdua sembari memberi semangat pada kami berdua. “Semoga kalian bertemu yeoja namja yang cantik atau tampan yaaa.”
Kami berjalan menyusuri tempat hiburan tempat kami bekerja, tempat ini baru saja buka satu jam yang lalu. Tapi sudah ramai saja, ya maklumlah.. ini kan hari Minggu
“Minri, aku kesana ya. disana banyak anak kecil.” Hyunseung oppa menunjuk kerumunan anak kecil yang sedang merengek pada orangtuanya. Aku mengangguk dan meninggalkan Hyunseung yang berjalan kesana.
“Permisi noona, minta selebarannya dong.” Ujar seorang laki-laki di belakangku, saat kulihat.. ternyata itu adalah Dongwoon. Bersama dengan Yoseob dan Hyunyoung.
“Dongwoon-ah~~!! Hyunyoung-sshi, Yoseob-ah~~!! Kalian… main kesini?” wajahku merona hebat karena melihat namja beralis tebal dengan hidung mancung yang ternyata hoobae ku itu.
“Minri-sshi~ iya nih, kami sedang jalan-jalan karena libur kerja.” Ucap Hyunyoung, “Mau kubantu bagi-bagi selebaran sama Dongwoon?”
“Tidak usah deh. Aku malu, hehehehe.” Bisikku pada Hyunyoung. “Kalian main saja, nanti kalau aku sudah selesai kerja aku traktir. Kita makan berenam, bagaimana?”
“Ide bagus, eh.. ngomong-ngomong oppa mana?” tanya Hyunyoung. Sudah kuduga, pasti ia mencari Hyunseung oppa.
“Itu tuh.. lagi membagikan balon. Dongwoon-ah, Yoseob-ah, kalian mau menemani Kikwang atau mau pergi bermain?” tanyaku.
Saat mereka menjawab pertanyaanku, kulihat punggung Hyunseung oppa dari kejauhan. Terlihat sebuah garis berwarna merah di belakang leher menuju ke punggungnya, seperti sebuah goresan luka.
Kok rasanya aku baru melihat garis itu ya? apa Hyunseung oppa mengalami sesuatu sehingga membuat luka seperti itu?

Bersambung..

Rabu, 01 Desember 2010

SuSHINee Fanfict Part 25 (end)

Hangkyung Ahjusshi’s POV

“Ahjusshi, apakah anda percaya…. Bahwa cinta dapat mengalahkan segalanya?”
“Mengalahkan dalam hal apa dulu, Heechul-sshi?”
“Mengalahkan yang namanya rasa takut. Rasa takut akan kesedihan, rasa takut akan berbagai hal, bahkan rasa takut terhadap kematian…”
“Sepertinya demikian. Cinta adalah penggerak kehidupan kita, tak kan ada kehidupan tanpa cinta.”
“Menurutku juga begitu Ahjusshi…. Meskipun rasa cinta itu juga menyakitkan….”


.....

