Minggu, 29 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Last Chapter)


Shin Hyunyoung story…

Astaga… negara kegelapankah ini? Mengapa begitu gelap dan menyeramkan??
Aku memandangi langit yang bernaung diatasku. Warnanya seperti langit yang mendung tiada henti, lalu…. Kulihat beberapa sayah hitam yang sedang berterbangan dengan bebasnya. Wajah mereka mayoritas menakutkan dengan luka yang tidak wajar di wajahnya, ada juga yang badannya penuh dengan tato sedang duduk dan… sepertinya menangis.
“Ya ampun… bahkan dunia ini baunya sangat… omona~” aku terkejut melihat bangkai sesosok manusia yang terbakar dengan bau yang sangat busuk…. Sepertinya manusia itu akan bertransformasi menjadi seorang malaikat hitam.
Di bawah lereng gunung kegelapan terlihat kumpulan manusia yang sedang berbaris. Tubuh mereka penuh dengan luka dan darah yang mengucur kemana-mana. Mereka berbaris menuju suatu pintu yang mengeluarkan suara yang amat menyiksa telinga apabila satu manusia sudah masuk ke dalamnya.
Lihatlah…. Bahkan neraka tidak pernah tidur.” Aku terkesiap mendengar sesosok malaikat hitam yang berdiri membelakangi rumpun tempatku bersembunyi, “Tidak heran, manusia tidak pernah puas membuat kesalahan. Makanya, itu yang mereka dapatkan.”
Mereka disuruh kerja paksa kan disana? Hahahaha benar-benar pekerjaan yang paling menyebalkan.” Jawab temannya yang bertanduk, “mereka saja masih mengeluh karena pekerjaan itu. Bagaimana kaum kita yang langsung mati kalau membuat kesalahan kecil? Malaikat putih yang memaksa seorang gadis untuk melayaninya saja bisa dijadikan malaikat hitam. apalagi kalau malaikat hitam aslinya? Kita bisa diberi vonis dengan tato-tato itu kan?
Iya.. kau tahu kan Yong Junhyung kembali hari ini?” tanya temannya lagi, “Ia akan segera menjalani hukumannya loh. Tepat di depan para tetinggi kegelapan, ketika langit menjadi begitu gelap sehingga kita tidak bisa menggunakan mata kita.
Ah sayang sekali ya kita tidak bisa menyaksikan kematian malaikat hitam paling jahanam senegara ini.” Sahut si tanduk sambil mengepakkan sayapnya dan segera pergi bersama temannya entah kemana. Aku menelan ludah mendengar percakapan kedua malaikat hitam itu. Aku harus segera mencari Junhyung oppa secepat mungkin, kalau tidak… ia bisa segera mati.
“Tapi……….. dimana tempat para tetinggi kegelapan itu?” ucapku bingung. Kan aku tidak punya peta dunia ini~~
Tiba-tiba kalung pemberian Hyunseung oppa memancarkan sedikit cahaya yang bertuliskan,

Sidang para petinggi biasanya di puncak gunung kegelapan. Pergilah kesana, tapi jangan sampai ketahuan. Malaikat hitam sangat suka memakan energi manusia.

Memakan manusia?? Astaga, bagaimana ini? Bagaimana aku bisa pergi kesana kalau ketahuan saja bisa dimakan malaikat hitam??
“Apa yang harus kulakukan ya?” ujarku bingung. Bahkan aku tidak tahu harus mencari Junhyung oppa kemana dulu baiknya. Pelan-pelan aku menuruni bukit tempat aku mendarat dari duniaku, dan celingukan mencari tempat persembunyian.
“Ya ampun… bahkan mayat yang mati tidak dikubur, malah berserakan seperti ini.” Keluhku sambil bergidik jijik karena tidak sengaja menginjak sebuah lengan di jalan.
GREB…!! Aku terkejut melihat lengan yang tak sengaja kuinjak itu hidup kembali dan menyatukan tubuhnya.
Jantungku berdetak cepat. Omona…. Bahkan di dunia kegelapan ada zombie~!!!!

.....

Haaaah…… haaaaaaaaaah……….. haaaaaaaaaaaaaaah……
Aku berlari sebisa mungkin menghindari para zombie itu. Sudah banyak zombie yang bangkit kembali karena merasakan energi manusia yang ada pada diriku. Saat aku bertanya pada kalung pemberian Hyunseung oppa, ia tidak menjawabnya. Itu berarti tidak ada solusi untuk menyamarkan diriku, mau tidak mau aku harus bertahan!!
“Aigo… aku capek sekali dan, ………… !!!” aku tak bisa menjerit karena sangat terkejut dengan kehadiran para zombie yang sepertinya sudah mengetahui tempat persembunyianku. Aku berlari lagi sambil mengusap peluhku dan menenangkan jantungku yang amat sangat ketakutan.
BRUK!! Tak sengaja aku tersandung batu dan membuat lututku berdarah. Matilah aku, keberadaanku sebagai manusia bisa dengan cepat menyebar dan aku akan………
Tiba-tiba seluruh kawanan zombie yang mengejarku itu musnah dan hancur berkeping keping di depanku. Yang tersisa hanyalah sesosok malaikat hitam bertubuh kecil yang sepertinya masih muda.
“nona, apa kau tersesat menuju pintu neraka?” tanya anak itu. “Ikut aku, kalau para sayap hitam lain tahu ada manusia disini… kau bisa mati.”
Ia menjulurkan tangannya dan segera setelah aku meraihnya, ia melesat terbang melewati awan-awan gelap dan langit yang kelabu. Terbangnya cepat sekali, bahkan aku hanya merasa seperti berpindah tempat dalam satu waktu saja.
“Kau aman disini sekarang.” Jawab sayap hitam itu, “dilihat dari penampilanmu…. Sepertinya kau tidak bisa ke neraka karena dosamu hanya sedikit. Lalu…. Kenapa bisa ada disini?”
“Eh….. halo, namaku Hyunyoung.” Akhirnya mulutku baru bisa terbuka dan mengucapkan bahasa malaikat. “Aku…… kemari untuk menyelamatkan temanku. Aku berasal dari dunia manusia.”
Sayap hitam itu terkejut, “Kau berasal dari dunia manusia? Nekad sekali~!!” katanya, “Tapi…. Sepertinya kau punya relasi dari sayap putih ya?”
Ia memandangi kalung yang kupakai saat ini, “Itu…. Kalung cahaya, hanya malaikat putih lah yang bisa membuatnya. Mereka memberikan petunjuk setiap orang yang memakainya bertanya, kau punya teman seorang malaikat putih?”
Aku mengangguk perlahan, “Aku… punya kekasih dan dua sahabat yang bersayap putih. Oh iya, kamu punya nama?”
“Ya, namaku eodum.” Jawab sayap hitam yang penuh dengan wawasan itu, “Teman yang ingin kau selamatkan itu…….. siapa?”
“Namanya…. Yong Junhyung.” Jawabku. Entah kenapa tiba-tiba wajah eodum yang polos berubah menjadi merah dan sedikit menyeramkan.
“Lebih baik kau pulang. Junhyung ditakdirkan mati hari ini, tidak ada yang bisa melawan keputusan petinggi kegelapan.” Jelas eodum, “Kau bisa dijebloskan ke neraka atau mati, apalagi kau manusia.”
Aku menggeleng dengan penuh kepastian, “Aku tidak peduli, yang penting aku bisa menyelamatkan Junhyung oppa.” Jawabku. “Tolong aku eodum, bawa aku ke puncak gunung kegelapan saat dunia ini sudah semakin gelap.”
Eodum awalnya ragu-ragu, lalu ia berkata. “Hemh…. Inikah yang namanya sebuah pengorbanan? Manusia tentu punya banyak perasaan yang tidak dimiliki oleh malaikat ya. aku jadi ingin kesana.”
“Kau…. Pasti kesana, kalau kau berniat untuk bereinkarnasi.” Jawabku mantap, “Asal kau jangan menyesal dengan apa yang sudah digariskan ke dalam kehidupanmu. Entah kau dilahirkan sebagai manusia biasa atau sebagai seorang perempuan.”
Eodum mengangguk, “Baiklah nona, aku mengerti. Mari ikut aku ke dekat puncak gunung, karena dunia ini sudah hampir menggelap.”
Aku menggenggam tangan Eodum dan segera terbang. Awan hitam yang bergumul gumul terlihat sangat dekat sekali di mataku.

.....

Beberapa waktu kemudian, Eodum berhasil membawaku ke puncak gunung kegelapan tampat Junhyung oppa akan divonis mati. Ia menyembunyikanku tepat di dekat sel-sel tahanan.
“Oh… itu Junhyung oppa.” Ucapku saat melihat Junhyung oppa yang digiring oleh jubah hitam melayang ke sebuah tempat.
“Yong Junhyung? Malaikat paling jahanam di Negara kegelapan? Astaga… kenapa kau malah ingin menolongnya?” tanya Eodum yang tak menyangka semua ini. “Ia membunuh ayahnya yang murni keturunan dewa kegelapan, ia meniduri 3 gadis dan salah satunya ada yang bunuh diri karena ia tak mau bertanggung jawab dan… ia divonis merebut kekasih dari seorang malaikat putih.”
“Astaga, tidak mungkin. Junhyung oppa tak pernah berhasil merebutku, mereka salah sangka~!!” ucapku panik. Eodum hanya menggelengkan kepala atas ketidak tahuannya.
“Maafkan aku Hyunyoung… aku hanya mendengar semua keluh kesah para petinggi tentang… oh, sidangnya sudah mulai~!”
Selamat datang kepada dewan tertinggi Negara kegelapan. Hari ini… kita akan memvonis malaikat paling dicari, paling diburu, sekaligus paling jahanam di dunia ini. Silahkan! Bawa tahanan itu kemari,” ujar malaikat berjubah yang mempunyai kalung berbentuk tengkorak. Dari pintu diseberangnya, terlihat Junhyung oppa yang diseret oleh para algojo berjubah dan dengan kasarnya, mereka menghempaskan tubuh oppa di depan semua petinggi itu.
Baiklah, saya akan membacakan kesalahannya.” Ujar yang membawa sebuah buku tipis, “Yong Junhyung, malaikat hitam yang dibuang bersama ibunya ke dunia manusia karena lahir dari pernikahan terlarang. Membunuh ayah kandungnya yang merupakan keturunan langsung dari dewa kegelapan, menodai 3 gadis dan menyebabkan salah satunya mati karena ia tidak mau bertanggung jawab, mengabaikan peringatan peringatan yang tertulis di tubuhnya, dan….. diduga merebut kekasih dari seorang malaikat putih.
Seluruh petinggi langsung ramai membicarakan tentang perkara yang terakhir, “Memalukan! Apa kau tidak tahu diri?! Berani merebut kekasih malaikat putih yang jelas-jelas tidak pernah mencintaimu, dasar jahanam!
Benar! Bahkan kau tidak pantas menjadi malaikat hitam. kau lebih pantas menjadi seekor iblis!” cetus yang lainnya pedas. Aku menggeleng ketakutan karena mendengar ini, nafasku tak beraturan, dan jantungku terus berdebar kencang.
“Hyunyoung… sudah kubilang, kau tidak akan bisa melawan mereka. Keputusan sudah bulat.” Kudengar sayup sayup suara Eodum yang terdengar khawatir. Di sisi lain, aku masih mendengarkan keputusan sang petinggi.
Nah Yong Junhyung! Bersiaplah menghadapi kematianmu,” ujar salah satu petinggi mendekati Junhyung oppa yang masih terlihat membungkuk di depan mereka. “Tubuhmu akan musnah~!! Dan semua memori tentangmu yang melekat di pikiran orang-orang di sekitarmu akan menghilang!!
BZZZZZT~!!! Tiba-tiba sebuah laser merah ditembakkan ke punggung Junhyung oppa sehingga ia terguling dan berteriak kesakitan.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrggggggghhhhh~!!!!”
BZZZT~!!! Satu tembakan lagi mengenai jantungnya, jeritannya semakin keras dan menyiksa telingaku.
Entah kekuatan apa yang membawaku… tiba-tiba aku memutuskan untuk memanjat dan berlari mendekati Junhyung oppa yang terlihat kesakitan.
“Hentikan!! Jangan sakiti dia lagi!!” aku menghalau sang petinggi dengan kedua tanganku.
Hah, siapa kau?! Bagaimana bisa manusia memasuki negera kegelapan sebelum mati?!?!” tanya sang petinggi itu dengan muka yang emosional dan penuh dengan kemurkaan. Sementara malaikat hitam lain berkasak kusuk semakin keras setelah kedatanganku.
Junhyung oppa memegangi tanganku dengan gemetaran, “Hyun… Hyunyoung-sshi. kenapa bisa ada disini?”
“Ceritanya panjang oppa, yang jelas aku kemari untuk menyelamatkanmu.” Ucapku pelan, “Wahai para petinggi kegelapan, Yong Junhyung tidak pernah merebut kekasih malaikat putih. Ia belum berhasil merebutnya, oleh karena itu tolong cabutlah hukumannya!”
Hah, kenapa dengan sok tahunya kau bisa bilang begitu?! Memangnya kau siapanya dia?!” tanya petinggi lain dengan kasar.
Aku bangkit dan berdiri dihadapan semua petinggi, “Aku adalah………… kekasih dari malaikat putih itu.”
Seluruh petinggi semakin riuh mendengar pengakuan yang aku buat, “Tapi tetap saja dia punya niatan untuk melakukan hal itu dan ia divonis bersalah! Sekarang minggir atau aku akan membunuhmu juga!
“Mianhae Hyunyoung-sshi… nega…. Jeongmal saranghaeyo.”
Tiba-tiba Junhyung oppa melempar tubuhku dan sang petinggi itu berhasil menorehkan lasernya bertubi-tubi ke tubuh Junhyung oppa.
“Andwae… andwae!!!!!!” air mataku merebak melihat Junhyung oppa yang ditembaki seperti itu, aku segera menghampiri tubuhnya dan………… laser itu berhasil menembus ulu hatiku dan memecahkan kalung pemberian Hyunseung oppa.
Seluruh petinggi kegelapan tercengang dengan apa yang kulakukan barusan. Perih dan panas menjalar dengan hebatnya ke seluruh tubuhku.
“Kkkk……. Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” tubuhku rasanya terbakar api neraka. Meskipun begitu, aku tetap menguatkan kesadaran dan terus memegangi Junhyung oppa.
“Hyun… Hyunyoung-sshi?!” sayup sayup kudengar suara Junhyung oppa yang menyesakkan dada, “Wae… wae?! Kenapa kamu melakukan ini padaku? Kenapa kau berkorban demi aku...?!?!”
Andwae…. Aku tidak bisa menahan kesadaranku lebih lama lagi, bagaimana ini? “Karena…. Aku….. aku…”
Tiba-tiba…… kurasakan pecahan kalung yang masih ada di leherku mengeluarkan cahaya. Berkumpul….. berkumpul… dan berkumpul membuat sebuah sosok….. sosok malaikat putih.
Hyunyoung….. Hyunyoung-sshi tetaplah sadar, kini aku sudah bersamamu.
Aku tak percaya….. Hyunri unnie ada di depanku dengan penampilan yang cantik sekali….
Wahai para tetinggi kegelapan… Kenalkan, dia adalah adikku Shin Hyunyoung.” Ucap unnie sambil membungkukkan badan, “Dan saya adalah Hyunri, dewan tetinggi dari Negara cahaya.
Semua petinggi kegelapan terkejut mendengar kata-kata unnie, “Dia adalah adik dari petinggi Negara cahaya? Mustahil!!
“Baiklah…. Kami tidak ingin membuat keributan dengan dewan Negara cahaya. Apa maumu?” tanya petinggi yang berkalung tengkorak.
Unnie membungkuk lagi, “Aku ingin…. Kalian membebaskan Yong Junhyung dari hukumannya. Seperti yang bisa anda semua lihat, adik saya mencintainya. Ya… mencintainya sebagai seorang kakak. Aku akan memberikannya utusan bersama dengan Yoon Doojoon untuk menjaga adikku hingga adikku menikah dengan kekasihnya.
Aku terkejut mendengar pernyataan unnieku, “Baiklah kalau itu maumu, sekarang aku akan bertanya kepada adikmu. Wahai manusia….. benarkah kau mencintai Yong Junhyung? Berikan buktinya pada kami, dan kami akan menarik semua hukuman dan kesalahannya.
Aku menatap Junhyung oppa yang masih tak percaya dengan pernyataan barusan, dan Hyunri unnie yang terus mendukungku untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku merangkul pundak Junhyung oppa yang lemah dan berkata…..
“Ya, aku mencintainya. Aku mencintai oppa yang selalu ada untukku kapan saja dan dimana saja, dan aku akan membuktikannya.” Ucapku mantap, “Oppa… maaf kalau selama ini aku tidak jujur kalau aku mencintaimu.”
Kumantapkan hatiku, lalu kurebahkan Junhyung oppa di lantai…. Dan kucium bibirnya cukup lama dengan air mata yang bercucuran….
Maafkan aku Hyunseung oppa…… aku janji hanya hari ini aku mencium Junhyung oppa. Ini akan menjadi ciuman pertama dan terakhir untuknya, aku rela melakukan ini asal……….. ia tetap hidup disampingku.

