Minggu, 28 November 2010

SuSHINee Fanfict Part 20

Kyuhyun’s POV

2 Minggu yang lalu…

“Omona, Heechul hyung~~!!”
Terdengar suara teriakan Ryeowook hyung dari ruang musik, apa yang terjadi ya? aku segera meninggalkan PS yang sedang aku mainkan, tidak lupa kupencet tombol pause nya.
“Ada apa hyung?” tanyaku. Begitu aku melihat Heechul hyung, aku sangat terkejut, “Omo.. Yaa, Heechul hyung?? Gwechanaeyo?? Heechul hyung, jawab aku~~~!!”
Eunhyuk dan Donghae hyung menyempil dibalik kami berdua, “Astaga. Apa yang terjadi dengan Heechul hyung? Kenapa ia bisa terkapar disini?”
“Yaa!! Kenapa kalian malah berkumpul disini?!” Yesung hyung berseru sambil memecah kerumunan kami, “Bawa dia ke ruang tamu. Ppali~~!! Dia itu bukan tidur, tapi pingsan.”
Kami berlima segera mengangkat tubuh Heechul hyung ke sofa panjang di ruang keluarga, Yesung hyung segera menyuruh Ahjumma Leeteuk membuatkan teh hangat dan Ahjusshi Hankyung baru saja pulang kerja.
“Yaa, ada apa ini? Kenapa Heechul-sshi?” tanya beliau agak panik.
“Dia pingsan yeobo,” jelas Ahjumma Leeteuk. “Yasudah kamu ganti baju saja dan mandi dulu oke?”
Beberapa saat sesudah Ahjumma dan Ahjusshi berlalu, Ryeowook hyung mengambil minyak angin dan berlari ke arah kerumunan kami.
“Ini minyak anginnya… mungkin saja dia bisa cepat sadar.”
Eunhyuk hyung segera mengambilnya dan mendekatkan minyak angin itu kea rah hidung Heechul hyung yang mancung, tapi beliau tidak terbangun juga.
“Sial, apa kita harus menggunakan kaus kaki Eunhyuk-ah supaya Heechul hyung bangun?” celetuk Donghae hyung
“YAAK~~!! Sembarangan sekali kau kalau bicara,” protes Eunhyuk hyung sambil tertawa-tawa. “Paling tidak aku sudah berusaha.”
“Yaa.. jangan bicarakan hal lain dulu, Heechul hyung belum sadar nih.” Jawab Ryeowook panik, matanya berkaca-kaca. “Detak jantungnya masih ada kan? Dia masih bernafas kan?”
“Babo, tentu saja masih ada Ryeowook hyung. Jangan pesimis seperti itu dong.” Jawabku jengah, sebenarnya aku sedang dalam keadaan panik saat ini, tapi aku tidak bisa melakukan apa2. Aku mengelus dan memijat tangan Heechul hyung yang putih dan mulus. Sadarlah Heechul hyung~~~~
“Mwo?? Heechul belum sadar juga?? Kalian ini menyadarkannya bagaimana sih?” jawab Ahjusshi dari kejauhan, ia memecah kerumunan seperti yang dilakukan Yesung hyung barusan dan mengambil minyak angin dari tangan Eunhyuk hyung.
“Sebaiknya kalian kembali ke pekerjaan kalian masing2, nanti kalau Heechul-sshi sudah bangun aku panggil lagi.” Perintah Ahjusshi
“Tapi, kami tidak sedang melakukan apa2.” Jawab Donghae hyung polos.
“Yasudah, lakukan sesuatu~~ asal jangan berkerumun disini” jawab Ahjusshi kesal.
Satu persatu hyung2 mulai membubarkan diri, hanya aku yang masih duduk disampingnya memegangi tangannya. Ya Tuhan, jangan biarkan sesuatu menimpa Heechul hyung, jebal~~~
“Yaa Kyuhyun-sshi… daripada kau memegangi tangannya, lebih baik kau duduk di sana dan taruh kakinya di pangkuanmu.” Perintah Ahjusshi Hankyung.
Segera kuturuti perintah Ahjusshi. Setelah itu beliau memijat mijat pelipis Heechul hyung dengan minyak angin di tangannya..