Tiba-tiba aku ingat perkataan yang Heechul-sshi ucapkan saat kami sedang berbicang sore kemarin. Kuingat ingat wajahnya yang menyiratkan kepasrahan sekaligus keberanian saat mengucapkan hal itu, tapi kenapa perasaanku menjadi tidak enak seperti ini?
Kupandangi kotak cincin yang Heechul titipkan padaku, ia sengaja menitipkannya padaku. Sebuah cincin dengan 5 berlian kecil yang tertanam di pinggirannya, sungguh cincin yang indah menurutku….
“Silyehabnida~~~~” panggil seseorang sambil mematikan mesin motor. Oh…. Heechul-sshi sudah pulang?
“Tunggu sebentar, Heechul-sshi.” Dengan terburu-buru kubuka pintu, berharap misi yang ia ikuti sukses besar, tapi yang kulihat di pintu adalah Teukie dan Eunhyuk.
“Yeobo…” panggil Teukie dengan mata yang berkaca-kaca, ia segera menghambur ke pelukanku dan menangis tersedu-sedu. Wajah Eunhyuk juga terlihat sedih, apa yang terjadi?
“Yak, apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis yeobo?” aku bertanya pada Teukie, tapi ia tidak menjawab. “Yak Hyukkie~~!! Apa yang terjadi, kenapa wajah kalian mendung seperti ini? Kemana Heechul, kenapa malah kau yang membawa motornya?”
Dari kejauhan, mobil Sungmin berhenti di pinggir jalan. Ryeowook, Donghae, Yesung dan Sungmin keluar dengan wajah yang mendung juga. Yesung menghampiri Teuki lalu memeluknya.
“Gwechana Umma, beliau pasti bisa bertahan. Aku tahu hyung orang yang pantang menyerah dan kuat, doakan saja dia.”
“Nee Yesung, tapi… Umma masih trauma sekaligus shock dengan kejadian barusan.” Ucap Teuki dibalik isakan tangisnya. Aku semakin tidak mengerti apa yang terjadi…
“Ahjusshi, mari kita masuk dulu. Diluar sudah gelap sekali, tidak baik untuk kesehatan anda.” Ucap Donghae tenang. Matanya bengkak, mungkin ia habis menangis. Ia mendorongku pelan kea rah ruang tamu dan mempersilahkanku duduk, dan menyuruh namja lainnya untuk duduk juga.
“Yak~~!! Ceritakan padaku apa yang terjadi.” Ujarku panik. “Jangan rahasiakan apapun denganku, jebal~~”
“Gwechana Appa, semua rencana berjalan dengan lancar.” Ucap Yesung tenang. “Para Jjang itu sudah kami ringkus bersama dengan para polisi, begitu juga dengan ketuanya yang berambut kuning platina.”
“Lalu…. Minsu sudah aman kan? Dia baik-baik saja kan?” tanyaku lagi untuk mendapat kepastian.
“Nee, dia baik-baik saja Ahjusshi..” jawab Ryeowook yang matanya tidak kalah bengkak dengan mata Donghae. “Ia tidak terluka sama sekali karena kami meringkus mereka di waktu yang tepat.”
“Ah syukurlah…..” jawabku sambil mengelus dada. “Tapi………… kenapa Teuki menangis? Kenapa mata Donghae dan Wookie-sshi juga bengkak? Kenapa wajahmu mendung, Hyukkie? Pasti ada yang belum kalian ceritakan padaku.”
“Saat mereka sudah diringkus polisi, kami mengikuti para polisi dan ingin mengurus kasus mereka.” Teuki mulai bicara. “Tapi.. ternyata ketua Jjang itu bersembunyi dalam mobilnya. Ia berlari ke arah Minsu dengan membawa pisau tajam.” Jelas Teuki. Tuhan…. Jangan bilang kalau…
“Dan Heechul-sshi yang datang entah darimana, melindungi Minsu. Perutnya tertancap pisau…..”

~~~~~

Onew Appa’s POV

“Astaga. Minsu!!!!!!!” teriak Key yang berjalan disebelahku. Ia berlari kembali kea rah Minsu, otomatis aku berlari mengikutinya. Begitu juga dengan semua namja Super Jjang.
“Op….. oppa?! Gwechanaeyo?!?!” tanya Minsu ketakutan. Namja yang melindunginya ambruk didepannya dengan darah bercucuran di sekitar perutnya. “Oppa?!?! Heechul oppa?!?!?! Kyaaaaaaaaaa!!!!!”
Aku menarik Minsu yang tantrum dan memeluknya, menutup matanya. Kalau tidak cepat, kejadian ini akan terekam di otaknya. Menimbulkan trauma….
“Susaengnim?? Susaengnim!!!” jerit yeoja pirang itu histeris. “Waeyo susaengnim?? Waeyo?!?!?!”
“uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ~~ uhuhuhuhuhuhuhuhu!!!!” Minsu masih berteriak dalam pelukanku. Ia meronta sekuat tenaga, tapi aku tidak mau melepasnya. Aku tidak ingin ia mengingat kejadian ini selamanya.
“Tenanglah sayang, tenang….. Heechul-sshi masih hidup.” Ujarku menenangkannya.
“Biar aku yang mencabut pisaunya. Seseorang panggil ambulans. Ppali~~~!!!!” seru Eunhyuk sambil menyiapkan mental, lalu mencabut pisau besar dari perut Heechul-sshi yang tampaknya masih setengah sadar.
Kyuhyun memeriksa detak jantung dan denyut nadinya, “Hyung masih hidup, tapi kondisinya kritis. Semoga saja ambulans segera datang.”
Entah darimana kekuatan itu berasal, tiba2 Minsu berhasil melepaskan diri dari pelukanku. Ia berjalan menghampiri yeoja rambut kuning platina itu.
“Obsesimu itu menghancurkan segalanya, kau tahu?” ujarnya dingin. “Tidak perlu ada orang sepertimu di dunia ini, tidak perlu!! Kau saja yang mati, kau saja yang mati!!!!” Minsu meninju wajah si yeoja dan menendangi yeoja itu secara membabi buta. Ia menjambakki rambutnya, dan memojokkan wajahnya ke aspal.
“Wajahmu saja yang ku hancurkan, bagaimana.. hah?!?!?!” sebelum Minsu hendak menghancurkan wajah yeoja itu, aku segera memeluknya lagi dan menjauhkannya dari yeoja itu. Dan dalam waktu singkat, yeoja itu berhasil dibekuk dan dimasukkan ke mobil polisi.
“Jangan main hakim sendiri.” Ucapku pada Minsu. “Aku tahu, kesedihanmu sudah bertumpuk 6 bulan belakangan ini. Tapi…. Jangan lakukan hal itu, itu bukan kelakuan putriku Lee Minsu.”
Rontaan Minsu melemah, ia menangis dan berteriak sekeras kerasnya. Tangannya yang berlumuran darah milik Heechul-sshi menggenggam erat punggung kausku, rasanya sangat dingin….


.....

“Jinki-sshi!!” panggil seseorang yang ternyata adalah Hankyung-sshi. “Dimana Heechul?”
“Dia masih di gawat darurat.” Jawabku lemah. “Kondisinya diambang batas, mari kita berdoa saja untuknya. Aku yakin Heechul-sshi pasti kuat”
Nafas Hankyung-sshi masih terengah-engah, ia berusaha menahan emosinya. “Minsu…. Dimana Minsu? Bagaimana keadaannya?”
“Dia nyaris gila. Dia tidak pernah melihat darah orang dalam jumlah yang banyak.” Jawabku sambil menghela nafas. “Kini dia sudah dirumah bersama Key, Jonghyun, Minho, Taemin dan kedua sahabatnya.”
“Aku yang mengajaknya untuk ikut dalam penangkapan ini, tapi ia bilang ia tidak ingin semua orang tahu.” Mata Hankyung-sshi berkaca-kaca, “Mianhae Jinki-sshi, ini semua salahku…”
“Aniiyo, ini bukan salah siapa-siapa. Mari kita berdoa saja untuk kesehatan mereka berdua.” Ujarku sambil menepuk pundak Hankyung-sshi dengan penuh simpati.