.....

Epilog…

“Apa mempelai pria berjanji… akan selalu hidup dalam susah maupun senang bersama dengan sang mempelai wanita?” tanya sang saksi pernikahan.
Namja itu mengangguk dan mengatakan, “Saya bersedia.”
Sang saksi memastikan kepada ayah sang mempelai wanita untuk menjawab setuju. Lalu saksi berkata, “Sekarang… keduanya sah menjadi suami istri. Mempelai pria boleh membuka cadarnya dan mencium mempelai wanitanya.”
Sang namja membuka cadar yang menutupi wajah yeoja yang sudah sah menjadi istrinya itu, “Apa sekarang kamu bahagia, noona?”
Sang yeoja mengangguk dan mencium bibir sang mempelai pria dengan mesra….

.....

“Ahhhhhhhhhhhhhh aku tidak menyangka keluarganya Sun Miyoung sangat kaya. Ia terlihat sederhana dimataku.” Ucap Doojoon oppa sambil meminum sojunya, “Bahkan mereka merayakan pernikahan mereka dengan cara tradisional dan internasional.”
“Nee….” Jawab Hyunyoung, “Lalu….. siapa lagi nih yang akan menyusul?” tanyanya sambil melirik Kikwang dan Sunghyo yang duduk bersebelahan.
Dongwoon tertawa mendengar perkataan Hyunyoung, “Yang jelas… kami masih lama, noona. Soalnya kan aku belum lulu kuliah.”
“Yak… Hyunyoung kan tidak menanyai kamu, yehehehehe malu nih ye.” Ledek Minri dibalas dengan pelukan Dongwoon terhadap yeoja chingu nya yang bertubuh kecil itu.
Saat mereka sedang bersenda gurau, Junhyung datang dengan senyum khasnya, “Annyeong yeoreobun…. Maaf tadi aku mengobrol agak lama dengan Yoseob di dalam, jadinya terlambat kemari.”
“Wah……. Ada manusia yang berani mendatangi kumpulan kita, hahahahaha.” Ujar Doojoon sambil memeluk Junhyung, “Bagaimana kehidupanmu setelah menjadi manusia?”
Junhyung tersenyum. Ya, setelah kejadian yang cukup menyita waktu di negera kegelapan… Hyunyoung berhasil menyelamatkan Junhyung dan meminta Hyunri untuk mengubah namja itu menjadi manusia biasa. Kemudian ia berhenti kerja menjadi penjaga pantai, dan serius menekuni karirnya menjadi penyanyi di klub-klub malam.
“Annyeong Hyunyoung….” Sapa Junhyung sambil merangkul pundak yeoja itu, “Mana Hyunseung?”
“Oppa…. Dia sedang dalam perjalanan kesini, ia menjenguk keluarganya 2 hari yang lalu dan berjanji akan menghadiri pernikahan Yoseob dan Miyoung unnie.” Jawab Hyunyoung, “Bagaimana? Kau menemukan seorang yeoja yang menarik hatimu oppa?”
Junhyung hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum, “Mollaeyo…. Aku sedang tertarik dengan seorang bartender wanita di klub ku yang bernama Heo Dumming. Tapi…. Mungkin aku akan berpikir dua kali untuk mendekati yeoja tomboy itu.”
Hyunyoung mengangguk sambil menuangkan soju untuk Junhyung dan Doojoon yang kini sedang meniti karir dengan bekerja menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan.
“Doojoon oppa, bagaimana dengan kencan butamu? Kau menemukan seseorang yang menarik perhatianmu?” tanya Minri
Doojoon menggeleng dengan muka tidak puas, “Biarpun Hyunyoung sudah mengijinkanku…. Tapi aku hanya menganggap para yeoja itu seperti sahabatku sendiri. Ah entahlah, biarkan saja semuanya berjalan. Nanti juga ketemu sendiri.” Jawabnya sambil menuang soju lagi, “Bagaimana dengan kalian, yak…. Kikwang-sshi… Sunghyo-sshi…”
“Ah yeoreobun… kenapa kalian menanyakan soal pernikahan terus sih kepada kami?” tanya Kikwang dengan wajah yang memerah karena malu, “Sunghyo…. Ingin melanjutkan kuliah S2 nya, jadi aku harus sabar menunggu sembari menabung untuk masa depan kami, hehehehehe.”
Sunghyo mengangguk, “Kikwang juga ingin menata kembali taman ria-nya karena jabatannya sekarang adalah kepala bagian manajemen di taman ria itu. Dia ingin membuat wahana yang lebih seru dan meningkatkan minat anak-anak untuk berkunjung kesana. Benar kan jagiya?”
Hyunyoung memandangi sahabatnya yang sudah memadu kasih sejak SMA itu, dia masih tidak menyangka kalau Yoseob akan mendahului kedua pasangan itu karena hubungan mereka masih tergolong lebih lama dibandingkan dengan hubungan Yoseob dengan Miyoung.
“Oh, lihat! Miyoung unnie kemari~!! Annyeonghaseo pengantin baru~~~” goda Minri dan yang lainnya kepada Miyoung, sementara yang diledeki hanya tersenyum malu. “Chukkahabnida~!!!”
“Nee.. gomawoyo yeoreobun…. Aku lelah sekali harus menemani keluarga kami berdua di dalam sana, makanya aku minta ijin untuk pergi kesini.” Ungkap Miyoung yang terlihat sangat cantik seharian ini, “Oh iya Hyunyoung…. Hyunseung mana?”
Belum sempat Hyunyoung menjawabnya, tiba-tiba Junhyung menyeletuk, “Yak…. Namchin mu baru datang tuh dari langit. Sana jemput dia, nanti dia tersesat loh.”
Hyunyoung melihat sekilat cahaya yang menembus masuk ke dalam gudang di rumah Miyoung dan segera berlari menghampirinya, “aku segera kembali oke?”
Segera setelah Hyunyoung sampai… masih terlihat pendaran cahaya di sekitar sayap Hyunseung yang besar dan indah. Ia mendapati kekasihnya itu sedang merapihkan bajunya yang agak kotor.
“Oppa… aku disini.” Ucap Hyunyoung sambil mendekati Hyunseung, “Kenapa tidak pergi dengan mobil sih? Kan bahaya kalau ada orang yang melihat oppa.”
“Aku takut terlambat, mengingat kalau sudah malam, jalanan agak padat.” Jawab Hyunseung yang menyender di pilar jendela dan menarik lengan Hyunyoung lembut, “Hyuncat… nega bogoshippeoyo.”
Hyunyoung tersenyum dengan wajah yang memerah, “Nee… aku juga merindukanmu oppa. Dan… merindukan sayap sayap ini.”
“Ahahahaha sayap-sayap…” ucap Hyunseung sambil tertawa kecil. “Mau jalan-jalan sebentar denganku?”
Alis Hyunyoung mencuat naik, “Yak… oppa kan belum memberi selamat kepada Yoseob dan Miyoung unnie. Tidak sopan dong sudah datang tapi belum memberi selamat.”
“Sejujurnya… aku sudah menyelamati mereka beberapa jam sebelum kedatangan kalian. Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu.” Ucap Hyunseung sambil memegang pinggang Hyunyoung yang terbang mendekati bulan purnama yang terang…..
“Wah… terang sekali.” Puji Hyunyoung yang badannya meliuk liuk karena diajak berdansa oleh Hyunseung, “Gomawoyo oppa, sudah mempercayaiku pada waktu itu….. dan berkat kalungmu, aku bisa menolong Junhyung oppa dan bahkan bertemu Hyunri unnie.”
Hyunseung menggaruk kepalanya bingung, “Jinjjaeyo? Aku hanya mengumpulkan cahaya saja kok, tidak melakukan apa-apa. Wah… aku sehebat itu ya?”
Hyunyoung yang mendengar itu langsung memukul dada oppanya pelan, “Jangan keluarkan 4D mu sekarang dong oppa, ini kan sedang romatis romantisnya~”
Mereka saling berpandangan dan…. Berciuman di antara awan-awan , semilir angin, langit hitam…. dan, tidak lupa cahaya bulan yang membuat semuanya menjadi indah…

Tamat.





Big thanks to:

Damar unnie yang tidak pernah lelah membaca karangan saya yang berjuta juta ini :)
Gomapta unnie ^^, keep support me for another fanfiction~

Sabtu, 28 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 24)

Shin Hyunyoung story…

“Yong Junhyung ibnida…”
“Ah…. Mianhae Hyunyoung-sshi…”
“Hhhhh Hyunyoungie… kau selalu membuatku sakit kepala kalau kau sedih... jangan terlalu banyak bersedih ya?”
“Aku tidak peduli, aku akan selalu ada untukmu Hyunyoung-sshi, aku akan selalu bersamamu.”
“Saranghae Hyunyoung, aku mencintaimu.”


Tiba-tiba aku teringat dengan semua kata-kata yang dilontarkan Junhyung oppa padaku, dan air mataku mengalir…. Mengingat kata yang terakhir…
“Hyuncat….. kenapa kamu menangis? Apa ada sesuatu yang membebanimu?” tanya Hyunseung oppa sambil mengusap air mataku, “Aku akan membantumu, jangan khawatir.”
Aku mengangkat kepalaku dari dada Hyunseung oppa dan berdiri, “Aku….. ingin bertemu Junhyung oppa.”
Dan sudah kuduga, Hyunseung oppa pasti akan merubah ekspresinya dan berkata, “Andwae…. Kau tidak bisa menemui dia.”
“Gomanhae!! Kenapa sih oppa selalu melarangku menemuinya?! Ada apa?? Kenapa aku tidak boleh bertemu dengannya?? Dia oppaku juga, Kittyoppa!!” seruku tersinggung, “Apa kamu tidak percaya kalau aku hanya mencintaimu?”
Hyunseung oppa terdiam dengan mata yang masih terbelalak dan bingung, “Aku percaya kamu…. Hanya masalahnya….. aku tidak bisa menjelaskan kenapa kamu tidak bisa menemuinya.” Ucap Hyun oppa, “Karena ini…. Perintah Doojoon-sshi.”
Aku menghentakkan nafas keras-keras, “Hah.. Doojoon oppa?! Jeolte aniiyo!! Junhyung oppa yang selalu menemaniku disaat kalian berdua tidak bisa, dan…. Sekarang kalian melarangku menemuinya?! Hah kalian pasti bercanda.”
Aku mengambil tas dan berlari ke teras sambil menggunakan sepatu, dibelakangku Hyunseung oppa memanggil dengan nada ketakutan, “Jebal, jangan bilang kau akan kerumahnya. Hyuncat~~ please, kau tidak akan mengerti kenapa kamu tidak boleh menemuinya lagi.”
“Maka itu aku mencoba mengerti dengan pergi kerumahnya. Jaelgeo~!!” ucapku sambil membanting pintu dan berlari menuju rumahku yang jaraknya lumayan dekat dari rumah Hyun oppa. Kuambil sepedaku dan kukayuh secepat mungkin.
Mianhae Kittyoppa, aku tidak mengerti juga… kenapa aku punya firasat yang kuat untuk menemuinya…. Bukannya aku tak mau menuruti perkataanmu, tapi…. Aku merasa Junhyung oppa sedang dalam bahaya. Aku… hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Batinku sambil terus mengayuh sepeda.
“Oh… Hyunyoung-sshi?? kau mau ke…. Kyaaaaa!!!”
Tanpa sadar aku menubruk dua orang di depanku yang ternyata adalah Yoseob dan Miyoung unnie, “Ah jesonghabnida unnie, gwenchana?”
“Aduh….. gwenchana Hyun-sshi.” ucap Miyoung unnie yang dibantu berdiri oleh Yoseob, “Kenapa terburu-buru sekali, memangnya mau kemana?”
“Aku mau ke rumah Junhyung oppa. Memangnya kenapa?” tanyaku sambil membetulkan sadel sepeda. Tapi yang kulihat Yoseob menggeleng dengan wajah yang takut.
“Mianhae Hyunyoung-sshi.” tangan Yoseob menerjang mataku dan….. tiba-tiba semua menjadi ringan dan gelap.

~~~~~

Sun Miyoung story…

“Mianhae Hyunyoung-sshi…”
Tiba-tiba Yoseob menutup mata Hyunyoung dan ia pingsan seketika. Aku yang melihatnya tak kuasa menahan takjub.
“Yoseob-sshi…. apa yang kamu lakukan? Kenapa Hyunyoung bisa pingsan begini???” tanyaku panik.
Namja chinguku mengangkut Hyunyoung dengan mudah di pundaknya, “Aku membuatnya pingsan. Kita tidak bisa melarang-larangnya lagi, karena ia pasti akan bersikeras kesana. Tadi aku mendengar telepati dari Hyunseung hyung kalau ia berniat pergi ke rumah Junhyung goon.”
Aku terkesiap mendengar perkataan Yoseob, “Yak… terus mau diapakan Hyunyoung yang sedang pingsan ini? Kita kan mau pergi ke…. Suatu tempat. Hyunseung sudah tidak bisa menghalaunya lagi, Doojoon sedang dirumah Junhyung. Minri sedang kerja dan Dongwoon sedang kuliah, ottokke??”
“Ya…. kita bawa saja dia bersama dengan kita,” ucap Yoseob santai. “Memangnya kita mau kemana sih?”
Ah… beginilah kalau mengajak pergi tidak memberitahu tujuannya. Rencana bisa berantakan~
“Ke rumah kedua orang tuaku.”

.....

“Omonim jesonghabnida…. Yeoja ini adalah dongsaengku, dia sedang sakit sehingga membawanya kemari, tidak apa-apa kan?” tanya Yoseob yang masih memanggul tubuh Hyunyoung; menyebabkan keterkejutan yang luar biasa diantara appa dan ummaku.
“Oh gwenchana nak….. yeobo, lihat namja chingunya Miyoung~ omona…. Ia kuat sekali ya??” puji umma berbisik bisik sambil menunjuk Yoseob, “Ototnya sampai bertonjolan begitu~~”
“Hem…. Dulu aku juga sering memanggulmu kalau kau terjatuh atau semacamnya,” ujar appa yang sepertinya merasa tersaingi *capek deh* “Apa…. Kau pernah diangkut olehnya seperti itu, Miyoungie?”
Aku yang syok mendengar pertanyaan appa hanya bisa geleng-geleng, “Aku… melarang Yoseob untuk melakukan itu terhadapku. Ehe… ehehehehehe. Aku permisi dulu mau mengecek keadaan dongsaengnya.”
Aku kabur dari hadapan appa dan umma yang menanyai hal-hal aneh kepadaku, lalu menghampiri Yoseob yang sudah menaruh Hyunyoung di tempat tidurku.
“Berapa lama lagi sampai ia tersadar? Sana… kamu mengobrol gih dengan appa dan umma.” Jawabku sambil melirik Hyunyoung yang masih terlelap. “Kan kamu yang minta aku untuk mengenalkan orangtuaku?”
Yoseob menggaruk kepalanya dengan malu-malu, “Oke Miyoungie…. Beritahu aku kalau Hyunyoung sudah sadar.” Jawabnya sambil mencium dahiku dan pergi ke ruang makan tempat orangtuaku sedang mengobrol.
Aku duduk di meja belajarku dan menatapi beberapa pigura foto dari masih TK sampai selesai perguruan tinggi, ah… rasanya rindu sekali.
“Hyunyoung-sshi…. mianhae, kami tidak akan membiarkanmu pergi kerumah Junhyung goon.” Ucapku pelan sambil menengok ke arah yeoja yang masih pingsan itu.”Beliau….. akan segera pergi. Pulang ke tempat ia berasal, dan………. Menerima semua hukuman yang dijatuhkan kepada dirinya. Ia….. takkan bisa kembali.”
Mataku menjadi panas… mengingat saat ia meminta maaf padaku, lalu kami mengobrol sebentar…. Dan tiba-tiba tubuhnya ambruk dan tak pernah bangun kembali.