Heechul hyung tersadar, dengan pipi yang penuh dengan bekas air mata…

~~~~~

Donghae’s POV

2 hari kemudian..

“Bagaimana keadaan Heechul hyung? Membaik?” tanya Eunhyuk pagi ini.
“Masih seperti mayat hidup,” jawabku lesu. “Kulitnya memucat, matanya berkaca-kaca, dan ia cuman makan sedikit.” Aku menunjukkan isi piring yang kuambil pagi ini, masih tersisa setengah piring dari piring yang Kyuhyun antarkan ke Heechul hyung tadi malam.
“Apa yang terjadi sih dengannya?” tanya Eunhyuk, “2 hari yang lalu ia terkapar di ruang musik, dan baru siuman 20 menit kemudian. Padahal badannya tidak panas, bahkan dia tidak ke dokter.”
“Itu yang namanya patah hati.” Jawab Yesung hyung. “Ia memutuskan hubungannya dengan Minsu.”
“Mwooooo? Kok bisa?” tanyaku. Aku benar2 terkejut dengan berita ini, “Bukankah hubungan mereka selama ini baik2 saja?”
“Akhir2 ini Minsu mendapat teror dari sekitarnya, bahkan ia pernah diceburkan ke laut. Aku yang menyelamatkannya,” jelas Yesung hyung. “Heechul hyung merasa teror yang ditujukan ke Minsu itu berasal dari murid2nya di Universitas Sangji. Jadi ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Minsu, agar dia tidak diteror lagi.”
“Astaga, putus karena hal semacam itu? Menyedihkan sekali.” Komentar Eunhyuk. “Tapi menurutku, hal yang dilakukan Heechul hyung sangat heroik, ia mengorbankan perasaannya demi keselamatan orang yang dia cintai.”
“Tapi, buat apa ia melakukan itu kalau akhirnya dia juga ikut terluka?” jawabku bingung. “ia sama saja bunuh diri. Ia mengorbankan perasaannya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi dengannya nanti.”
“Benar juga sih,” jawab Yesung hyung. “Semua kegiatan yang ia lakukan terhenti, bahkan ia tidak menunjukkan kemajuan 2 hari ini. Semuanya tergantung dari dirinya sendiri.”
“Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……. Aku jadi pusing.” Ujar Eunhyuk. “Kalau Heechul hyung depresi seperti ini, siapa yang akan meramaikan Super Jjang setiap harinya?”
Aku memijat dahiku pelan, begitu juga dengan Yesung hyung. Hmmmmm… kita bertiga dibuat pusing karena masalah Heechul hyung~~

.....

“Apa? Heechul hyung putus dengan Minsu?!” Sungmin hyung berteriak kencang dari seberang telepom
“Ssssssssssssssssst sssssssst~~~ jangan berisik hyung,” ungkapku panik. “aku tidak mau Heechul hyung mendengar pembicaraan kita.”
“Oh, Mian….. tapi aku ingin menjenguknya, Donghae-sshi.” Ujar Sungmin hyung. “Bagaimana keadaannya?”
“Dia seperti mayat hidup. Kulitnya yang putih terlihat pucat, setiap malam ia selalu melempar barang2 di sekitarnya, bahkan Kyuhyun-ah pindah sementara ke kamarku. Ia takut tertimpuk benda yang dilemparkan Heechul hyung.”
“Hem, aku harus kesana.” Ucapnya tegas. “Biarpun kerjaanku sekarang sedang menumpuk, aku sangat khawatir dengan keadaannya. Kenapa mereka bisa sampai putus?”
“Aku tidak tahu pastinya, tanya saja sama Yesung hyung.” Ucapku. “Kau jadi kesini hyung?”
“Nee. Mungkin aku kesana sekitar pukul 3 sore.” Jawab Sungmin hyung. “semoga saja aku bisa mengajaknya bicara nanti.”
“Baiklah hyung, aku tunggu kedatanganmu.” Jawabku sambil mengakhiri pembicaraan.