~~~~~

Author’s POV

Rumah Sakit C, pukul 8 pagi..

“Kondisi beliau masih dalam keadaan koma. Bagian perut yang tertancap cukup dalam, tapi syukurlah tidak mengenai organ yang penting. Hanya sedikit menggores lambungnya.” Jelas dokter kepada Heejin yang langsung datang ke Seoul setelah mendengar berita dari Ahjumma Leeteuk. “Dalam kondisi seperti ini, beliau harus sering2 diajak bicara. Dan apabila beliau bersuara, turuti kemauan tersebut. Karena itu keinginan dari alam bawah sadarnya.”
“Baik pak dokter, gamsahabnida.” Heejin membungkuk dalam-dalam. “Untuk 2 hari ini, saya yang akan menjaga Heechul sampai ia siuman.”
“Baiklah kalau itu kemauan Heejin-ah.” Ucap Hankyung sambil bangkit dari tempat duduknya. “sudah tiga hari saya menemaninya disini, dan belum ada kemajuan. Semoga saja dengan kehadiranmu, keadaan Heechul-sshi membaik.”
“Gamsahabnida Ahjusshi.” Heejin mengucapkan terima kasih sebelum Hankyung pamit, lalu duduk di sofa dekat ranjang Heechul-sshi. “Chullie, bangunlah. Ini noona mu, sadarlah….”
“mmmmmm…. Minsu….” Bibir Heechul bergerak pelan. Heejin terkejut dengan reaksi adiknya itu.
“Chullie, gwechanaeyo? Kau sudah sadar? Umma dan Appa mengkhawatirkanmu.” Heejin berusaha mengajak Heechul berbicara. “Chullie, gwechanaeyo?”
“mmmm…… Minsu……. Minsu……..” hanya itu yang keluar dari mulut Heechul, tak ada yang lain.
“Akh…. Apa aku harus mencari orang yang bernama Minsu itu?” Heejin mengotak atik HPnya, mencari nama ‘Super Jjang Residence’ di daftar kontaknya.