~~~~~

Shin Hyunyoung story….

Mianhae, kami tidak akan membiarkanmu pergi kerumah Junhyung goon….. segera pergi…. Menerima semua hukuman yang dijatuhkan kepada dirinya…..
Ia….. takkan bisa kembali.


Aku terbangun dari pingsanku. Sialan, pasti Yoseob membuatku pingsan saat ia menutup mataku. Persis seperti kejadian di bianglala waktu itu….
Tapi… kenapa aku merasa mendengar suara Miyoung unnie ya saat aku pingsan tadi??
Dan ngomong-ngomong….. ini dimana?
Kulihat Miyoung unnie sedang duduk di sebuah meja belajar sambil bersenandung kecil. Aku berjalan mendekatinya dan…… menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan sesuatu.
“Seandainya saja aku bisa ke tempat Junhyung untuk mengiringinya. Mungkin beban yang ditanggung olehnya akan sedikit berkurang,” jawab Miyoung unni sambil menghela napas berkali-kali, “Tapi…. Aku tidak tega melihat prosesi pengirimanmu ke…..”
Aku membekap mulut Miyoung unnie dengan cepat. Karena ia panik dan berusaha menjerit, kupitar kursi nya menghadapku. Kupandangi matanya dengan pandangan memohon, “Jebal….. jangan beritahu Yoseob kalau aku sudah sadar. Ia akan membuatku pingsan lagi, aku tidak mau…”
Miyoung unnie mengangguk dengan mata yang berkaca kaca, lalu aku mulai bertanya. “Kenapa semua orang melarangku ke rumah Junhyung oppa? Marebwa unnie, jebal…”
Aku melepas tanganku dari mulutnya dan membiarkan unnie berbicara, “Hyunyoung-sshi…. yang kami lakukan ini hanya semata-mata supaya kau tidak bersedih.”
“Apa yang terjadi?? Aku tadi mendengar unnie mengatakan… kalau ia tak bisa kembali. Memang ia kemana?” tanyaku semakin penasaran, “Tolong jujur padaku, aku tidak mau dihalangi dan dibohongi lagi.. unnie mengerti kan perasaan seorang yeoja kalau dibohongi??”
Tak terasa mataku memanas dan air mataku tumpah. Miyoung unnie hanya mengangguk sambil memegangi pundakku, “Hyun.. yang harus kau lakukan setelah mendengar ini adalah…. Menguatkan hatimu.”
“Nee… asal unnie jujur padaku.” Jawabku tegas, “apa yang terjadi dengan Junhyung oppa, Miyoung unnie?”
“Hhhhhhhhhhhh Yoseob pasti akan memarahiku setelah ini.” Keluh Miyoung unnie, “Junhyung….. akan kembali ke Negara kegelapan tempat appanya berasal, dan ia akan menjalani semua hukumannya. Ia… tak akan pernah kembali Hyun-sshi….. ia ditakdirkan untuk mati hari ini.”
Jantungku berdetak cepat mendengar perkataan unnie, jadi ini sebabnya mereka tak mau memberitahuku dan hanya menghalangiku?? “Jahat…. Kenapa tidak bilang dari awal?? Kenapa semuanya menyembunyikan ini dariku?! Kalau kalian bilang sejak awal, mungkin aku… mungkin aku tidak sesedih ini~!!”
“Mianhae Hyunyoung-sshi… Doojoon yang menyuruh kami. Jebal, kuatkan perasaanmu. Kamu tidak bisa kesana, kekuatan kegelapan milik Junhyung terlalu kuat. Kau yang belum pernah diserap energinya oleh beliau bisa mati kalau mendekatinya~~!!” rujuk Miyoung unnie dengan mata memohon, “Jebal… jangan kesana. Ingatlah, kau masih punya kami semua…. Kau masih punya Hyunseung yang mencintaimu. Jebal~!!”
Aku melepaskan tangan unnie perlahan dan membuka jendela kamarnya untuk segera pergi, “Tapi… hidupku tak akan pernah seindah ini kalau tidak diwarnai oleh Junhyung oppa. Aku harus merebutnya dari tangan petinggi kegelapan. Aku……. Harus membawanya kembali kesini, ke dunia ini.”

.....

“Hyunyoung-sshi!! apa yang kau lakukan disini?! Junhyung tidak ada disini!!” Doojoon oppa menerima kehadiranku dengan wajah yang ketakutan dan penuh emosi, “Jebal, pulanglah kerumah. Masakkan aku makanan yang enak buat makan malam nanti ya??”
“Kojimal~!! Aku tahu Junhyung oppa disini!” seruku sambil menepis tangan Doojoon oppa, “Aku tahu dia berbaring di…………. Junhyung oppa!!!!”
Aku melihat tubuh Junhyung oppa yang perlahan-lahan menghilang terbakar api dari yang muncul dari tulisan-tulisan di tubuhnya. Kikwang dan Sunghyo yang ada disana langsung menghalauku.
“Andwae!! Jangan mendekatinya, kau bisa terbakar hawa panasnya dan mati!” seru Kikwang
“Benar kata Kikwang, menjauhlah Hyunyoung-sshi…. kau bisa mati karena kamu belum pernah memberikan energimu padanya~!!” Sunghyo mendorongku jauh-jauh dari ruangan itu sekuat tenaga, “kau masih punya kehidupan yang menantimu, jangan biarkan hawa oppa menggerogoti nyawa dan energy…. Oh Hyunseung oppa?”
Kulihat di depan rumah ada Hyunseung oppa, Yoseob dan Miyoung yang datang dengan nafas yang terengah engah, “Maafkan aku hyung, Miyoung dipaksa memberitahukan semuanya oleh Hyunyoung.”
Hyunseung oppa mengangguk lalu mendekatiku dan menarik pergelangan tanganku, “Sudah kubilang kan? Aku….. tidak ingin membuatmu bersedih lagi.”
Tangisku meledak saat Hyunseung oppa mendorongku ke pelukannya, “Hajiman… hajiman… aku tidak ingin Junhyung oppa pergi. Andwaeyo~!! Jebal, bantulah dia agar ia bisa hidup kembali. Uhuhuhuhu~”
Hyunseung oppa mengelus kepalaku, lalu menengadahkan tangannya di udara… dan berkumpulah semua cahaya yang menaungi kami semua. Termasuk cahaya dari hati para malaikat putih yang suci.
“Susullah dia…. Akhir-akhir ini ia selalu memanggilmu lewat tato dan pikiran-pikiran kami semua, mungkin juga melalui semua kenanganmu.” Ucap Hyunseung oppa sambil mengalungkan sesuatu di leherku. “Kalung ini adalah lenteramu untuk kembali ke dunia ini. Bawalah Junhyung kembali….. kalau itu membuatmu bahagia.”
“Hajiman…. Jarang sekali ada manusia biasa yang berhasil ke negeri kegelapan dan kembali ke dunia ini. Tidak apa-apakah?” tanya Kikwang dengan suara yang khawatir.
Awalnya Hyunseung oppa terlihat ragu-ragu….. namun dalam sekejap, ia langsung mengangguk. “Kalung ini sudah terisi dengan penuh cahaya. Aku percaya kalau Hyunyoung akan menemukan jalan pulang ke pelukanku, karena aku mencintainya dan aku mempercayainya.”
“Gam…. Gamsahabnida oppa~!! Huhuhuhuhuhu mianhae sudah memaksamu, aku… merasa sangat bersalah.” Aku memeluknya erat-erat, “Saranghae oppa… jeongmal saranghaeyo..”
Hyunseung oppa melepas pelukannya, lalu Doojoon oppa ganti memelukku, “Semoga berhasil Hyunyoung-sshi… cepatlah pulang. Aku pasti akan merindukanmu, kau satu-satunya keluargaku.”
Teman-temanku dan Miyoung unnie juga bergantian memelukku, “Jebal….. jangan sampai kau tidak kembali dan meninggalkan kami untuk selamanya. Kami tidak bisa membayangkan kesedihan kami.”
“Kau selalu saja nekad seperti ini, Hyunyoung-sshi… sejak kita SMA dulu.” Ucap Yoseob sambil memelukku, “Tapi…. Itulah cirri-cirimu. Menandakan kalau kau cukup berani menghadapi semuanya, termasuk kematian. Itulah dirimu.”
“Hati-hati ya Hyunyoungie… pulanglah sambil membawa Junhyung goon dengan keadaan yang utuh,” Kikwang gentian memelukku, “Aku yakin kau pasti bisa.”
Tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat dari dalam kamar Junhyung oppa, dan saat dibuka…. Terlihat lubang yang besar berwarna merah menyedot semua yang ada di sekitarnya.
“Ppali…!! Itu portal menuju Negara kegelapan, masuklah kesana dan kamu akan segera sampai.” Hyunseung oppa memelukku erat sekali, “Aku percaya padamu Hyunyoung-sshi.. cepatlah kembali, aku.... sangat mencintaimu. arrajie?”
Aku mengangguk dan mencium bibir oppa cukup lama, “Nee, nado saranghae oppa. Aku pasti kembali.”
Setelah itu… aku segera berlari melewati portal yang gelap dan membuat kepalaku berputar-putar

Bersambung...

Sabtu, 21 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 23)

Park Sunghyo story….

Pantai di musim panas memang sangat menyenangkan….
Dapur di musim panas lebih membara dibandingkan dengan musim-musim yang lain…
Tapi tetap saja, tanpa ada Junhyung oppa di pantai ini. Semuanya terasa amat sepi….


“Oh…. Jadi oppa yang tatonya banyak itu sedang sakit keras ya sehingga dia tidak bisa jaga lagi disini?” tanya salah seorang pengunjung remaja yang kudengar dengar sangat mengagumi Junhyung oppa. Aku mengangguk tanpa suara, aku tak bisa menyembunyikan wajah sedihku kalau sudah menyangkut dia. Kulihat Doojoon oppa yang sedang mengawasi pantai di bawah menaranya, sepertinya kali ini ia tidak bersemangat sama sekali karena tidak ada partner disisinya.
“Ah….. sangat disayangkan ya. kehidupan pantai jadi kurang bergairah kalau tidak ada beliau,” jelas anak itu. “Junhyung oppa akan kembali lagi kan suatu saat nanti unnie? Dia belum divonis keluar atau pensiun kan?”
Aku tertawa mendengar ucapan anak umur 15 tahun itu, “Nee doakan saja ya semoga ia cepat sembuh. Oh… jakkaman, sepertinya HPku berbunyi.” Aku pergi ke dalam dapur untuk mengecek HPku. Saat kulihat, ada satu pesan dari Kikwang yang kebetulan sedang menjaga Junhyung oppa.

From: My Holly

Segeralah pulang. Junhyung goon membuat sebuah pesan lewat tatonya.


.....

“Hyun….. Young….. sshi?”
Aku membaca pesan yang dibuat oleh Junhyung oppa melalui tato-tatonya. Kini kami hanya bisa berkomunikasi dengan Junhyung oppa yang tidak sadarkan diri itu dengan hal tersebut, “Tapi kan…. Kita harus membuat Hyun menjauh dari Junhyung oppa karena ia pasti akan merasa sangat terpukul dengan keadaan Junhyung oppa yang sekarang.”
Kikwang mengangguk, “Tapi yang bisa kusimpulkan sekarang adalah…… beliau membutuhkan Hyunyoung-sshi.”
Aku menggaruk kepalaku bingung, bagaimana ini? Aku harus bilang apa kepada Junhyung oppa? Aku tidak mungkin bilang kalau Hyunyoung sengaja dijauhkan darinya supaya tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
“Mi…. mianhanda, Junhyung oppa.” Aku memegang tangan oppa yang panas dan kaku. Nafasnya masih terdengar, meskipun kedengarannya kecil sekali, “Hyunyoung tidak bisa bersamamu untuk sekarang ini.”
“Yak yak… jauhkan tanganmu kalau sudah bicara dengannya,” sahut Kikwang sambil menarik tubuhku menjauh dari tubuh Junhyung oppa, “Kalau lama-lama, ia akan menarik seluruh energimu dan kamu baru bisa bangun besok pagi.”
“Jinjja?” tanyaku tak percaya. “Ya ampuuuuun…. Apakah itu mau oppa? Bagaimana bisa?”
“Itu bukan maunya, itu otomatis dari tubuhnya yang melawan maut. Jadi ia melahap energi untuk bertahan hidup,” jawab Kikwang dengan wajah sedih, “Kita tak bisa meninggalkannya atau terus-terusan menjaganya. Salah satu antara Junhyung goon dan kita akan mati perlahan.”

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

“Hyunyoung-sshi… jangan tangisi kepergian Hyunri ya, uhuhuhuhuhu~~” sahut Doojoon oppa yang memegangi punggungku berusaha menabahkanku; tapi kelihatannya ia yang seharusnya perlu ditabahkan.
“Oppa, uljimma…. Nanti unnie tidak tenang disana kalau oppa menangis terus di…..”
Tiba-tiba terlihat sesosok namja dengan pandangan mata yang menyeramkan di belakang Doojoon oppa, aku segera beringsut menjauhi matanya yang terlihat ketus itu.
“Di mana?” oppa mengusap air matanya dan menengok ke belakang, “Ah… terima kasih sudah datang.”
Namja itu mengangguk, “Siapa yeoja ini? Pacar barumu sesudah Hyunri?”
“Ah anii…” Doojoon oppa mengusap ujung matanya, “Ini dongsaengnya, Shin Hyunyoung.”
Aku menunduk dan bersalaman dengan namja yang…. Tiba-tiba tersenyum pahit itu. Pandangan matanya tetap sinis, tetapi ia terlihat sedih.
“Yong Junhyung ibnida.”


.....