~~~~~

Sungmin’s POV

“Baiklah hyung, aku tunggu kedatanganmu.”
Tuuuut tuuuuuuuuuut tuuuuuuuut, Donghae memutus pembicaraan. Padahal aku masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Yesung hyung…. Yesung hyung….. aissssssh aku lupa menyimpan nomer telponnya.” Ujarku kesal. “Kalau telpon ke rumah, rasanya malas. Sungjin saeng~~~~ kemari sebentar.”
Sungjin datang ke ruang kerja milik Appa, yahh……….. tepatnya sih ruang kerjaku untuk sekarang ini.
“Ada apa hyung, kau mau dibuatkan sesuatu?” tanya Sungjin ramah. Dia sudah kuanggap asistenku sendiri
“Aku mau menginap di Super Jjang barang semalam dua malam.” Ujarku tidak basa-basi, “Kalau kuliahmu sedang tidak padat, boleh minta tolong kerjakan laporan2 ini?”
Sungjin memandangi laporan yang tertumpuk nyaris sedagunya. Ia menghembuskan nafas dan berkata, “Ada apa sih di kost2an hyung itu? Jangan bilang hyung belum selesai melunasi iurannya?”
“Aniiyo….. hyung ku disana sedang sakit dan aku ingin menemaninya. Mungkin saja beliau bisa segera pulih.”
“Yasudah, berkemaslah.” Jawab Sungjin sambil mengangkat beberapa dokumen yang menumpuk, “Kalau perlu, bawa sebagian dokumen ini untuk kau kerjakan. Aku tidak mungkin mengerjakan semuanya.”

.....