.....

Kediaman Keluarga Lee, Pukul 10…..

“Minsu, jenguk dia. Temani dia. Sehariiiii saja.” Ucap Hyunsu merujuk. “Percaya padaku, ia membutuhkanmu.”
“Aku tidak bisa Hyunsu. Aku yang membuatnya koma seperti ini.” Jawab Minsu dingin. Sepertinya sikap kasar dan galaknya sudah kembali seperti semula.
“Anii, bukan kau yang membuatnya seperti itu.” Sergah Wonhee. “Tapi si Jang Boora itu, untung kau sudah memberinya ‘hukuman’”
“Menurutku, itu tidak cukup. Itu tidak sepadan dengan luka yang didapat Heechul oppa.” Jawab Minsu dingin dan matanya muali berkaca-kaca lagi, “Seharusnya aku melukai wajah lucifernya itu dengan pisau.”
“Yak, kenapa kau jadi seperti pembunuh berdarah dingin begini sih?” komentar Hyunsu. “Yang penting, kau sudah membalas kekesalanmu selama 6 bulan ini, betul kan?”
“Ah…. Kalian selalu membantu dan mendukungku setiap saat. You are my true best friends, gamsahabnida chingu.” Ucap Minsu sambil mengusap matanya dan memeluk kedua teman-temannya.
“No problem Minsu. Tapi kau temani Heechul oppa ya?” ujar Wonhee mengalihkan pembicaraan. “Aku yakin dia masih mencintaimu, begitu juga dengan perasaanmu. Aku tidak salah kan?”
“Akkkkh, molla Wonhee.” Jawab Minsu dengan wajah yang lemas kembali. “Aku bahkan tidak tahu apakah ia masih mengingatku atau ti…. Eh, HPku bunyi. Nomer tidak dikenal?” dengan segera Minsu mengangkat teleponnya. “Yeoboseo?”
“Yeoboseo. Kim Heejin imnida.” Jawab yeoja di seberang telepon. “Aku noonanya Heechul, bisakah aku minta tolong padamu?”

~~~~~

Minsu’s POV

“Yeoboseo. Kim Heejin imnida. Aku noonanya Heechul, bisakah aku minta tolong padamu?” ujar yeoja di seberang telepon.
“Noo…… noona?” tanyaku sedikit terkejut, “Jesonghabnida, Heechul oppa tidak pernah cerita kalau ia punya noona atau hyung. Jadi aku agak terkejut.”
“Gwechana.” Jawab Heejin eonnie. “Bisakah aku minta tolong padamu, Minsu?”
Aku menelan ludah. Aish, kenapa disaat saat seperti ini aku malah….. “Nee, ada apa eonnie?”
“Chullie dari tadi mengigau dan ia menyebutkan namamu terus-terusan.” Jelas Heejin eonnie. “Bisakah kau kemari dan menungguinya barang sehari atau dua hari saja? Aku temani deh.”
Eh? Kenapa permintaan kedua temanku menjadi kenyataan seperti ini?? Ini bukan rekayasa mereka berdua kan?
“Baiklah, aku akan segera kesana.”

.....

3 hari kemudian….

“Selamat pagi Minsu-ah” Sapa Heejin eonnie yang baru saja terbangun dari tidurnya. “Bagaimana keadaan Heechul?”
“Selamat pagi eonnie. Kondisi oppa sudah stabil, tapi ia masih belum bangun dari komanya.” Aku membuatkan eonnie mie instan untuk makan paginya. “Ini untukmu eonnie.”
“Nee, gamsahabnida. Kau cocok sekali jadi istrinya Chullie, kau rajin dan penuh perhatian.”
“Ahahahaha eonnie, jangan katakan hal seperti itu lagi.” Aku tertawa pahit. Eonnie sebenarnya sudah tahu sejak awal bahwa aku dan Heechul oppa sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi, tapi ia selalu saja memujiku seperti itu. Membuat perasaanku semakin perih.
“Tapi itu kenyataannya sayang.” Sergah Heejin eonnie. “Aku ke kamar mandi dulu ya.”
Aku kembali duduk di sebelah Heechul oppa yang masih tertidur dengan wajah cantiknya. Detak jantungnya normal, ia tidur bagaikan malaikat. Aku tak sampai hati mengganggunya, tapi sungguh… aku rindu masa-masa saat kami bersama. Aku takut kehilangannya, aku tidak ingin ia melanjutkan tidur nyenyaknya dan tak pernah kembali ke kehidupanku.
“Oppa, noona mu bilang aku pantas jadi istrimu. Benarkah demikian?” tanyaku kepada oppa yang masih tertidur. Aku menyibakkan poninya seraya mencium dahinya “Tapi…. Apakah kau masih mencintaiku oppa?”
Aku tak bisa menahan air mataku yang jatuh pelan-pelan membasahi pipiku, “Apa aku bisa kembali mencium dahimu seperti dulu? Apa aku bisa melewatkan waktu bersamamu lagi? Apa aku bisa mendapat kecupan darimu di kelopak mataku, oppa?” suaraku mulai gemetar dan hidungku mulai mampet. Nafasku terasa sesak, “Apa aku bisa…… membuatmu mencintaiku lagi, Kim Heechul?”
Aku menghirup nafas dalam-dalam sambil memencet hidungku yang mampet dan mengusap mataku, “Gwechana…. Gwechanaeyo kalau oppa tidak bisa mencintaiku lagi. Asalkan oppa bangun kembali dan menjalani aktifitas seperti dulu. Gwechanaeyo, aku akan selalu mencintai oppa. Tidak ada yang bisa menggantikannya.” Aku memegangi tangan Heechul oppa yang putih pucat tanpa luka, dan menempelkannya di dahiku. “Saranghabnida oppa, always……”
Beberapa detik kemudian, kurasakan tangan Heechul oppa bergerak kaku. Menyadari hal itu, aku segera bangkit dan melihat……. Heechul oppa telah bangun dari tidur panjangnya.
“Minsu…. Minsu…….” Panggilnya. “Kenapa aku selalu membuatmu menangis? Mianhae…”