Aku tersadar dari lamunanku saat Hyunseung oppa menghentikan elusannya di rambutku, “Kamu pasti sedang melamun ya, memikirkan apa sih?”
“Agak sedikit mengantuk kalau dielus-elus terus, aku kan seperti kucing. Hehe~” jawabku sambil memandangi rambut Hyunseung oppa yang kini berubah menjadi warna kesukaanku, jingga. “Oppa ganti warna rambut seperti itu buat apa sih? Kamu terlihat seperti appeun namja tau.”
“Hahahahaha kan warna kesukaanmu.” Jawab oppa sambil mencubit pipiku perlahan, “Lagipula aku sudah bosan dengan rambut coklat panjangku, sangat mengganggu sekali.”
Aku mengangguk dan mencoba untuk menanyakan sesuatu, “Oppa….. waktu itu, apa yang kamu bicarakan sih dengan Doojoon oppa?”
Wajah Hyunseung oppa yang kalem tiba-tiba berubah menjadi kaku dan bingung, “Emmmm…. Yah, ada sedikit masalah dengan para tetinggi di atas sana. Kelakuan mereka seperti pejabat-pejabat disini, seperti permainan politik begitulah.”
“Oppa tidak bohong kan?” tanyaku memastikan, “Lalu kenapa pakai bahasa malaikat yang lain, yang tidak aku mengerti? Kenapa tidak terang-terangan saja sih?”
Ia mengangguk dengan matanya yang sangat bundar, lalu aku berkata “Oppa, bosan nih. Main ke rumah Junhyung oppa yuk?”
“Andwae!!” tiba-tiba Hyunseung oppa menjawabku dengan nada yang emosial dan panik, “Kau tidak boleh menemui dia lagi.”
“Eh? wae….. waeyo?!” tanyaku merasa tidak senang, “Aku tidak akan melakukan apapun kok dengan dia, jebal oppa~”
“Aku bilang andwae, kamu tidak mengerti ya?!” tiba-tiba nada bicara Hyunseung oppa semakin kasar dan marah, “Kamu….. mau melawanku?”
Aku terkejut melihat tingkah laku Hyunseung oppa yang aneh itu, “Ah… oppa menyebalkan. Aku mau pergi ke rumah Miyoung unnie saja.”
“Andwaeyo…. Ia pasti sudah tidur di rumah, tidak baik bertamu ke rumah orang malam-malam. Pasti akan sangat mengganggu.” Hyunseung oppa menarik tanganku dan menarikku ke pelukannya, “Oke?”
Aku tidak menjawab dan pergi ke kamarku tanpa suara. Aku yakin pasti ada yang disembunyikan dari Hyunseung oppa kepadaku, semuanya… dari pembicaraan itu, sampai tidak boleh pergi ke rumah Junhyung oppa. Tidak mungkin hanya sekedar cemburu!

~~~~~

Sun Miyoung story…

BZZZZT~~!!!
Ah kenapa aku merasa ada tatapan tajam yang mengintaiku ya? kurasa kemarin sore semuanya baik-baik saja, tapi kenapa hari ini terasa aneh ya?
“Miyoung-sshi… ada yang dikhawatirkan hem?” Yoseob mencium alisku seraya aku berbalik menghadap kea rah suaranya. Aku yang terkejut langsung mendepak pundak lebarnya.
“Wa…. Waeyo???”
“Karena aku terkejut.” Jawabku kesal, “Jangan main cium-cium dong~ ini kan di tempat kerja, jaga sikapmu.”
Yoseob yang kunasehati malah tertawa kecil sambil mengelus elus lengannya yang kurus, “Habis aku gemas sih sama kamu, sejak kejadian yang itu kamu semakin…. Eh eh eh?? kenapa sih???”
Aku menarik tubuhnya menjauh dari lorong tempat Hyunyoung menghitung pendapatan midimarket di kasirnya, “Micheoseoyo? Nanti kalau kedengaran Hyun gimana? Dia kan tidak boleh tahu.”
“Jesonghabnida.” Yoseob menunduk dengan penuh hormat, “Terus… kenapa tadi kamu kelihatan seperti orang sakit begitu?”
Aku menggeleng cepat, “Tadi… sepertinya ada yang memandangiku dengan tatapan yang tajam dan sangat mengerikan, kira-kira siapa ya?”
“Paling itu Dongwoon,” Yoseob menunjuk kea rah Dongwoon yang sibuk dengan kardus-kardusnya, “Kan cuman dia yang punya tatapan yang tajam dan terkadang mengerikan.”
Aku menggeleng, “Aku yakin bukan dia. Soalnya… agak berbeda dari yang biasanya.” Jawabku sambil berbisik bisik.
“Tidak mungkin kan kalau yang melakukan itu adalah Hyunyoung? Kurasa dia tidak akan bisa melakukan hal semacam itu. Aku sudah mengenalnya sejak SMA, jadi…. Sepertinya tidak mungkin.” Jawab Yoseob sambil berkasak kusuk bersamaku di pojok ruangan.
“Yah……. Bukan ya?” jawabku sambil menatapi Hyunyoung yang dari tadi sibuk dengan komputer kasirnya. Pekerjaannya bertambah setelah atasan kami membuat satu booth kasir lagi supaya antrian tidak panjang.
“Yoseob-sshi, kau dimana? Ini… ada yang mau bayar!” seru Hyunyoung dari mejanya. Yoseob yang terkejut segera mungkin berlari menuju meja kasir dan melayani pembeli.
“Dongwoon-sshi bisa kemari sebentar, aku ingin bicara.” tiba-tiba Hyunyoung memanggil Dongwoon dan membisikkan sesuatu padanya, sementara aku yang ada di pojok ruangan berusaha mengintip mereka.
“Ah…. Junhyung goon sepertinya sedang pergi keluar kota. Jadi tidak heran kalau Hyunseung hyung melarang noona untuk menemuinya, jangan sedih begitu dong. Pantas saja mukamu hari ini suram sekali.” Cerocos Dongwoon cukup keras sehingga aku bisa mendengarnya.
Ah… jadi itu sebabnya ia menatapiku dengan cara yang mengerikan tadi? Ternyata ia hanya ingin bertemu Junhyung ya? astaga mengagetkanku saja. Batinku. Tapi…. Memang sudah lama sih mereka tidak bertemu, kan mereka juga bersahabat setahuku.
Tiba-tiba aku teringat ucapan Yoseob beberapa pekan yang lalu….

Noona, kapan kau mengenalkan aku pada orangtua mu?

Hem…. Bagaimana ya kalau minggu depan saja? Aku belum siap mental sih, hehehehehehe….

~~~~~

Min Minri story..

“Beliau terus-terusan mengirimkan pesan yang berisi nama Hyunyoung, Doojoon oppa.”
Doojoon oppa mengamati tubuh Junhyung oppa yang penuh dengan tulisan ‘Shin Hyunyoung’ menyebar di seluruh permukaan dadanya, “Sepertinya dia sangat membutuhkan Hyunyoung. Tapi…. Hyunseung tidak mengijinkan yeochinnya mendekati Junhyung sama sekali. Ia khawatir Hyunyoung tidak mampu bertahan karena kehabisan energy dan semua itu bisa menyebabkan kelumpuhan atau kematian.”
Aku memandang Junhyung oppa yang kritis. Sepertinya tanda kehidupan di dalam dirinya hanya sepersekian persen, dan yang mampu menopang tubuhnya hanya energi-energi yang tubuhnya hisap dari tubuh orang lain, “Tidak adakah cara lain untuk menolongnya oppa? Dia kesakitan, dia menderita… paling tidak tolonglah dia.”
“Tidak bisa Minri, kuatlah.” Jawab Doojoon oppa sambil menepuk punggungku, “Kita hanya bisa menungguinya hingga ajal tiba. Da itu sekitar 2 hari lagi.”
“Dua hari lagi dan Hyun oppa tidak mengijinkan Hyunyoung menemui Junhyung oppa hanya sekali saja? Aku yakin Hyun oppa pasti lebih otoriter dengan wajahnya yang terlihat kalem itu.”
“Wajar saja dia begitu, Junhyung pernah ketahuan olehnya sedang merayu Hyunyoung dan ia marah sekali,” jawab Doojoon oppa, “Lagipula… sudah takdir yang menggariskan kalau hidupnya tidak akan lama.”
Aku mengusap mataku yang berkaca-kaca, “Memangnya… apa yang terjadi dengan beliau oppa?”
“Kau lihat tulisan yang paling besar di dada dan lengan kanannya itu? Tato itu adalah vonis dari para tetinggi diatas sana.” Jawab Doojoon oppa, “Ia mendapatkan vonis itu karena…… ia telah membunuh appa kandungnya yang kebetulan adalah malaikat hitam.”
“Aku tak mengerti oppa.” Jawabku bingung, “Ceritakanlah secara detail.”
Doojoon oppa mengangguk dan mulai bercerita, “Pernikahan kedua orangtua Junhyung pada waktu itu adalah kemustahilan di negeri malaikat karena mereka berbeda sayap. Sang umma bersayap putih sementara sang appa bersayap hitam, mereka saling mencintai dan melanggar hukum negeri sehingga umma Junhyung diturunkan di bumi sebagai sosok manusia.”
“Junhyung selalu mendengar cerita dari kawan sepermainannya, bahwa malaikat hitamlah yang mencabut nyawa setiap manusia dan beliau percaya akan hal itu,” sambung Doojoon oppa, “Suatu kali, Junhyung menemukan ummanya yang terkulai tak bernyawa dan hendak diangkut oleh sesosok malaikat hitam yang tak lain adalah appanya. Waktu itu Junhyung masih berumur 10 tahun dan ia percaya cerita itu. Ia pun dengan marah membunuh appanya dan…. Dalam waktu satu detik cahaya, ia pergi ke negeri malaikat hitam dan mendapat hukuman. Yaitu umur yang tidak panjang, dan tulisan-tulisan panas yang selalu menyiksanya di tengah malam.”
“Ia selalu berharap bisa kembali sebagai malaikat putih tanpa sayap seperti dulu. Namun sifat-sifat hitam sudah merasukinya, ia melakukan pergaulan bebas dan berhubungan dengan banyak yeoja. Salah satu dari yeoja itu tulus mencintainya, namun ia menolak yeoja itu mentah-mentah sehingga yeoja yang bersedih itu memutuskan untuk bunuh diri dengan cara memotong nadinya dengan pisau. Maka itulah hukuman Junhyung diperpanjang, hukuman itu akan berakhir kalau ia berhasil menemukan yeoja yang tulus mencintainya lagi. Tapi ia tak pernah mendapatkannya, dan…… inilah hasilnya.”
Hatiku miris mendengarnya, benarkah Junhyung oppa mempunyai masalalu yang sangat menyedihkan itu? Kesalahan yang ia lakukan tak lain karena sebuah kesalahpahaman, tapi kenapa tak ada satu malaikat pun yang bisa mendengar hatinya lebih cepat, sebelum ia menutup hatinya itu untuk waktu yang lama…..
Aku…… tak bisa membendung lagi kesedihanku. Mungkin ini sebabnya Hyunseung oppa tak mengijinkan Hyunyoung, yeoja itu pasti akan lebih sedih dan merana kalau mendengar cerita ini…..

Bersambung...

Kamis, 19 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 22)

Sun Miyoung story..

“Miyoung-sshi… Miyoung-sshi, ironaseo..”
Aku membuka mata yang berat dan menemukan Yoseob di depan wajahku dengan muka yang agak khawatir. “Miyoung-sshi gwenchana?”
Aku tak bisa menjawabnya karena kepalaku pusing sekali melihat kilat lampu yang terang di ruangan itu. Kulihat di sekelilingku, ada Sunghyo Kikwang dan Minri Dongwoon. Kelihatannya kondisi mereka sudah lebih membaik dariku.
“Miyoung-sshi jawab aku… apa kamu baik-baik saja?” Yoseob memegangi kedua pipiku dan bertanya dengan mata yang berkaca-kaca. Aku ingin menjawabnya, tapi…. Kekuatanku untuk bicara pun tak ada. Yoseob yang tak mendapatkan jawaban dariku, wajahnya langsung berubah menjadi sangat marah. Lalu ia berteriak kepada Doojoon dan Junhyung, “Yak! Kau tidak lihat apa keadaan yeochin ku? Dia sekarat dan kalian masih sempat-sempatnya mengobrol?! Micheoseoyo?!”
Yoseob-sshi… berhenti berteriak seperti itu, aku tidak mau mendengarnya…. Aku benci teriakan yang terlontar dari mulut seseorang, apalagi mulutmu…
Aku menyeret tubuhku sebisa mungkin untuk menghalau pertengkaran Yoseob dan Junhyung. Tapi….. tubuhku rasanya lemas sekali, aku ingin menangis karena keadaan ini.
“Miyoung mati-matian membantumu, mereka semua mati-matian membantumu. Kau tidak mengerti?!” kudengar teriakan Yoseob dari kamar Junhyung, “Apa kau lupa hyung kalau mereka manusia?! Malaikat hitam yang memberikan kekuatannya pada malaikat sejenisnya masih bisa menyimpan sedikit kekuatannya. Tapi, kau tidak lihat Miyoung hah?! Yang lainnya sudah pulih, tapi Miyoung belum! Kau harus mempertanggung jawabkannya!”
“Noona… gwenchana?” Dongwoon membantuku duduk dan memberikan segelas air putih. Aku berusaha memegangnya tapi aku terlalu lemas sehingga gelasnya terjatuh dan pecah.
Kikwang terkejut melihat kejadian ini dan ia menutup mulutnya karena syok, “Hyung…. Ini masalah serius, dia benar benar kehilangan tenaganya~!!”
Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menangis ketakutan. Aku takut kalau gelas saja aku tak bisa memegangnya, kemungkinan aku akan cacat.
Doojoon menghampiriku dengan wajah yang kritis, “Miyoung-sshi… bertahanlah. Kau pasti bisa segera pulih. Dongwoon-sshi, pinjamkan kekuatanmu. Setahuku malaikat yang berganti sayap bisa menyembuhkan.”
Dongwoon mendekatiku dan memegang kedua tanganku, sementara yang lain mengerubungiku dengan pandangan khawatir kecuali Yoseob dan Junhyung.
“Nah sekarang cobalah bangun dari sofa ini, noona pasti bisa.” Dongwoon melepaskan tangannya dan menungguku duduk. Dan benar apa yang dikatakannya, kini aku bisa bangkit dengan mudahnya.
“Ah syukurlah….” Sunghyo dan Minri berpelukan lega dan menghampiriku. “Unnie, sekarang istirahat saja dulu ya. untuk memulihkan semua kekuatanmu.”
Aku mengangguk sambil tersenyum. Namun tiba-tiba terdengar suara bantingan di dalam kamar Junhyung, “Yak…. Aku tidak minta dibantu oleh siapapun ya?! kenapa kau terus-terusan menyalahkan aku hah?!”
“Karena kau malaikat hitam paling menjengkelkan yang pernah aku ketahui! Kau ditolong tapi tidak pernah mengucapkan terima kasih!” teriak Yoseob, “Aku tidak suka punya pasangan seperti….”
“Uhu~ uhuhuhuhuhuhu Yoseob~~ Yoseob~~!!” aku menangis lagi mendengar teriakan Yoseob di dalam kamar itu, sungguh menyakitkan telingaku. Aku membencinya…. Sangat membencinya..

~~~~~

Park Sunghyo story…

“Uhu~ uhuhuhuhuhuhu Yoseob~~ Yoseob~~!!” unnie menangis memanggil manggil nama Yoseob berkali kali. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, unnie terdengar sangat sedih setalah mendengar pertengkaran Yoseob dan Junhyung oppa di kamar.
“Yoseobie… gomanhae~!! Gomanhae~!!!” unni menutup telinganya dan meringkuk di sofa tempat ia berbaring. Tangisannya sendu sendan meskipun tidak begitu keras.
Kikwang yang dari tadi memeluk pundakku berjalan menuju kamar Junhyung oppa dan menggebrak pintunya, “Yak Yoseob-sshi apa kau tuli hah?! Yeochin mu memanggil berkali kali dan kau juga masih sibuk mengurusi Junhyung goon?!”
Kikwang menarik Yoseob keluar dengan wajah yang marah dan menjatuhkan Yoseob di depan unnie yang masih menangis tersendu sendu. Yoseob yang tadi terlihat sangat emosi langsung berubah wajahnya menjadi khawatir.
“Miyoung-sshi…. mianhae.” Ujar Yoseob dengan nada memelas. Ia membangunkan unnie dan memeluknya. Unnie masih belum berhenti menangis, padahal Yoseob sudah memeluknya sedalam itu.
“Jebal.. jangan berteriak lagi. Aku membencinya, aku tidak menyukainya~ uuuuuhuhuhuhuhuhu~!!” ucap unnie di sela sela tangisnya, “Jangan berteriak lagi kepada Junhyung, percuma saja aku begini kalau pada akhirnya Junhyung yang disalahkan~!! Uhuhuhuhuhu~~!!”
Yoseob mengangguk pelan sambil mengelus elus kepala Miyoung unnie dengan wajah yang sedih, “Nee Miyoung-sshi… mianhanda. Aku akan minta maaf pada Junhyung goon. Apa itu cukup mengobati kesedihanmu?”
Sembari unnie mengangguk, Junhyung oppa keluar dari kamarnya, “Yeorobeun…. Gamsahabnida sudah menolongku. Kini aku sadar…. Kalau aku sebenarnya tidak sendiri. Yoseob-sshi…. Miyoung-sshi, mianhanda….”
Junhyung memeluk Yoseob dengan erat, lalu membungkuk di dekat unnie sedalam dalamnya. “Maafkan aku Miyoung, aku hampir saja merenggut masa depanmu. Mianhae…”
“Jangan bilang begitu, Junhyung-sshi… aku harus melakukannya.” Ucap Miyoung unnie sambil mengusap air matanya dan membantu Junhyung berdiri, “Kalau kau mati… apa jadinya Yoseob tanpamu? Maafkan Yoseob yang sudah membentakmu juga ya.”
Aku menghela napas lega melihat mereka yang sudah berbaikan. Kikwang menghampiriku dan memelukku lagi, “Sunghyo-sshi… apa kamu merasa lelah? Bagaimana kalau kita pulang saja?”
“Mmmmm aku bingung. Bagaimana denganmu Minri-sshi?” tanya kepada Minri yang duduk di dekat TV sementara Dongwoon memijati pundak Minri dengan lembut.
“Mungkin sebentar lagi aku akan pulang. Aku belum bilang ke appa dan ummaku kalau aku bolos kerja dan pergi kemari.” Jawab Minri, “Eit pelan pelan sedikit, jangan terlalu keras.”
Kikwang mengelus rambutku lembut, “Ah Sunghyo ku…. Aku tidak tahu kalau kamu mengalami hal yang sama seperti Miyoung noona. Mungkin aku bisa lebih gila daripada Yoseob.”
“Kamu yang memberikan aku kekuatan Kikwang-sshi… gomawo,” aku mengelus lengannya yang berotot dan pergi ke dapur melihat Doojoon oppa yang sedang memasak sendirian.
“Oh Sunghyo-sshi…. aku sedang membuat makanan untuk kalian semua yang kelelahan hari ini,” kata Doojoon oppa. “Sebelum pulang kita makan bersama dulu ya?”
“Baiklah kalau oppa memaksa, lagipula aku juga lapar. Hehehehe.” Jawabku sambil mengamati apa yang dimasak oleh oppa.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaa~!!! Doojoon oppa!!” tiba-tiba Minri berteriak dari ruang tamu, “Junhyung oppa pingsan lagi!!”
Aku dan Doojoon oppa yang ada di dapur segera menghampiri tubuh Junhyung oppa yang tergeletak lagi. Doojoon oppa menggendongnya ke dalam kamar dan membiarkan lampu menyala.
“Sepertinya sudah tidak bisa ditolong lagi.” Ucap oppa kecewa, “Ia akan mati dalam waktu 3 hari.”