“Hyung, ini Sungmin..” aku membuka pintu kamar Heechul hyung pelan2. “Hyung ada di kamar kan?”
Kupandangi kamar Heechul hyung yang seperti kena rampok. Semua barang2 berantakan di sekitar tempat tidurnya, sementara ia tengkurap di balik selimutnya.
“Aku bawa makanan dari hyung loh, nasi goreng buatan Ahjusshi Hankyung. Hyung menyukainya kan?” kulirik Heechul hyung yang tengkurap itu, wajahnya seperti zombie. Kulitnya pucat, matanya cekung dan pipinya tirus. Astaga….. patah hati sudah membuatnya depresi.
“Aku tidak mau makan, aku kenyang.” Jawabnya kaku. Suaranya serak dan di pipinya masih tersisa bekas air mata. Dia menangis?
“Kalau hyung tidak makan, aku yang makan ya?” jawabku cuek, tapi ia tetap tidak menjawab dan aku berusaha mencairkan suasana. “Hyung, hari ini aku menginap disini~~ nanti kita jalan2 ya dengan mobil baruku?”
“nan silh-eo~~~ aku tidak mau~~~” jawabnya sambil bergelut dibalik selimutnya, ia membelakangiku.
“Hyung butuh udara segar…. Nanti kulit hyung tidak bagus lagi seperti biasanya.” Rujukku, semoga saja ini berhasil.
“nan silh-eo!!!” teriaknya sangar. “Sudah kubilang tadi kan?! Aku tidak mau!!!”
Teriakannya barusan membuatku terkejut. Aku takut sekali kalau Heechul hyung sudah marah, tapi aku tidak ingin melihatnya depresi seperti ini terus. Aku harus terus membujuknya.
“Yaa hyung, mian kalau sudah mengganggumu.” Jawabku ragu. “Tapi…. Kenapa hyung harus seperti ini? Apa semua karena dia…. Karena Minsu??”
Tiba2 Heechul hyung membuka selimutnya dan menatapku marah. “Yaaa!!!! Buat apa kau menyebut namanya hah?! Kau ingin membuatku emosi?! Yaaa!!! Jawab!!!!”
Ia melempar selimutnya kea rah meja rias, kini semua tubuhnya yang mengurus dan pucat terlihat sangat jelas, “Kenapa kau harus membahas itu hah?! Kau tidak tahu apa yang terjadi?! Kenapa harus membahasnya di depan mukaku?!?!”
Heechul hyung mengambil gelas besi di samping tempat tidurnya, hendak melemparnya ke arah ku…..

~~~~~

Ryeowook’s POV

KLONTAAAAAAAAANG~~~!!!!!
“Astaga, suara apa itu Ryeowook-sshi?!” tanya Ahjumma Leeteuk ketakutan. “Apa ada kecoa disekitar sini?”
“Nee Ahjumma, suaranya dari atas……” jawab Donghae hyung. “Dari kamar…. Heechul hyung?! Disana kan ada Sungmin hyung?!”
“Astaga, coba kalian lihat kesana anak-anak~~” ujar Ahjumma Leeteuk. “Aku takut Heechul-sshi menyerang Sungmin-ah.”
Segera saja kami bergegas ke lantai atas sambil berlari, dengan paksa kami buka pintu kamar Heechul hyung…..
Terlihat Sungmin hyung yang terduduk di pojok dan Heechul hyung dengan nafasnya yang memburu.
“Sungmin hyung~~~!!! Gwechana?” Donghae hyung menghampiri Sungmin hyung yang masih terengah-engah. “Yaaa hyung!! Apa yang kau lakukan pada Sungmin hyung?!”
“Gwechana Donghae-sshi, tadi hyung sedang emosi saja.” Jawab Sungmin hyung sambil mengatur nafasnya. “Aku menyebutkan nama yang seharusnya tidak kusebutkan disini.”
“Hyung, minta maaflah kepada Sungmin hyung.” Pinta Donghae hati-hati, tapi Heechul hyung semakin emosi dan marah.
“Kenapa aku harus minta maaf hah?! Dia menyebutkan nama yeoja itu~~ dan aku tidak mau mendengarnya!! Tapi kenapa dia menyebutkan nama yeoja itu??? Kenapa dia menye……”
“doeeossseubnida~~~~ sudahlah hyung, jangan begini terus.” Dengan refleks aku memeluk Heechul hyung yang tangannya hendak melempar sesuatu lagi. “Lupakan saja hyung, lupakan saja yang sudah terjadi. Jebal, lupakan hyung……” tak terasa air mataku mengalir, aku menangis tersedu sedu sambil memeluk Heechul hyung. Donghae hyung yang memegangi Sungmin hyung berkaca-kaca menatapi kami berdua.
“Jangan lakukan hal seperti ini lagi hyung. Jebal…. Semua orang mengkhawatirkan keadaanmu, bahkan Ahjusshi dan Ahjumma yang sibuk pun khawatir dengan keadaan hyung. Mereka bilang, mereka akan membawa psikiater kesini kalau dalam bulan ini hyung tidak sembuh-sembuh.” Aku terisak-isak sambil berbicara panjang lebar. “Jebal hyung, kami semua mencintaimu~~ jangan seperti ini lagiiiii~~~~”
Tangisku pecah, air mataku mengalir deras. Sungmin dan Donghae hyung bangkit dan melepaskan pelukanku dari Heechul hyung, sumpah aku merasa emosional sekali. Aku sedih melihat keadaan Heechul hyung yang dibilang seperti mayat hidup, dan sebagainya. Aku ingin dia yang seperti dulu, gembira dan selalu meramaikan suasana.
“Ryeowookie, sudahlah.. berhenti menangis.” Bujuk Sungmin hyung. “Kau terlalu terbawa suasana. Heechul hyung tidak apa2, dia tidak melukaiku.”
“Aniiyo, aku tidak mempermasalahkan itu.” Bantahku sambil mengusap air mata. “Aku hanya sedih karena hyung berubah, ia sakit dan tidak kunjung sembuh. Mungkin aku tidak tahu sakit hati itu rasanya apa, tapi setelah melihat Heechul hyung seperti ini…. Rasanya bahkan aku tidak ingin punya pacar.”
Entah kata2 di bagian mana yang lucu, tapi kedua hyung ku berusaha menahan tawa. Muka mereka merah sekali sementara aku masih mengusap air mata dan menenangkan perasaanku.
“Yasudah Wookie, tenangkan dulu perasaanmu ya.. lihat Heechul hyung sudah terlihat membaik karenamu.”
Aku menatapi Heechul hyung yang matanya masih terbelalak entah karena syok, aneh , atau terkejut mendengar perkataanku barusan. Diluar dugaan, ia turun dari tempat tidurnya… dan memelukku.
“Mianhae Wookie… mian sudah membuat kalian khawatir, mianhae semuanya…. Maafkan aku.” Ucapnya dengan suara serak. “Aku.. depresi sekali karena kehilangan seseorang yang aku sayangi. Mianhae…”