~~~~~

Heechul’s POV

“Ahjusshi, apakah anda percaya…. Bahwa cinta dapat mengalahkan segalanya?”
“Mengalahkan yang namanya rasa takut. Rasa takut akan kesedihan, rasa takut akan berbagai hal, bahkan rasa takut terhadap kematian…”
“Cinta adalah penggerak kehidupan kita, tak kan ada kehidupan tanpa cinta. Meskipun rasa cinta itu juga menyakitkan….”


“Minsu-sshi…” panggilku, “Kau tidak kuliah? Kau harus istirahat untuk Senin besok.”
“Gwechana oppa, aku punya banyak waktu istirahat kalau sudah sampai dirumah.” Jawab Minsu sambil menyunggingkan senyumnya. “Heejin eonnie sudah pulang ke rumah, sudah kewajibanku untuk merawat oppa.”
Aku berusaha menggapai HPku di meja, tapi tak sampai. Melihatku yang seperti ini, Minsu langsung mengambilkannya untukku. “Oppa tidak boleh banyak bergerak. Kan belum sembuh benar bekas operasinya.”
“Aish, ada pesan di HPku. aku harus segera membacanya.” Aku langsung membaca pesan dari Hankyung Ahjusshi. “Lihat, sebentar lagi Hankyung ahjusshi datang. Kau harus pulang ya, untuk mempersiapkan ujian akhirmu untuk ke Semester 6.”
“Annyeong haseo.” Sapa Hankyung ahjusshi. “Wah….. kau sudah wangi ya Heechul-sshi?”
“Hahahahahaha, Minsu sudah memanggil suster sejak tadi pagi untuk memandikanku. Lagipula aku sudah hampir seminggu tidak mandi, rasanya tidak nyaman sekali.” Ujarku. “Nah Minsu, Time to go home~~”
Wajah kecewa Minsu terlihat sangat menggemaskan, ia pamit dengan tidak bersemangat. “Annyeong Heechul oppa, Annyeong Hankyung ahjusshi.” Rasanya aku ingin mencubitnya, tapi aku tidak bisa.
Setelah Minsu pergi, Hankyung ahjusshi mendekatiku, “Well… katanya kau punya misi baru. Bolehkah aku tahu?”
“Tentu saja ahjusshi, kau orang terdekatku. Kau harus jadi yang pertama tahu.” Ucapku penuh kebanggaan. “Minggu depan, aku berulang tahun yang ke 28. Dan aku ingin menyiapkan sesuatu untuk Minsu, anda bawa kotak cincinnya?”
“Aku bawa, seperti yang kau minta.” Ahjusshi menyodorkan kotak cincin yang aku titipkan kepadanya sebelum kejadian penagkapan itu. “Masih bagus kok, untung saja Teuki belum menemukannya. Kalau sudah, mungkin ia akan menaruh prasangka terhadapku. Hahahaha”
“Gamsahabnida.” Aku mengambil kotak itu dari tangan ahjusshi. “Kemarilah, aku akan membisikkan misi ini kepada anda.”
Hankyung ahjusshi mendekat dan kemudian kubisikkan rencana yang ingin kubuat. Dan kau tahu apa reaksinya?
“Whoaaaaaa……. Misi yang sangat manis sekali~~!!!”