~~~~~

Shin Hyunyoung story….

Astaga…….
Kenapa aku merasa….. ada sesuatu yang tidak enak menghampiriku??
“Yak Hyuncat, kamu tidak memakannya?” tanya Hyunseung oppa yang sedang sibuk menyumpit nasi dan lauknya, “Makanan buatanku tidak enak ya?”
“Kojimal…. Lihat, aku sudah menghabiskan setengah porsiku,” jawabku sambil menunjukkan mangkukku, “Hanya saja….. tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tidak enak..”
Hyunseung oppa menyumpit nasinya dan mengunyah pelan-pelan, “Hm? Perasaan apa itu?”
Aku menggeleng bingung, “Entahlah….. perasaan yang membuatku khawatir. Apa Doojoon oppa baik-baik saja ya? dia tadi tidak ada dirumah ketika kita sudah sampai kan?”
“Nee… kalau ia kenapa-napa pasti ada tanda disekitarku.” Jawab Hyunseung oppa, “Makan saja dulu, nanti kita cari tahu ya?”
Aku mengangguk dan menghabiskan sisa nasiku yang terakhir. Kenapa ya bisa seperti ini? Aku tidak mengerti, mungkin karena ini adalah pengalaman pertama mendapat perasaan aneh seperti ini.
“Oppa….” Panggilku, “Bagaimana hubunganmu dengan Junhyung oppa?”
Hyunseung oppa yang sedang mencuci piring berteriak dari dapur, “Aku tak pernah mau berkomunikasi dengannya lagi setelah ia mencoba merebutmu. Memangnya kenapa?”
Aku termenung menatapi mangkukku yang kini sudah putih dan kosong, “Apa….. sebaiknya oppa memaafkan dia? Kan waktu itu dia tak sengaja,”
“Haruskah?” tanya Hyunseung oppa yang sudah selesai mencuci piring dan kemudian menghampiriku, “Aku tidak bisa melakukannya, karena dia jelas-jelas melecehkanku. Dia berpikir kalau aku bukan namja yang pantas untukmu kan?”
Aku mengeryitkan alisku dengan bingung, “Oppa… tidak semua orang melakukan itu karena dia berpikir seperti yang oppa katakan. Mungkin saja mereka berpikir kalau….. mereka benar-benar…..”
“Hm? Kenapa kau membicarakan dia terus?” tanya Hyunseung oppa dengan wajah yang kurang senang, “Kau menyukainya?”
Hyunseung oppa memegangi rahang dan pipiku, lalu menatap mataku dalam-dalam. “Kamu tahu kan kalau aku kekasihmu? Bukan orang lain?”
“Oh…. Ohahahaha waw, aku tak menyangka oppa akan bilang begitu,” aku berusaha mencairkan sifat keposesifannya yang tiba-tiba muncul itu, “Dia juga oppaku, temannya Doojoon oppa. Jadi kalian tak seharusnya bertengkar. Itu saja yang ingin kuberi tahu.”
Hyunseung oppa melepaskan tangannya dari rahangku, “Aku tidak akan memaafkannya sebelum ia datang dan memohon padaku. Karena….. aku tidak akan dihukum kan? Itu kan bukan salahku.”
Suasana menjadi tidak enak. Aku diam dan oppa diam. Aku menggaruk garuk kepalaku bingung, kenapa tiba-tiba aku membicarakan Junhyung oppa dan…. Kenapa tiba-tiba membahas tentang mereka berdua. Astaga, Hyunseung oppa sepertinya marah padaku. Bagaimana ini, aku takutttt~~
“Oppa, mian…..” aku menarik tangan namja yang lembut ini dan mencium pundaknya, “Sepertinya kamu kelelahan dan….. banyak pikiran.”
Hyunseung oppa mengangguk, “Lumayan… tadi tiba-tiba Minri meninggalkanku kerja sendirian disaat Kikwang tidak ada. Katanya ia dijemput Dongwoon, tapi aku tidak tahu mereka kemana.”
“Loh, bukannya Dongwoon Yoseob dan Miyoung unnie kesana karena ada masalah?” tanyaku juga bingung. Hyunseung oppa menggeleng pelan mendengar jawabanku.
“Anii… semuanya baik-baik saja di taman ria, benarkah mereka bilang begitu?”
Wajahku agak mengeras setelah mendengar Hyunseung oppa mengatakan hal itu, KENAPA MEREKA BERBOHONG SIH?! Dan apa sebabnya?
“Yak… kenapa harus memikirkannya? Kalau mereka memang punya urusan tidak apa-apa kan?” ucap Hyunseung oppa sambil mengelus elus puncak kepalaku.
“Jangan cuek begitu sih. Mereka orang-orang yang memperhatikan kita saat kita sedang kesusahan.” Ucapku sambil menyenderkan diri di sofa, “Doojoon oppa mana sih? Aku sudah mengantuk nih mau tidur.”
Hyunseung memencet mencet pundakku dengan wajah yang lucu, “Tidur saja. Nanti aku bukakan pintu buat hyung, jangan khawatir.”
Aku membangkitkan kepalaku dari lengan sofa dan merosot ke pundak Hyunseung oppa, “Ppopo…”
“Mwo, ppopo?” tanya Hyunseung oppa tidak percaya, “Ciuman sebelum tidur? Hehehehe”
Hyunseung oppa mengecup bibirku, pipiku, dahiku, dan kelopak mataku, “Sudah kan? Kaja kaja…. Ayo cepat tidur, jangan mentang-mentang besok hari libur~ nanti kalau kemalaman bisa sakit.”
Aku nyengir dan segera memasuki kamarku, namun tiba-tiba pintu dibuka dan terlihat Doojoon oppa masuk dengan wajah yang lelah.
“Nawasseo..”
“Oh hyung, aku sedang menyuruh Hyunyoung untuk tidur nih.” Kata Hyuseung oppa, “Ada yang bisa aku bantu?”
Doojoon menatapiku dan Hyunseung oppa bergantian, “Aku mau air hangat untuk mandi dan makan malam. Tidak keberatan kan untuk membuatnya? Sekalian aku ingin bicara padamu, Hyun.”
“Aku yang buatkan ya oppa. Kittyoppa duduk saja disana, oke?” aku menghalau Hyunseung oppa ke dapur untuk membuatkan air hangat. Namun….
“Anii… Hyunseung saja yang buat. Kamu kan sudah mau tidur, sudah sikat gigi belum?” tanya Doojoon oppa padaku. Dan….. ia berbicara kepada Hyunseung oppa dengan bahasa yang berbeda. Bahasa malaikat baru kah? Mana Hyunseung oppa tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah pula…
“Baiklah, aku sikat gigi dulu.” Jawabku murung, “Oppa, jangan lupa dibereskan ya kalau sudah masak. Jaelgeyo, saranghae…”
Hyunseung mengangguk dan mencium puncak kepalaku, “Yak… jangan murung begitu kenapa?”
“Bahasa apa lagi itu? Kok aku tidak mengerti? Aku yakin itu bukan bahasa malaikat yang sehari-hari kalian gunakan kan?” ujarku was was. “ Ada apa sih, kenapa Doojoon oppa sepertinya menyembunyikan sesuatu dariku?”
Doojoon oppa menepuk pundakku dengan ramah, “Anii…. Ini masalah internal, bukannya aku tidak mau memberitahu. Tapi….. ini murni masalah diantara para malaikat, jadi jangan marah ya….”
“Kureyo….. sana sana tidur, tadi kan sudah kuberi ppopo yang banyak~” kata Hyunseung oppa dengan senyumnya yang lembut dan manis, “Good night Hyuncat.”
Aku masuk ke kamar dan menyelimuti tubuhku dengan secarik selimut. Aku tidak bisa tidur karena dua namja itu bicara dengan logat yang cepat dan….. sepertinya menyangkut hal yang sangat serius.
“Ah mwoya….. kenapa aku tidak boleh tahu?” ujarku kalut. Lalu…. Apa tadi yang ada di dalam benakku. Kenapa dari tadi aku membicarakan Junhyung oppa segera setalah perasaan tidak enak itu muncul?
“Ah… uniie, beri aku kekuatanmu untuk mendengarkan pembicaraan mereka,” gumamku sambil berjingkat dan menempelkan telingaku di pintu; berusaha mendengarkan dan memahami apa yang mereka bicarakan.
“Kalau tidak… pasangannya bisa mati.” Terdengar suara Doojoon oppa. “Seserius itukah? Lalu… bagaimana cara menyembuhkannya?” terdengar suara Hyunseung oppa.
Tiba-tiba lampu kamar mati, dan terlihat cahaya putih yang redup di ruang tamu. Sepertinya dua namja itu berubah menjadi wujud aslinya dan berbicara secara pribadi….
Ah……. Sungguh aku penasaran~!!! Apa sih yang sebenarnya terjadi?? Pasangan siapa yang akan mati?? Seirus bagaimana sih?? Ah…. Mollaeyo~

Bersambung...

Minggu, 15 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 21)

Shin Hyunyoung story….

“Selamat pagi Doojoon oppa,” aku menyapa oppa yang pagi-pagi sudah melakukan sit up hariannya, “Hari ini tidak ke pantai?”
Doojoon oppa yang masih berkonsentrasi dengan sit up nya tidak menjawabku, lalu aku pergi ke ruang makan dan menemukan stik Barbeque lengkap dengan sausnya.
“Waw, ini oppa yang membuatnya? Astaga….. aku tak menyangka.” Ucapku pada diri sendiri. Aku mengambil seporsi daging dan siap untuk memakannya, namun tiba-tiba seluruh cahaya yang ada di rumah meredup dan… mati.
“Oh jesonghabnida, sepertinya kekuatanku sudah terlalu banyak untuk tugas hari ini,” jawab Doojoon oppa yang masih sibuk di ruang TV dan dalam sekejap lampu-lampu kembali nyala. Hem, mungkin aku harus terbiasa dengan semua ini.
Doojoon oppa duduk disebelahku dengan wajah yang berkeringat dan menatapiku yang sedang makan, “Enakkah? Aku baru pertama kali mencoba membuatnya setelah berguru dengan Sunghyo.”
Aku mengangguk cukup antusias, “Masita, enak sekali~!!” jawabku “Pasti Hyunri unnie akan senang kalau melihat oppa sudah pintar memasak. Oh iya, oppa dapat salam darinya.”
“Oh… jinjjaeyo?” tanyanya dengan nada yang agak rendah, “Aku…… lupa untuk meminta maaf padamu Hyunyoungie. Karena aku telah memperlakukan unniemu dengan buruk di masa lalu.”
“Sudahlah, tidak perlu disedihkan. Tapi… apakah itu benar?” tanyaku sambil masih mengunyah barbeque dengan nikmat.
Doojoon oppa mengangguk dengan ragu, “Nee…… aku…. Waktu itu…. Bukannya tidak ingin memberitahu, tapi…. Aku sudah cinta mati kepada Hyunri. Aku takut ia marah dan memutuskanku tanpa ada ikatan lagi diantara kami, nyawaku bisa dicabut kalau begitu….”
Aku mendengarkan cerita Doojoon oppa dengan rasa penuh simpati, “mianhae oppa, kemarin aku sungguh kalut sehingga pikiranku entah kenapa dan….. karena kecelakaan itu, aku nyaris mati dan membuatmu dua kali lebih sedih. mianhaeyo”
Oppa mengacak acak rambutnya dan mencium keningku untuk yang pertama kalinya, “Nee, aku maafkan. Kau hampir saja membuatku bunuh diri karena kecelakaanmu itu, kalau kau menyusul Hyunri.. siapa yang akan menemaniku nanti?”
“Hahahahahaha oppa bisa saja,” jawabku. “Kan masih ada Junhyung oppa, jangan seperti itu dong.”
Tiba-tiba wajah Doojoon oppa berubah menjadi agak gelap dari yang tadi, “Ju…. Junhyung goon?”
“Em… nee, apa aku salah mengucapkan namanya?” tanyaku yang baru menyadari perubahan pada wajah Doojoon oppa.
“Aniiyo. Gwenchana,” jawabnya dengan wajah yang kurang meyakinkan, “Oh…. Sepertinya ada malaikat putih yang sedang menunggu di depan pintu.”
Aku terkejut melihat intuisi Doojoon oppa dan segera membuka pintu depan. Benar saja, Hyun oppa sudah menunggu di depan pintu.
“Oh…. Apa bel nya sudah berdering dari tadi? Padahal kurasa aku belum memencet belnya,” jawab Hyunseung oppa dengan wajah yang polos, “Oh ngomong-ngomong…. Selamat pagi Hyuncat.”
Hyunseung oppa mencium pipiku lambat-lambat, disertai dengan kecanggungan. “Selamat pagi… ayo masuk, hari ini Doojoon oppa membuat barbeque loh. Oppa belum makan kan?”
“Belum…. Soalnya masakanku nggak enak, aku lebih suka masakanmu.” Jawab Hyunseung oppa sambil tersenyum malu-malu. Aku mengajaknya masuk ke dalam dan segera memberikan piring untuknya.
Ya Tuhan… terimakasih sudah mengembalikan Hyun oppa kepadaku, aku sangat senaaaaang sekali~~

~~~~~

Park Sunghyo story….

“Kikwang-sshi…. uljimma, mmmmmmmmmmmmmmmmmh….”
Aku berusaha menahan diriku yang akan meledak karena Kikwang tidak berhenti menciumi leherku dan mendenguskan nafasnya di telingaku. “Nanti ya… aku belum selesai.”
Aku memejamkan mata menunggu Kikwang puas menciumi leher dan menjamah jamah semua bagian tubuhku tanpa tersisa. Kini ia membenamkan bibirnya yang tebal ke bibirku, menarik rambutku pelan sembari memasukkan lidahnya ke dalam kerongkonganku. Dan yang bisa kulakukan hanya melingkarkan tanganku di pinggangnya dan sedikit mencakar kalau Kikwang menggigit bibirku.
“Yak…. Kau ingin semua ruangan mati lampu ya?” ujar Kikwang sambil setengah tertawa, “Kalau kamu pegang-pegang terus, nanti sayapku keluar dan semua listrik padam.”
“Habis kamu….. membuat aku mati kutu. Aku kehabisan napas nih,” aku menjawab Kikwang dengan nada yang terengah engah, “Tapi…. Kita tidak perlu melakukan….. itu kan?”
Kikwang mengangguk pelan dan kembali melumat bibirku, menjamahi tubuhku sambil masih melenguh lenguh kecil di telingaku. Membuatku harus menahan nafsuku, kalau tidak…. Semuanya bisa kacau.
“Aduuuuh~~ aduuuuh~~ jagiya, mmmmh….” Kini Kikwang yang lemas karena aku memainkan dada dan perut berototnya, kuciumi dan kujilati dengan nafsu, disertai dengan desahan desahan kecil karena… sepertinya aku ingin sekali melakukannya, dan….
“Jakkaman, itu… HPmu berbunyi.” Tanya Kikwang sambil menengok kea rah HPku, aku menarik selimut untuk menutupi dadaku yang telajang.
“Ah… siapa ya yang mengirim pesan? Padahal sedang senang-senang…..”
Aku terkejut melihat pesan yang tertera di HPku,

From: Junhyung oppa

Jebal… tolong aku.


.....

“Ada apa dengan Junhyung goon?” tanya Kikwang yang menggendongku di balik sayap sayapnya, “Kenapa dia sampai mengirim pesan seperti itu?”
“Mollaeyo Kikwang-sshi… makanya lebih baik kita segera mencari tahu dengan berkunjung ke rumahnya,” jawabku.
Kikwang segera turun pelan-pelan menembus awan awan yang agak kelabu, lalu turun di depan rumah Junhyung oppa. Aku segera membuka pagar dengan paksa, lalu membuka jendela kamarnya yang sedikit terbuka dan melesat masuk.
“Yak~!! Tidak boleh tahu, menerobos rumah orang seperti itu~!!” sahut Kikwang di luar rumah.
“Aniiyo, bukan maksud untuk menerobos~!! Tapi kan ini daru….. aigo, Junhyung oppa?! Apa yang terjadi?!”
Aku sangat terkejut melihat Junhyung oppa yang tergeletak tak berdaya di dalam kegelapan; dengan sebuah cahaya merah di sekujur tubuhnya, “Ige mwoya? Ige mwoya oppa?!”
Junhyun oppa tidak menjawab, tubuhnya bergetar getar hebat, sementara tulisan-tulisan yang menyala nyala itu memancarkan panas yang luar biasa.
“Aigo… ini…. Sepertinya hukuman dari para petinggi. Kamu tidak tahu?” tanya Kikwang yang ternyata sudah menyusulku ke dalam rumah, “Junhyung goon memiliki catatan kriminal terparah di atas sana. Dan satu-satunya cara untuk meredakannya hanya dengan memberikan energy kita.”