~~~~~

Yesung’s POV

6 hari kemudian…

“Yesung, aku mau pulang.” Ucap Heechul hyung kali ini, “Aku mau pulang ke rumahku.”
“Bagaimana dengan waktu mengajarmu di Sangji, hyung?” tanyaku “menjadi dosen di almamater sendiri itu merupakan suatu kebanggaan.”
“Aku bisa ambil cuti beberapa hati.” Jawab Heechul hyung ringan. “Pikiranku berhenti di sini, aku tidak mampu berfikir lagi. Kepalaku sakit sekali, entahlah mungkin aku harus ke psikiater.”
Heechul hyung baru saja sembuh dari depresinya setelah 2 minggu puas membanting dan melempar barang yang ada di sekitarnya, membuat Kyuhyun pindah kamar, membuat Umma ku menangis karena masakannya tidak dimakan, dan membuat Ryeowook bahkan Donghae menangis juga karena beliau nyaris saja melempar gelas besi kea rah Sungmin-sshi.
“Kau mau kami ikut bersamamu?” tanyaku. “Beberapa Namja yang tinggal disini sudah merayakan kelulusannya di tingkat kedua. Misalnya Donghae-ah, Ryeowook-sshi, dan Eunhyuk-sshi. Hyung bisa mengajaknya kan?”
“Tidak, aku ingin pergi sendiri saja.” Jawab Heechul hyung, matanya menerawang ke sekeliling ruangan. “aku sudah cukup merepotkan kalian semua. Aku tidak ingin diriku yang egois dan berubah-ubah mood ini membuat kalian semua khawatir.”
“Anii…. Tapi hyung harus pamit dulu kepada Umma dan Appa.” Jawabku “Soalnya kalau kau tiba2 menghilang, mereka pikir kau tidak mau melunasi pembayaran kamar kost disini.”

.....

“Jinjja? Kau mau pulang ke rumahmu?” tanya Umma sedikit was-was. “Tapi kau masih ngekos disini kan Heechul-sshi?”
“Tentu saja Ahjumma, Super Jjang adalah keluargaku yang kedua. Aku tidak akan pernah bisa meninggalkan Super Jjang.” Jawabnya mantap. “Aku hanya ingin ganti suasana, tinggal terus menerus di Seoul membuatku jenuh.”
“Oh, baiklah… hati-hati ya Heechul-sshi. Kau ingin diantar oleh Yesung?” Umma menawarkan bantuan atas namaku, hah bagus sekali. Padahal aku sedang malas menyetir.
“Tidak usah Ahjumma, aku bawa motor sendiri. Aku titip mobilku disini saja ya.” jawab Heechul hyung. “Ahjusshi, selama aku pergi… ahjusshi boleh2 saja mengganti posisi kamar kami, aku tidak keberatan.”
“Jinjja?? Tidak apa-apa kah Heechul-sshi?” tanya Appa memastikan. “Tidak apa2kah kalau saat pulang nanti, kau tidak punya teman sekamar?”
“Gwechanaeyo. Setiap orang butuh refreshing dan hal yang baru.” Jawab Heechul hyung dengan elegan. “baiklah, saya berangkat dulu. Kyuhyun, jaga dirimu baik2 ya.. hyung akan pergi lama loh, hehehe”
Kyuhyun mendekap erat Heechul hyung, “cepat pulang hyung, jaga dirimu selama perjalanan.”
“Pasti, dongsaeng.” Jawabnya sambil tertawa. Setelah itu ia memeluki semua penghuni Super Jjang yang masih singgah disini, termasuk Ryeowook yang telah membuat kesadarannya kembali.
“Cepat pulang ya hyung, kami semua pasti merindukanmu.” Ucap Ryeowook dengan wajah yang *lagi-lagi* berkaca-kaca. “Ingat, kau harus pulang dengan semangat yang baru hyung, hwaiting~~!!!”
“Nee Wookie.” Jawab Heechul hyung. “Omooooo, padahal kau lebih tua daripada Kyuhyun. Tapi kenapa kau lebih cocok jadi si bungsu ya?”
Kami semua tertawa sembari mengantar kepergian Heechul hyung dan motor sport warna merahnya.
Semoga ia selalu dilindungi sampai tujuannya ya Tuhan…..