.....

Seminggu kemudian, tanggal 10 July…

“Minsu adalah tipe yeoja yang pemalu.” Ujar Yesung. “Haruskah kita memberi selamat di depan kalian?”
“Akh, aku lupa tentang sifatnya yang satu itu.” Aku menepuk kepalaku. “Yasudah, tidak perlu memberi ucapan deh. Nanti saja kalau aku sudah pulang dari rumah sakit. Oh iya, untuk semua anak-anak Super Jjang…. Gamsahabnida sudah membantuku menyelesaikan misi ini. Aku harap misinya sukses.”
“Sama-sama hyung.” Kyuhyun memberikan video tape nya kepadaku. “Kalau sukses, traktir aku Samgyupsal ya? hehehehehe.”
“Hah, dasar evil namja.” Celetuk Sungmin. “Yang penting misinya Heechul hyung sukses dulu, baru minta traktir.”
“Ahahahahaha kalian bisa saja.” Jawabku, “Terima kasih juga ya sudah menjengukku hari ini, terutama Shindong-sshi dan Nari-sshi. Kedatangan kalian sangat mengejutkanku.”
“Ini tidak ada apa2nya dibandingkan kesuksesan misimu.” Ucap Shindong sambil merangkul Nari-sshi. “Aku tidak menyangka kalau sebentar lagi Heechul akan……”
Tiba2 HPku bergetar. Satu pesan dari Minsu. “Mwo? Minsu sudah ada di lobby rumah sakit?? Cepat sekali~~~”
“Oh baiklah, kita pamit dulu ya hyung.” Ujar Eunhyuk dan yang lainnya. “Semoga misinya sukseeeees~!!”
“Neeeee, gamsahabnida.” Jawabku sambil mengiringi kepergian mereka. “ Fiuuuuuuh aku deg2an sekali.”
Setengah jam kemudian, pintu kamar diketuk dan Minsu muncul dari luar. “Annyeong haseo Heechul oppa~~” sapanya sambil tersenyum gembira.
“Annyeong haseo…. Wah, kau bawa apa ini? Wanginya enak sekali.” Pujiku sambil mempersiapkan kotak yang kemarin ahjusshi berikan padaku.
“Ini masakan ala Western bikinan Umma, beliau sudah belajar membuatnya sejak dua minggu yang lalu,” Minsu menaruh tas nya di sofa dan merapihkan meja kecil disampingku. “Oppa mau mencoba nya?”
“Nanti saja.” Jawabku singkat. “Oh iya, ini ada video dari namja Super Jjang. Bisa tolong setelkan untukku?” aku memberikan video itu dengan gugup.
Minsu hanya mengangguk sambil mengambil video tape nya dan mulai menyetelnya. “Memangnya ini film apa Oppa?”
“Hem, nanti kau juga tahu.” Jawabku sambil tersenyum sebelah. “Duduklah disebelahku, temani aku nonton.”
Tepat saat Minsu duduk disebelahku, filmnya mulai….