~~~~~

Sun Miyoung story….

“Nih daftar barangnya,” jawabku sambil memberikan list kepada Yoseob yang kelihatannya sedang sibuk itu. Aku yang mengacungkan list di depan wajahnya jadi menurunkan tanganku dan menaruhnya di meja kasir.
“Kelihatannya kalian sedang serius sekali. Ada apa sih?” tanya Hyunyoung di meja kasir yang lain, kali ini dia juga ikut menghitung barang belanjaan membantu Yoseob, “Oh sudah ditulis ya? gamsahabnida unnie. Yak yak….. kalian kok diam saja sih? Kalian seharusnya turut berbahagia karena Hyun oppa sudah kembali kepadaku. Jangan seperti ini dong..”
Dongwoon tersenyum getir, “Mian noona, rasanya moodku hari ini sedang kurang bagus. Ada perasaan yang tidak enak menghantuiku.”
“Nado…. Aku juga,” jawab Yoseob. “Aku merasa…. Ada seseorang yang membutuhkan bantuan. Tapi, nan molla.. aku tidak tahu siapa yang harus kutolong itu,”
Aku memandangi list karyawan terbaik yang ternyata diraih Dongwoon kali ini, kuperhatikan wajah Yoseob di peringkat kedua. Hehehehehe nomu kyeopta~
“Bagaimana kalau kau tanya salah satu dari kawananmu, misalnya ke Kikwang-sshi atau siapa gitu?” usul Hyunyoung. “Aku tidak akan meragukan intuisi kalian, tapi tidak ada salahnya kan kalau bertanya?”
Hem…. Memang benar sih apa yang dikatakan Hyunyoung kalau intuisi malaikat tidak pernah salah. Apalagi malaikat hitam, tapi…. Kenapa Yoseon sampai mengacuhkan aku seperti itu ya? ah…. Apa sekarang ini waktu yang pas untuk marah padanya?
“Kamu marah ya sama aku? Mianhaeyo.”
Tiba-tiba Yoseob sudah ada di belakangku dan bicara dengan suara besarnya. Membuatku terkejut dan limbung kea rah rak-rak makanan kaleng dan alhasil….. semua kaleng yang sudah ditata di rak terjatuh menimpaku.
“Eh eh eh? Aigooooo jesonghabnida Miyoungie, kamu tidak terluka kan?” Yoseob membantuku bangkit dari tumpukan kaleng dan memeriksa tiap inchi tubuhku.
Aku menggeleng untuk memastikan supaya ia tidak terlalu khawatir, “Gwenchana… yasudah aku mau membereskan ini dulu. Fufufufu big trouble.”
Yoseob membantuku membereskan barang-barang tanpa suara, “Tapi…. Jeongmal, aku merasakan ada hal yang….
Tiba-tiba banyak suara HP yang berdenting denting di dalam loker kami, termasuk juga dengan HPku. Aku, Dongwoon dan Yoseob segera mengambil HP dari loker kami masing-masing
“Kenapa bisa berbarengan begitu ya?” jawab Dongwoon sambil tertawa tawa, “Ah paling dari….”

From: Kikwang

Ppali pergi kerumah Junhyung goon. He’s dying, dan aku minta bantuan kalian semua. Oh iya, jangan beritahukan hal ini kepada Hyunyoung-sshi. arra?


“Kamu dapat pesan ini juga?” tanya Yoseob. Aku mengaangguk ragu-ragu sekaligus khawatir, apa yang terjadi dengan Junhyung ya?
“Hyung… ottokke? Apa kita bilang saja kalau Minri mendapat masalah di taman ria dan kita harus menjemputnya?” tanya Dongwoon, “Kata Kikwang hyung, kita tidak bisa memberitahu Hyunyoung noona.”
Yoseob mengangguk sambil merangkul pundakku, “Oke, kita jalankan rencana yang aku buat. Arra? Begini caraku.”

~~~~~

Min Minri story….

From: nae Arabian namja

Noona, jakkaman. Aku sedang dalam perjalanan menuju kesana bersama Yoseob hyung dan Miyoung noona. Tunggu saja ya di depan parkiran.


“Sayang sekali ya kali ini kau tidak bisa menemaniku sampai pekerjaan tim kita selesai.” Ujar Hyunseung oppa, “Otomatis aku kerja tanpamu dan Kikwang deh.”
Aku menunduk dalam-dalam, “Ah jesonghabnida oppa. Kalau tidak se darurat ini, mungkin aku bisa meninggalkannya.”
“Gwenchana. Tapi…… memangnya kenapa sih Dongwoon sampai sebegitunya ingin bertemu denganmu sampai-sampai….”
“Ah itu Dongwoonie~” aku memotong perkataan Hyunseung oppa, “Aku pergi ya oppa, jeongmal jesonghabnida.”

.....

“Dongwoonie, apa yang terjadi dengan Junhyung oppa? Kenapa seluruh tubuhnya menyala seperti itu?” tanyaku ketakutan. Kami sudah sampai di rumah Junhyung oppa dan menyaksikan beliau yang tersungkur di lantai dikelilingi percikan panas yang muncul dari tulisan di tangan, dada, bahkan tatonya.
“Dengar ya, aku minta tolong kalian disini untuk membantu Junhyung. Ia dalam kondisi kritis,” Doojoon oppa yang turut hadir disana memberikan arahan. “Aku butuh Sunghyo, Minri, Miyoung dan Kikwang untuk memberikan seluruh energinya untuk Junhyung. Arrajie?”
“Memberikan energy Minri noona? Andwae hyung, aku tidak akan mengijinkannya~!!” tiba-tiba Dongwoon menarikku jauh-jauh dari tubuh Junhyung oppa. “Noonaku tidak punya banyak energy untuk membantu Junhyung goon. Keadaan fisiknya terlalu lemah, beliau bisa mati!”
Kikwang berdecak kesal, “Ya mau bagaimana lagi?! Malaikat putih tidak bisa memberikan kekuatannya~!! Kalau Junhyung goon dibiarkan seperti ini, otomatis Yoseob akan mengalami hal yang sama. Tolong mengertilah!!”
Dongwoon masih belum melepaskan genggaman tangannya yang semakin menguat di pergelangan tanganku. Tapi… melihat Sunghyo dan Miyoung unnie yang sudah bersiap, aku tak bisa tinggal diam begitu saja.
“Em… Dongwoon-sshi, gwenchana.” Aku melepaskan genggaman tangannya pelan-pelan, “Aku pasti bisa, ini demi Yoseob dan Junhyung oppa. Jadi kita tidak boleh egois dan harus berusaha semaksimal mungkin, oke?”
Akhirnya Dongwoon memperbolehkanku sembari mencium keningku sebelum aku mendekati Junhyung oppa, “Noona harus kembali padaku, harus!” ujarnya.
“Oke, siap-siap dalam hitungan ketiga, pegang tanda yang menyala di tubuhnya.” Ucap Doojoon oppa member komando, “Hana… dul…. Set!”
Aku, Miyoung unnie dan Sunghyo memegangi tatonya. Dan dalam sekejap dari tato-tato itu memancarkan angin panas yang cukup besar dan dahsyat…….
Aku berusaha memberikan energiku semaksimal mungkin, sampai akhirnya….. angin panas itu berhenti dan tato-tato itu menghilangkan cahayanya.
“Noona, gwenchana? Noona? Noona!!!” hanya itu yang bisa kudengar sesaat sebelum pandanganku menjadi gelap dan tubuhku mati rasa….

Bersambung...

Senin, 09 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 20)

Park Sunghyo story

“Annyeonghaseo Dongwoon-ah, sudah pulang….. kah?”
Aku terpaku melihat Kikwang yang berdiri di depan pintu apartemen Dongwoon. Kenapa dia ada disini dan kenapa dia tahu kalau aku berada disini?
“Sunghyo-sshi, itu kamu?” tanya Kikwang dari pengeras suara, “Jebal buka pintunya, aku mau bicara.”
Aku gigit jari mendnegar suaranya, dan jantungku berdebar debar. Ottokke? Kenapa dia harus muncul lagi sih mengganggu kehidupanku? Aku sudah tak mau berurusan dengannya lagi. Jebal, pulang sajalah kau apeun namja~~
“Sunghyo-sshi? sunghyo-sshi~!! jagiya, jagiya~!!! Buka pintunya, jebal~~” pinta Kikwang dengan suara yang memaksa, “Aku yakin pasti ada kau di dalam. Buka pintunya, jebal~!!”
Aku menjauh dari pintu dan segera masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Aku menutup telingaku karena Kikwang terus-terusan menggedor pintu dan menyuruhku untuk membukanya, Dongwoon-sshi cepatlah pulang~~ jebal, singkirkan dia dari….
Eh, kok suara gedorannya menghilang? Apakah dia sudah pergi?
Aku mencoba keluar dari kamar mandi untuk memastikan ia sudah pulang. Pelan-pelan aku berjalan berjingkat supaya tidak menimbulkan suara, benarkah ia sudah pergi dari sini?
Suasana menjadi sepi, berarti ia sudah pulang… “Huff, syukurlah kalau dia sudah pergi. Kalau ia masih disini, bagaimana jadinya nasib…. Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Tiba-tiba seseorang merangkulku dari belakang hingga kami berdua jatuh, dan hawa gelap menguasai ruang tamu secara tiba-tiba. Tak sadar saking ketakutannya, aku mengeluarkan air mata dan mencoba menatap sosok berhawa gelap yang tak lain dan tak bukan adalah Kikwang.
“Kenapa kau menghindariku? Kenapa kau tak balas pesan maupun telponku? Mengapa kau mabuk dan mengapa kau tinggal disini? Mengapa kau mengacuhkan aku? Wae, wae?? Waeyo?!?!”
Aku berusaha menenangkan jantungku yang berdebar ketakutan, “Kau tidak merasa hah? Aku cemburu~!! Aku cemburu melihat kua bersama para staff itu. Dan memangnya kau tidak dengar hah, yang dikatakan teman-temanmu itu?? Mukaku keruh dan AKU TIDAK PANTAS JADI KEKASIHMU!! Kau tidak dengar??”
Kikwang masih memegangiku dengan tatapan yang gelap dan aura yang menyeramkan seiring dengan sayap hitamnya yang merekah lebar, “Gomanhaja, tidak ada yang perlu ditanyakan lagi kan? Pulanglah, hubungan kita sudah berakhir~!” Ucapku sambil meneteskan airmata ketakutan.
“Andwaaaaeeee~~!!” teriak Kikwang di depan wajahku, ia masih menatapiku dengan aura yang menyeramkan…. Dan tiba-tiba, kurasakan setitik air mata jatuh di pipinya, “Mianhae Sunghyo-sshi, mianhae….”
Aku yang berada di bawah Kikwang hanya bisa menyaksikannya menangis dan melihat matanya yang merah. Aura di sekitar ruangan masih saja gelap, lampu-lampu di ruangan nyala redup… kertas kertas dan debu-debu berterbangan…… TV menyala dan redup, sama hal nya seperti semua penerangan disini.
“Aku tidak bisa kalau tanpamu, Sunghyo-sshi…. aku tidak bisa mencari yang lain. Aku bisa mati kalau berpisah denganmu, itulah kodratku sebagai seorang malaikat~!!” ucapnya sambil bersimbah air mata. Ia memegangi kedua pipiku dan berkata, “Saranghae… Park Sunghyo. Niga nae majimak sarang…”
Ia mendekati wajahku dan mencium bibirku. Ia terus menciuminya dengan nafsu sesekali menghirup nafas yang menyesakkan dada, bibirnya berusaha membuka bibirku. Berusaha mendapatkan balasan dariku….
Namun, saat kubuka bibirku untuk mengecup bibirnya… kesadaranku melemah dan semuanya menjadi gelap….

~~~~~

Min Minri story…

“Nawasseo….” Aku memencet bel di depan apartemen Dongwoon, tapi tidak ada yang menjawabnya. Saat kulihat, loh… kok belnya mati? Lagipula…. aura gelap apa ini? Kenapa begitu mengerikan?
“Dongwoon-sshi, bisa kemari sebentar? Nee, ke apartemenmu.” Ucapku melalui telepon, “Terbanglah. Ada sesuatu yang tidak beres, ada aura yang gelap dan….. sangat-sangat mengerikan di…”
Loh kok telponnya mati? “Eish kenapa telponnya dimatikan?” ujarku bingung sekaligus kesal.
“Soalnya aku langsung teleportasi kemari,” ucap Dongwoon yang sudah ada di belakangku, “Astaga… aura siapa ini, kenapa bisa sekuat milik Junhyung goon? Sunghyo noona, buka pintunya!”
Dongwoon mengetuk pintunya dengan panik, namun tak ada yang membukanya. Lalu aku menyarankan sebuah ide, “Jagiya, teleportasilah ke dalam ruangan. Mungkin saja terjadi sesuatu terhadap Sunghyo-sshi~!!”
Dongwoon mengangguk dan langsung menghilang dari hadapanku. Tiba-tiba… kurasakan auranya menghilang, dan…. Pintu apartemen terbuka dari dalam.
“masuklah.” Ujar Dongwoon dengan wajah khawatir, “Ada sedikit….. kekacauan yang sudah diatasi.”
Aku mengintip masuk dan kutemukan Sunghyo yang terkapar di tempat tidur dan Kikwang disebelahnya.