Bersambung..

SuSHINee Fanfict Part 19

Kali ini SHINee family dibuat Hello version, enjoy~~ ^^

Key Umma’s POV

“Key, kamu sudah menyuruh Minsu untuk pindah kamar?” tanya Jinki di pagi hari.
“Aniiyo Jinki, aku tidak ingin mengganggunya,” jawabku sedih. “Aku masih merasakan kedepresiannya sampai hari ini.”
“Tapi tolonglah Umma, dia tidak perlu se frustasi itu kan?” sergah Jonghyun kesal. “Aku sudah bosan mendengarnya menangis tersedu-sedu setiap malam. Bahkan Taemin dan Minho tidak bisa konsentrasi belajar dan pindah ke kamar untuk tamu menginap.”
“Hyung, sudahlah.” Jawab Minho kalem. “Wajar saja kalau dia kecewa dan depresi, Heechul hyung itu cinta pertamanya.”
“Noona juga mungkin kesal.” Tambah Taemin, “Ia membuang cincin yang selalu ia pakai dari balkon, aku menemukannya di dekat kebun bunga Umma.”
Taemin menyerahkan cincin itu kepadaku, “Harus kuapakan cincin ini ya?”
“Kembalikan saja.” Jawab Jinki, “Kita tidak berhak atas cincin ini. Yaaah mungkin Heechul-ah memang mantannya, tapi itu diberikan untuknya kan?”
Aku mengangguk pelan seraya berkata, “Baiklah, nanti aku kembalikan kalau sempat.”

.....