“Sudah nyala nih? Oh ternyata sudah. Oke, annyeong haseooooooo…… Super Jjang disini~~!!”
Wajah Minsu terkejut luar biasa, “Apa yang oppa-oppa lakukan?” dan aku tidak menjawabnya.
“Kita disini dimintai tolong untuk menyelesaikan misi dari Heechul hyung untuk…. Untuk siapa?”
“Untuk Lee Minsu~~!!” jawab mereka semua.
“Nee, untuk Minsu-sshi.” Lanjut Sungmin “Karena kondisi yang tidak memungkinkan, Heechul hyung meminta kami untuk menyanyikan lagu buatannya. Khusus untuk Minsu-sshi.”
“Nee. Benar sekali~~!!” timpal Kyuhyun, “Baiklah, ayo kita nyanyikan lagunya….”
Yesung mulai memencet tuts piano, dan mereka pun bernyanyi…. Lagu kesukaanku…

Geudaereul saranghandaneun mal~
Pyuhngsaeng maeil haejugo shipuh…. Would you marry me?
Nuhl saranghago akkimyuh saragago shipuh

Geudaega jami deul ddaemada….
Nae pare jaewuhjugo shipuh Would you marry me?
Iruhn naui maeum huhrakhaejullae?

Pyuhngsaeng gyuhte isseulge, I do
Nuhl saranghaneun guhl, I do
Nungwa biga wado akkyuhjumyuhnsuh, I do Nuhreul jikyuhjulge My love


“Hari ini, umurku sudah 28 tahun. Dan mungkin umurku sudah cukup untuk memiliki keluarga.” Aku memulai pernyataanku tanpa menghiraukan Minsu yang masih terbengong bengong. “Dan aku hanya ingin menikah dengan orang yang tidak pernah berhenti aku cintai, yaitu kamu.”
“Op… oppa tidak bercanda kan?” tanya Minsu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku tidak pernah bercanda kalau menyangkut masalah perasaan.” Jawabku mantap. “Lee Minsu, saranghaeyo… maukah kau menikah denganku?”
Aku membuka kotak cincin yang sudah kupersiapkan sejak kedatanganku di Seoul 2 minggu yang lalu, disana terpampang cincin putih dengan 5 berlian kecil tertanam disana.
“Aish oppa, ini masih terlalu cepat bagiku.” Minsu menggaruk kepalanya dengan wajah yang merona. “Umurku masih 20 tahun dan aku belum lulus kuliah.”
“Ah… benar juga ya?” sahutku sambil ikutan menggaruk kepala. Wajahku juga sudah merah tak karuan karena pernyataan Minsu barusan. “Kalau begitu, maukah kau bertunangan denganku? Maukah kau kembali ke pelukanku?”
Minsu membenamkan wajahnya di selimutku, dan dengan lihai aku memasangkan cincin itu di tangan kirinya. “Kau menerimaku kan?”
“Anii…” jawabku singkat dan kaku, membuat jantungku berhenti sesaat….
Namun setelah berkata seperti itu, ia langsung memelukku erat, “Tidak, aku tidak bisa menolaknya. Aku terlalu mencintai oppa, aku tidak bohong.”
Aku mengelus elus punggungnya yang kurus, bisa kurasakan detak jantungnya berdebar secepat detak jantungku. Kami tidak melepas pelukan kami untuk beberapa waktu lamanya.
“Aku merindukan saat2 seperti ini oppa..” ucap Minsu.
“Aku juga, tapi panggil aku jagi saja ya? aku lebih cocok dengan panggilan itu” ujarku narsis.
“Kau narsis sekali jagiya.” Jawabnya dibelakang punggungku. “Tapi ngomong2.. aku sudah sesak napas nih.”
“Salahmu, memelukku seperti tadi.” Aku menyalahkannya sambil tertawa, “Tidak akan kulepaskan sampai besok-besoknya.”
“Terserah kamu saja jagi. kalau aku kehabisan nafas, kau yang harus tanggung jawab.” Jawabnya penuh dumelan. Kuturunkan kakiku supaya aku tidak pegal memeluknya terus-terusan. “Ngomong-ngomong, cincinnya bagus. Aku menyukainya, gamsahabnida jagiya… saranghae.”
Aku mengulum senyum sambil menggoyang goyangkan sedikit pelukannya. “Nado saranghae, yeobo.”
Suasana rumah sakit yang tenang telah membantuku menyelesaikan misiku, kini Minsu telah kembali ke pelukanku. Tapi bukan sebagai Yeoja Chinguku, melainkan sebagai tunanganku…
Semoga kami selalu bersama selamanya…..
Aku yakin, masalah yang menimpa kami di masa lalu.. akan menjadikan kami semakin kuat di masa depan.

Tamat...

*song credit: Marry U -Super Junior-