.....

“Kau menelan energinya, hyung. Itu sebabnya noona pingsan.” Jelas Dongwoon pada Kikwang. “Tenang saja, beberapa menit lagi dia akan tersadar kok.”
Aku mengambil lap dari dahi Sunghyo dan merendamnya lagi dengan air dingin, dan benar saja. Beberapa menit kemudian Sunghyo tersadar.
“Em….. Minri-sshi, Dongwoon-sshi… apa yang terjadi?” tanyanya lemah.
“Saat kalian bicara tadi, tanpa sengaja Kikwang-sshi menelan energimu sehingga kau pingsan. Memang begitulah kalau malaikat hitam sedang kuat-kuatnya,” jelasku. “Oke…. Sekarang kami akan membiarkan kalian berdua bicara oke?”
Aku dan Dongwoon keluar dari apartemen dan duduk di depan beranda, “Apa…. Ada yang lebih mengerikan daripada aura gelap yang tadi, Dongwoon-sshi?”
“Molla… setahuku yang paling mengerikan ya…. saat Junhyung goon…. Ah noona tak perlu tahu kejadiannya, yang penting noona tahu siapa orangnya,” jawab Dongwoon. “Apa mereka akan kembali seperti biasa noona? Ataukah benar-benar sampai disini?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Dongwoon, “Sunghyo tidak pernah mabuk kalau bukan menyangkut masalah dengan orang yang paling ia sayangi. Jadi….. aku yakin mereka akan kembali, Sunghyo tidak mungkin bisa lepas dari Kikwang. Begitu juga sebaliknya,”
“Begitu dramatik,” komentar Dongwoon sambil memegangi tanganku. “Kita saja tidak sampai segitunya ya?”
“Hush…. Kan setiap pasangan berbeda-beda caranya.” Aku menggetok tangan Dongwoon yang memegangi tanganku, “Yak… bagaimana kalau antarkan aku pulang dan kamu kembali bekerja?”
Dongwoon langsung memasang tampang kecewa, “Ah….. aku malas kerja malam ini, lagipula…. Tidak bisakah noona menginap saja? Aku tidak yakin Sunghyo noona akan tinggal disini untuk beberapa hari, aku kan kesepiaaaaan~~”
“Sudah ah jangan memelas begitu, my Dongwoon~ namja yak….. kamu kan namja,” aku menepuk nepuk pipinya sambil tersenyum. “Kaja… kita berangkat sekarang.”
Aku menarik tangan Dongwoon pergi dari apartemen. Meninggalkan Sunghyo dan Kikwang berdua saja.

~~~~~

Sun Miyoung story…

“Em….. Miyoungie, kapan kau akan mengenalkan aku pada orang tuamu?”
Aku tersedak oleh ddubokki yang kumakan saat mendengar Yoseob mengatakan hal itu, ada apa sih? Kenapa tiba-tiba sekali? “Mungkin…. Memang kenapa Yoseobie?” tanyaku
“Cuman bertanya saja, kenapa kau sampai tersedak seperti itu sih? Hahahaha kau ini aneh sekali.” Jawab Yoseob sambil menyeka sisa ddubokki yang menempel di wajahku yang memerah.
“Dasar… aku kira kau serius. Eh? nuguseo?” aku menunjuk ke dalam pemakaman. Terlihat seorang namja sedang duduk sambil memeluk pohon itu, “Siapa itu?”
“Mungkin saja itu Doojoon hyung, coba saja kita lihat.” Jawab Yoseob sambil menggamit tanganku menuju kea rah pohon itu. Dan benar saja, sosok itu adalah Doojoon.
“Annyeonghaseo hyung, sedang apa kau disini?” tanya Yoseob. “Hyunyoung mana? Kupikir ia sudah pulang dan menemanimu?”
“Oh, Yoseob-sshi… miyoung-sshi.” sapa Doojoon sambil melepas pelukannya dari pohon itu, “Tiba-tiba aku kangen sekali sama Hyunri, jadi tanpa sengaja aku memeluk pohon ini. Sekalian juga aku ingin meminta maaf padanya.”
Aku termagu mendengar perkataan namja ini, “Kalau aku boleh tahu… apa yang membuatmu ingin meminta maaf padanya?”
“Hem hem,…. Aku akan menceritakannya. Tapi mari kita pergi ke rumahku dulu.” Ajak Doojoon.

.....

Kami sudah sampai di rumah Doojoon yang sepi dan hening. Hyunyoung belum pulang kerja dan Junhyung sedang sakit di rumahnya, sehingga ia sendirian.
“Miyoung-ah…. Berjanjilah padaku agar kau tak menceritakan ini pada siapapun.” Pinta Doojoon, “Hanya aku, dan malaikat disekitarku yang tahu.”
Aku mengangguk sambil menggenggam tangan Yoseob, “Nee… sebisa mungkin aku akan menjaga rahasia ini. Benar kan Yoseobie?”
Setelah Yoseob mengangguk, Doojoon mulai bercerita, “Hyunri adalah unnie dari Hyunyoung yang merupakan kekasihku. Kami saling mencintai dan sebenarnya aku hendak melamarnya musim semi kemarin, tapi…. Aku melakukan sebuah kesalahan fatal yang tidak aku perkirakan.”
“Suatu malam, kami menghabiskan waktu bersama. Kami minum dan tanpa sengaja kami berhubungan, sampai waktu itu….. Hyunri tidak tahu kalau aku adalah malaikat hitam.” cerita Doojoon, “Beberapa bulan kemudian akhirnya aku mengakui kalau aku malaikat hitam. namun…… Hyunri juga mengakui bahwa ia telah mengandung anakku, ia begitu marah mendengar pengakuanku. Ia tidak marah karena aku malaikat hitam, tapi ia marah karena aku menyembunyikan rahasiaku padahal kita sudah lama bersama.” Doojooon mulai meneteskan air mata di pipinya, “Huhuhu….. malam itu, ia minta untuk mengakhiri hubungan kami dan ia berjanji akan segera menggugurkan anak yang dikandungnya, huhuhuhu….. tapi sejak itu kami tidak pernah bertemu lagi, dan…… 2 bulan kemudian di musim salju yang paling dingin. Kudengar berita bahwa ia bunuh diri. Uhuhuhuhuuhuhu~~”
Aku memandangi Doojoon nanar. Itukah sebabnya ia tak mencari pasangan lagi? Itukah sebabnya ia sangat menyayangi Hyunyoung dan tidak pernah meninggalkannya?
“O….. obseoyo.” Aku terkejut mendengar suara Hyunyoung yang sudah berdiri di depan kamar mandi dengan wajah yang pucat, “Unnie bukan orang yang putus asa seperti itu~!! Ia mencintaimu, bahkan ia ingin mengandung anak darimu, itu yang aku dengar dari mulutnya! Dengan kedua belah telingaku!”
Doojoon oppa berusaha menenangkan Hyunyoung, tapi ia berkelit dengan gusar, “Akan kutanyakan pada unnie apakah itu benar atau tidak~~” lalu ia melesat pergi meninggalkan kami.

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

Tidak benar kan? Semua yang kudengar itu bohong kan?!
Tidak mungkin unnie bunuh diri karena hal sepele seperti itu, tidak mungkin!!


“Hyunyoung-sshi! Gomanhaja, jebal~!!” panggil Doojoon oppa sayup sayup, tapi aku tak mendengarkannya. Aku tak ingin mendengar suaranya lagi samapai kapanpun!! Suara yang selalu mengatakan hal bohong, andwae!! Aku tak mau mendengarnya~!!
Aku berlari menuju pohon tempat abu unnie disebarkan, masih jauh sekali dari sini. Tapi aku tak perduli, yang penting aku bisa mendengarkan unnieku bicara yang sesungguhnya tentang semua ini.
“Unnie~ hhhhhhhhh.,……… hhhhhhhhh… hhhhhhhhh….. unnie~!!” aku meneriakkan unnie berkali kali, kuharap ia bisa mendengarku, “Apa yang dikatakan Doojoon oppa benar?! Dia bohong kan?! Unnie tidak mungkin kan berfikir seperti itu, benar kan?! Benar kan~~~?!”
Aku memegangi pohon unnie, berusaha mencari jawaban darinya. Aku tak peduli hujan mengguyur tubuhku, “Unnie bilang kita akan selalu bersama apapun yang terjadi~~ kenapa unnie meninggalkanku karena hal seperti ini?!?! Kojimal~ KOJIMAL!!!”
Kupukul pohon itu berkali kali dengan seluruh tenagaku, aku benar-benar kesal dan sedih dengan semua nasib dan takdir yang digariskan untukku, “huhuhuhuhu….. hwaaaaargh~!!!! Kojimal, KOJIMAL~!! Niga mipda unnie, niga mipda~!!”
Aku meninggalkan lokasi pemakaman tanpa bisa menghentikan air mataku, aku berjalan pelan menuju rumah dengan hati yang berat dan kesal. Molla, aku tak tahu lagi harus apa…
“Yak Hyunyoung-sshi~!! AWAS~!!!!!” entah kenapa kulihat sesosok bayangan Hyunseung oppa di tengah hujan. Dan sesudah itulah kulihat sebuah cahaya yang menyilaukan….
Cahaya dari sebuah truk besar yang melintas….

.....

Hyunyoung-sshi…. Mianhaeyo. Ini semua salahku, tolong maafkan kesalahanku dan…. Sampaikan salamku untuk Doojoon ya.

Mmmmmh Un…. Unnie? aku memanggil manggil unnieku. Kenapa aku merasa mendengar suaranya? Kenapa rasanya ia seperti bicara padaku?

Aku pergi ke surga bukan karena salahnya. Ini semua salahku, aku tidak cukup kuat untuk mengetahui bahwa kekasihku adalah seorang malaikat hitam; malaikat yang di mitoskan malaikat jahat. Aku selama ini salah paham…..

Aku berusaha mengerjapkan mataku sekuat mungkin agar bisa terbangun, tapi…. Entah kenapa rasanya berat sekali untuk membangunkan diri ini. Waeyo?
Unnie…. Aku tak akan bangun kalau kau belum menunjukkan dirimu. Kemarilah! Aku berteriak memanggil unnieku lagi. Apa kau babo hah? Apa kau tak mengerti kalau aku begitu meridukanmu?? Uhuhuhuhuhuhu~~~~

Tiba-tiba….. aku merasa seperti dipeluk sesuatu yang lembut, menenangkan….. sekaligus sesuatu yang amat sangat kurindukan…

Ini aku Hyunyoung-sshi…. Tepat di hadapanmu, sedang memelukmu. Apa kau tidak melihatku?
Aku hanya bisa menangis karena pada sesungguhnya…… aku tidak bisa melihat sosok Shin Hyunri, unnieku…. Seseorang yang sangat sangat ingin aku temui.

Kenapa aku tidak bisa melihatmu unnie? Waeyo? Ucapku sambil sesenggukan menahan kesedihan
Simpel saja Hyunyoung-ku…. Belum saatnya kau menyusulku, sehingga kau tidak bisa melihatku. Aku pergi menjadi malaikat hitam dan mendapat ampunan dari para tetinggi… sehingga aku kini diangkat menjadi salah satu dari mereka. Menjadi sesosok malaikat putih…

Tiba-tiba sesuatu yang memelukku itu seperti lepas dariku. Ia lalu berkata… Teruskanlah kehidupanmu, nae dongsaeng…. Aku akan selalu mendukungmu, aku akan selalu ada di hatimu. Meskipun aku sudah tak ada lagi di depan matamu, ingatlah…. Aku selalu mengalir bersama dengan darah yang menyebar di seluruh tubuhmu….
Perlahan sosok itu menghilang pendarnya…. Dan sekali lagi ia berpesan…
Lanjutkanlah hidupmu, Nae Hyunyoung-sshi….

.....

Aku membuka mataku lebar-lebar…. Bau apa ini? Aku ada dimana?
“Hyunyoung-sshi~!! Omona, kau sudah sadar?!” tiba-tiba aku melihat sosok Doojoon oppa memelukku, “Mianhae…. Aku tak seharusnya mengatakan hal itu kepada siapapun. Nega jaelmothaesso, mianhaeyo.”
Mataku berkaca kaca mendengar deruan tangis Doojoon oppa disertai dengan pandangan nanar dari Yoseob dan Miyoung unnie. “Gwenchana oppa, ini tidak semua salahmu…… mungkin ini sudah takdir unnie, ia sudah tenang disana. Jangan khawatirkan dia.”
Doojoon oppa melepas pelukannya dan mengusap wajahku dengan kedua tangannya yang lebar, matanya terlihat sangat lelah dan sedih. “nee, arraseo…. Bagaimana kalau kau istirahat saja? Dokter bilang kau mengalami gegar otak ringan. Apa kau mau bertemu dengan Hyunseung dulu?”
“Oh iya…. Dimana oppa? Apa dia baik-baik saja?!” tanyaku khawatir. Aku teringat sebelum kecelakaan itu sepertinya ada yang menghalauku dan aku juga mendengar suara Hyunseung oppa.
“Kau mencariku, Hyunyoung-sshi?” Tanya Hyunseung oppa yang dahinya juga dibalut perban, “Yak… lihat deh kita berdua sama-sama diperban, hehe.”
Aku tersenyum malu dan mencoba bertanya, “Emmmm apa yang terjadi oppa? Apa kau mengalami luka serius?”
“Hanya sedikit luka dan goresan. Kepalaku juga sedikit terhantam trotoar. Tapi… kondisimulah yang lebih parah, kau seharusnya memikirkan keadaanmu sekarang.” Jawab Hyunseung oppa yang memegangi dahiku dan mengelusnya, “Sepertinya…. Aku akan lebih sering menghabiskan waktu dengan Hyuncat yang sakit ini.”
Aku yang mendengarnya tertegun, “……. Oppa sudah ingat kembali? Jinjjaeyo??”
“He’em….” Jawab Hyunseung oppa sambil mengelus rambutku, “Kemarilah, beritahu aku…. Apakah aku merepotkanmu selama aku kehilangan ingatanku?”
Aku hanya terdiam sambil menahan di peluknya. Aku bahagia sekali, akhirnya permohonanku terkabul juga. Akhirnya Hyunseung oppa ingat kalau aku yeoja chingunya…..
“Uljimma Hyuncat, maafkan aku ya selama ini sudah membuatmu menangis.. membuatmu bersedih dan membuatmu menderita.” Ucap Hyunseung oppa, “Entah kenapa saat aku masih hilang ingatan, aku kerap kali tersiksa melihat pandangan matamu yang berusaha bahagia namun nanar itu. Akhirnya aku baru sadar apa yang sesungguhnya terjadi….. aku sepertinya telah melupakanmu waktu itu, tapi tidak akan lagi~!! Aku janji akan selalu bersamamu. Saranghae Hyuncat, saranghae~”
“Nee oppa, nado saranghae.” Aku mengangguk kecil sambil tak sadar meneteskan air mata di pipiku. Kugenggam erat punggung Hyunseung oppa yang tak melepaskan pelukannya dariku….
Aku harap oppa tidak pernah pergi lagi, atau melupakanku lagi. Karena tak dapat kubayangkan lagi rasanya…. Pasti akan sama perihnya seperti waktu itu….

Bersambung...

Minggu, 01 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 19)

Min Minri story…

“Silyehabnida…. Dongwoon-sshi, kau sudah berangkat belum?” aku mengetuk pintu apartemen Dongwoon yang kelihatannya terlihat sepi. Apa mereka sudah berangkat ya?
Tak kuduga, Dongwoon masih ada di dalam dan membuka pintunya sambil mengucek mata, “Hem… ada apa pagi-pagi?”
Yang membuatku makin syok lagi adalah…. Ia hanya menggunakan celana pendek dengan tubuh yang setengah telanjang, “Dongwoon-sshi… kamu, tidak tidur dengan….”
“Aigo noona~!! Kenapa tidak bilang kalau kamu datang?!” tanya Dongwoon terkejut sambil menutupi dadanya dengan gaya yang lucu. “Ta.. tadi apa kata noona? Tidur dengan… Sunghyo noona?? Ceolte aniiyo~!! Cuacanya panas dan aku kegerahan, lalu….”
Aku menerobos masuk dengan pikiran yang pesimis dan bersiap siap untuk meledak. Saat aku masuk,….. kulihat Sunghyo masih tertidur dengan selimut yang berantakan. Dengan pakaian kemarin malam, masih lengkap dan tidak berantakan.
“Kan sudah aku bilang, tidak mungkin..” jawab Dongwoon memelukku dari belakang, “Kalau aku benar-benar melakukannya, aku atau Kikwang hyung sudah mati tadi pagi.”
Aku mengangguk angguk dan menghampiri Sunghyo yang wajahnya agak pucat, “Apa yang kalian lakukan semalaman kemarin?”
“HPnya berdering terus tanda telepon dari Kikwang hyung. Karena berisik, aku mematikan HPnya.” Lapor Dongwoon secara detail, “Terus noona mengigau ngigau memanggil Kikwang hyung. Terkadang disertai isakan, terus jam 3 pagi tadi ia muntah muntah. Sungguh tersiksa berada satu atap dengan noona yang ini.”
Aku merenggut dagu Dongwoon yang panjang sambil memanyunkan mulutku, “Yak~ begini-begini dia chinguku Dongwoon-sshi… kalau kamu di posisinya, apa kamu tidak akan melakukan hal yang sama?”
“Em…. Bisa jadi sih. Terus bagaimana ini?” tanya Dongwoon bingung, “Apa aku harus bolos kuliah dan cuti kerja untuk menemani Sunghyo noona?”
“Anii, aku saja yang cuti untuk mengurusnya, aku tidak akan kuat melihat Kikwang di taman ria.” Ucapku sambil menahan napas, lalu membuangnya dengan berat. “Kikwang tahu aku dekat dengan Sunghyo, pasti ia akan menanyakan keadaan chingu ini terus menerus. Dan kalau ia tahu Sunghyo mabuk dan jatuh sakit…. Dia bisa menyalahkan dirinya sendiri terus menerus dan pekerjaannya jadi terganggu.”
Dongwoon mengangguk angguk dengan mantap, “Cukup jelas alasan noona untuk cuti hari ini. Tapi… memangnya noona sudah ijin kepada omonim dan omoni?”
“Ya….. sudah sih, aku bilang kalau temanku sakit dan ia tinggal sendirian di apartemennya,” jawabku sambil menatapi muka Sunghyo, “Sebelum kamu berangkat.. bisa tolong ambilkan air hangat untuk kompres? Sunghyo terlihat sangat pucat.”
Dongwoon mengangguk dan segera pergi ke dapurnya, “Emmm noona, memangnya Kikwang hyung kalau sedang bertengkar dengan orang yang ia sukai, bisa sampai seperti apa sih?”
“Em…. Apa yang ia lakukan pasti menjadi salah, lalu ia menjadi sangat ceroboh dan bahkan kecerobohannya bisa melukai dirinya sendiri dan orang lain. Dan tentu saja merugikan kita semua, termasuk dia.” Jawabku sambil mengompres dahi Sunghyo, “Dia sudah begitu sejak SMA. Kami berlima sudah bersahabat sejak saat itu.”
“Jinjjaeyo? Kalau didengar dengar… Kikwang hyung versi ceroboh? Sepertinya tak tebayangkan olehku.” Jawab Dongwoon cuek, “Kalau begitu, aku berangkat ke kampus ya noona. Jangan pulang sebelum aku pulang, arra?”

~~~~~

Shin Hyunyoung story..

“Hyunyoung-sshi…. apa dulu aku bekerja?” tanya Hyunseung oppa pagi hari ini. Aku yang sedang menyiapkan makanan untuknya, agak terkejut juga mengingat ia yang masih belum sembuh benar ingatannya.
“Nee… di taman ria oppa, bersama Minri dan Kikwang. Waeyo?”
Aku menyiapkan sepiring Barbeque dan segelas air putih untuk Hyunseung oppa yang duduk di ruang TV terus menerus tanpa lelah. Sejak ia keluar dari rumah sakit pekerjaannya hanya menonton TV saja, apa ia tidak bosan ya?
“Apa aku masih dianggap menjadi staff disana?” tanyanya, “Pasti menyenangkan ya bekerja di tempat yang penuh kegembiraan seperti itu. Dulu pekerjaanku apa?”
Aku tertawa melihat wajahnya yang penuh keingin tahuan itu, “Sepertinya oppa masih dianggap staff disana. Oppa membagikan gulali kepada anak-anak disana, untuk mengundang mereka berbelanja di toko souvenir tempat oppa bekerja. Jadi sudah pasti menyenangkan.”
“Ah… aku ingin melakukannya lagi,” jawabnya dengan wajah yang puas, “Antar aku kesana, Hyunyoung-sshi.. aku mau bekerja lagi.”

.....

“Annyeonghaseo Hyunseung-sshi~!!” sambut salah satu staff yang bekerja disana, “Apa kau ingat aku? Ngomong-ngomong… sudah siap bekerja lagi kah?”
Aku menggangguk sebagai juru bicara oppa, “Aku akan membantunya mulai hari ini sampai ia pulih kembali, tidak apa-apa kan?” tanyaku.
“Gwenchana….” Jawab yeoja itu dengan ramah, “Hyunseung-sshi…. bisa ingat aku?”
Hyunseung oppa menggeleng dengan penuh kekecewaan, “Jesonghabnida… aku tidak ingat semua yeoja sama sekali. Mohon kerjasamanya.”
“Oh nee, gwenchanasimida~” jawabnya dengan ramah lagi, “Ini gulalinya. Sekarang kami menjualnya seharga 50 won, oh iya… sisa gulalinya ada disitu.”
Setelah aku mengucapkan terima kasih, kami berdua ssegera pergi menuju keramaian untuk menjual gulali. Beberapa orang yang juga bekerja di taman ria, membantu oppa sedikit.. bahkan ada yang sempat berkenalan kembali untuk menyegarkan ingatan Hyunseung oppa.
“Oppa… aku kembali sebentar ya untuk mengambil beberapa gulali.” Ujarku sambil cepat-cepat berlari ke toko untuk mengambil gulalinya. Belum sempat aku masuk ke toko, tiba-tiba terdengar suara seperti orang terjatuh dan tertimpa barang.
“Aigo… nugu? Siapa yang jatuh?” ucapku dengan nada yang agak khawatir. Saat kuangkat beberapa barang, barulah terungkap kalau yang terjatuh itu adalah…. Kikwang
“Kikwang-sshi… gwenchana? Wajahmu terlihat lelah.” Ucapku agak khawatir. Ia tidak bicara dan merapihkan bajunya dan pergi ke meja kasir. Namun ia menabrak barang sehingga rak-rak yang ia tabrak menjadi berantakan. Aku menggaruk kepalaku bingung, pasti terjadi sesuatu dengan namja ini karena tidak mungkin Kikwang bersikap seperti ini kalau ia baik-baik saja.
“Yak~!! Ikut aku dengan Hyunseung oppa. Ppali~” aku menarik tangan Kikwang dengan mudahnya. Astaga, bahkan tubuhnya terasa ringan seperti kapas~ “Ada apa denganmu dan Sunghyo?”
Kikwang menggaruk kepalanya cukup keras, “Memangnya kelihatan ya?”
“Ya jelas lah, kau tidak mungkin bersikap ceroboh kalau tidak ada masalah.. apalagi dengan yeoja chingumu.” Jawabku getir, “Kaja, kita bersenang senang sambil menjual gulali. Terkadang di belakang meja kasir juga membosankan, jadi ikutlah dengan kami.”

~~~~~

Sun Miyoung story..

Haaaaah hari ini pekerjaanku dua kali lebih berat daripada biasanya. Hyunyoung tidak masuk karena mengurus Hyunseung, sementara Dongwoon mengambil shift malam karena ia harus berangkat kuliah.
“Noona… kenapa wajahmu begitu? Ada yang kamu pikirkan?” tanya Yoseob sambil mengisi kartu absennya, “Pekerjaan kita sudah selesai, kenapa kau kelihatan lelah sekali?”
Aku menggeleng sembari Yoseob mengusap wajahku yang berpeluh dengan tangannya yang lebar, “Anii… aku merasa hari ini cukup melelahkan tanpa Dongwoon dan Hyunyoung. Tapi aku bersyukur shift kita sudah selesai.”
Yoseob masih mengusap wajahku lembut dengan wajah yang khawatir, “Bagaimana kalau kita ke pantainya Doojoon hyung saja? Yah rekreasi kecil untuk menghilangkan sedikit kepenatan sehabis kerja.”
“Nee… nee… bawa saja aku kesana. Kaja kaja,” aku menarik kerah bajunya sambil keluar dari midimarket.

.....

“Ah~ sudah lama aku tidak lihat kalian. Apa kabar?” tanya Doojoon dengan seragam khas penjaga pantainya, “Kalian semakin hari semakin mesra.”
Aku hanya tertawa kecil mendengar komentar dari Doojon, “Gamsahabnida… ngomong-ngomong, mana temanmu yang wajahnya jutek itu?”
“Eish… dasar kau Miyoung-ah. Kalau dia dengar, kau bisa dapat makian dengannya. Kau harus berhati-hati,” keluh Doojoon dengan wajah kesal, “Dia sedang makan karena tadi ia lupa makan siang. Aku tinggal kalian disini ya? kalau pengawas melihatku mengobrol disini, ia akan memotong gajiku.”
Yoseob tertawa melihat tingkah laku Doojoon barusan, “Yak… hati-hati ya, musim semi ini banyak hiu di dekat pantai!” teriaknya, “Tapi bohong, hehehehehe….”
“Mwoya~~” protesku sambil menyikut rusuknya, “Yak… gomawoyo.. sudah mengajakku kemari. Udaranya sejuk dan membuatku bersemangat lagi.”
Yoseob tersenyum sambil memandangi pantai, “Nee…. Hajiman…. Apa yang dikatakan Doojoon hyung itu benar, noona. Jangan panggil Junhyung goon jutek, sebenarnya dia bukan orang jahat yang kasar.”
Mwo, kenapa dia malah membicarakan Junhyung? “Eh… memang kenapa? Toh dia tak mendengarnya”
“Malaikat bisa dengar sesuatu yang ingin dia dengar, jadi berhati-hatilah.” Jawab Yoseob sambil menepuk nepuk tanganku, “Dia sahabatku, beban hidupnya lebih keras dari kita. Makanya ia seperti itu.”
Aku mengangguk angguk seadanya, “Aku hanya bercanda, jadi jangan terlalu dipikirkan… lalu, bisa tidak kamu berhenti memanggil aku noona? Rasanya tidak wajar kalau seorang namja memanggil yeochin nya noona.”
“Tapi…. Nae nomu joa. Aku suka memanggilmu seperti itu,” jawab Yoseob sambil menaruh kedua tangannya di pipiku, “Apa… noona merasa sangat tua kalau aku panggil seperti itu?”
Wajahku memerah karena jarak wajah Yoseob sangat dekat dengan wajahku, “Yah….. sepertinya begitu, tapi pokoknya jangan panggil aku noona deh. It sounds unproper…..”
Tiba-tiba Yoseob menarik wajahku dan mencium bibirku. Aku yang terkejut bahkan tak bisa merasakannya, omo omo omo…… aku tidak bisa bernafas~~ *blush*
“Mian… habisnya wajahmu memerah, aku tidak tahan melihatnya Youngie-sshi…” jawab Yoseob sambil melihat kea rah matahari yang sudah setengah terbenam, “Wah… sunset kissu, boleh aku melanjutkannya?”
Aku hanya menatapi matanya dengan wajah yang memerah lagi. Semoga saja kali ini aku mampu membalas ciuman Yoseob..

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

“Bagaimana oppa? Bekerja di taman ria menyenangkan bukan?” tanyaku saat kami sudah tiba di apartemen. Aku membuka pintu dan menuntun Hyunseung oppa masuk ke dalam, lalu segera berlari ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat.
“Hyunyoung-sshi… kemarilah, aku sudah bisa menyalakan air panasnya sendiri kok, jadi jangan repot-repot,” tiba-tiba Hyunseung oppa memanggilku dari kamarnya. Aku langsung mendatanginya kalau-kalau ia butuh sesuatu.
“Oppa butuh sesuatu sehingga memanggilku?” tanyaku.
Ia menggeleng, “Anii… aku hanya ingin membicarakan sesuatu padamu.” Jawabnya sambil berpikir…. Lalu ia kembali bicara, “Doojoon itu kakak kandungmu?”
“Oh Doojoon oppa? Dia seharusnya kakak iparku, dia adalah namja chingu dari mendiang unnieku.” Jelasku pelan-pelan, “Namun unnieku meninggal 2 tahun yang lalu, dan Doojoon oppa diusir dari tempatnya tinggal. Jadi aku mengajaknya untuk tinggal bersama.”
Hyunseung oppa manggut-manggut seperti anak kecil, “Lalu….. apakah ia pernah melakukan hal kasar padamu, seperti….. yah kau tahu lah…. Permintaan laki-laki dewasa?”
“Oh…. Obssseoyo. Doojoon oppa tidak pernah seperti itu, dia menjaga dan memperhatikanku seperti dongsaengnya sendiri,” jawabku. “Memang sih waktu itu ia pernah mengecewakanku karena sesuatu, tapi selain itu sih tidak. Ia berjanji pada mendiang unnieku untuk menjagaku.”
Tiba-tiba Hyunseung oppa berkata, “Ah…. Dia pasti kesepian tanpamu dirumah sana, aku yakin.”
“Nee? Kenapa oppa bisa berkata seperti itu?” tanyaku bingung, “Doojoon oppa sekarang tinggal bersama Junhyung oppa. Beliau tidak akan mungkin kesepian karena Junhyung oppa kan rekan kerjanya.”
“Tapi…. Kau tidak tau ya, perasaan dengan dongsaeng dan perasaan dengan chingu itu berbeda sekali, dia pasti merindukanmu.” Ungkap Hyunseung oppa, “Bagaimana kalau mulai lusa…. Kau kembali kerumahmu? Aku sudah pulih kok, buktinya aku sudah bisa bekerja tadi pagi.”
Aku termenung mendengar keputusan Hyunseung oppa yang mengejutkan itu, “Jadi….. tidak apa-apakah kalau aku pulang? Apa oppa tidak akan merasa kesepian?”
“Hemmmm mollaseoyo, hehehehe~” ia menggaruk kepalanya dengan kaku, “Tapi Doojoon pasti akan sangat senang kalau kamu kembali kerumah. Aku bisa pastikan itu,”
Aku memandangi ruangan tempat Hyunseung oppa beristirahat. Haaaaah, rasanya aku bakal merindukan saat-saat aku membangunkan Hyunseung oppa, memasakkannya makanan, membuatkannya air panas untuk mandi, menemaninya nonton TV, sampai menyelimutinya jika sudah waktunya ia tidur…
“Oh iya, gomawo….. untuk semua hal yang kamu lakukan selama ada disini,” ujar Hyunseung oppa. “Gomawo… sudah menemani dan mengurusku, bahkan aku tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa.”
“Tidak usah dipikirkan oppa,” jawabku sambil menepuk nepuk tangannya dengan antusias, “Aku tidak perlu itu selama aku menikmatinya~”
Hyunseung oppa tiba-tiba tersenyum getir, “Hyunyoung…. Sebenarnya, siapakah dirimu di masa laluku? Kenapa kau begitu baik padaku, dan…. Kenapa kau tahu banyak hal tentang aku? Aku sangat penasaran tentang hal ini.”
Aku tertagun sambil menatap matanya lurus-lurus. Oppa, sebenarnya…. Aku adalah orang yang sangat mencintaimu. Batinku Tapi……….. biar saja waktu yang menjawabnya, aku yakin oppa akan ingat suatu hari nanti.

Bersambung...