Waktu makan siang sudah tiba, Minsu belum juga keluar dari kamarnya. Sepertinya ia masih ingin menyendiri untuk saat ini.
Aku menginjak tangga kedua yang menuju kea rah kamar Minsu sambil menghembuskan nafas, kira2 dia mau menerima cincin ini kembali tidak ya?
“Aisssssh, lebih baik dicoba saja.” Ucapku pada diri sendiri. “Kalau dia menolaknya, akan kusimpan baik2.”
Aku membuka kotak cincin dan berjalan kea rah kamar Minsu, rasanya berdebar debar sekali.
“Minsu sayang, boleh Umma masuk?” aku mengetuk pintu dan membukanya pelan2, ia terlihat sedang menonton TV dengan pandangan kosong.
“Ah Umma, ada apa?” tanya nya tanpa semangat. Matanya bengkak dan mencekung, bibirnya kering dan pipinya makin kurus dan pucat. Aku mendekatinya pelan2…
“Chingu, kamu harus makan… lihat, pipi dan bibirmu tidak terlihat sehat.” Ujarku sambil mengelus rambutnya “Kau harus makan sesuatu.”
“Aku memang sedang tidak sehat Umma, aku flu dan nafasku tersumbat.” Jawabnya lesu. “Itulah yang membuatku tidak nafsu makan.”
“Paling tidak dicoba doong,” rayuku. “Oh iya, Umma menemukan ini di kebun bunga. Ini milikmu kan? Kok bisa jatuh di dekat pot bunga mawar milik Umma ya?”
Wajah Minsu yang lesu tiba2 berubah menjadi ketakutan, matanya berkaca-kaca dan hidungnya memerah. Ia membalikkan badannya memunggungiku.
“Tolong Umma, jangan perlihatkan cincin itu padaku lagi. Jebal,” jawabnya lirih.
“Tapi Umma tidak berhak menyimpannya sayang, ini milik……”
“Itu bukan milikku lagi Umma~~!!!” Potong Minsu dengan cepat. “Jebal, berikan saja ke orang lain~~ berikan saja pada Appa~~!! Jangan berikan lagi kepadaku…”
Aku hanya bisa menghela napas mendengar isakan tangis yang keluar lagi dari bibirnya, pelan2 aku keluar dari kamarnya. Sumpah, aku merasa bersalah sekali.

~~~~~

Jinki Appa’s POV

“Hemmmm, bunga Iris ini wangi sekali Key.” Puji ku kepada Key yang sedang bercocok tanam. “Cocok untuk membangkitkan semangat dan merubah mood.”
“Jinjja?” tanya Key yang sibuk dengan sekop tanahnya, “Kau ini sok tahu atau benar2 tahu?”
“Hei, itu opiniku. Apa kenyataannya tidak sama dengan yang kuucapkan barusan?” jawabku bingung.
Key mencium bunga Iris berwarna kuning itu dan berseru, “Omona~~ kau benar Jinki. Wanginya segar sekali~~ membangkitkan semangatku, ohohohohohoho~~”
“Yah, syukurlah kalau….. Yaaa!! Yaa?!” aku terkejut melihat Key menggunting pbunga2 Iris itu dengan jumlah yang banyak. “Yaa?!?! Kenapa kau cabut bunga2 Iris itu?? Nanti kan kebunmu jadi tidak indah kali kan?”
“Yeobo, aku punya ide yang sangat bagus untuk bunga2 ini.” Jawab key sambil mengerling. “Lagipula bunga nya masih banyak kok, nanti juga tumbuh kembali.”
“Ide apa?” tanyaku curiga, jangan bilang ia ingin memberikan bunga itu ke Hankyung-ah?? *jadi nostalgia masa lalu*
“Sini sini, aku bisikkan sesuatu.” Key menyuruhku mendekatinya dan ia membisikkan sebuah ide yang benar2 brilian.

.....

“Kau yakin, dengan penampilan seperti ini… moodnya akan berubah dan ia akan kembali ceria?” aku mematut diriku di cermin. Key menyuruhku memakai kemeja coklat dan celana model kulit macan yang sudah lama tidak kupakai
“Percayalah, dia pasti akan senang.” Key mendorongku ke depan pintu kamar Minsu. Dengan hati2 aku mencoba mengatuknya, tapi aisssssssssssssshhh… aku takut ia akan mengusirku keluar.
“Yaa…. Ketuk saja pintunya dan masuk,” desis Key. Kuturuti perintah Key, perlahan aku mengetuk pintu kamar Minsu dan membukanya.
“Ada kiriman Jagiyaaaaa~~~~” aku memperlihatkan buket bunga Iris itu di depan wajahnya. Sepertinya ia nampak terkejut.
“Mwoo? Appa, bunga Iris ini untukku?” tanya nya bingung “Lagipula, kenapa Appa harus memakai pakaian aneh seperti itu?”
“Nee anakku, bunga ini kupetik langsung dari kebun.” Jawabku bangga *padahal yang metik Key* “Appa sengaja datang ke kamarmu dengan pakaian spesial seperti ini, karena ini adalah musim dan hari yang spesial.” Jawabku asal.
“hmmh hmmmh hmmmmh Appa terlihat konyol sekali, kkkkk~~~” Minsu tak mampu menahan tawanya dan ia terkikik cukup kencang. Aku cukup terkesima melihatnya, dan kuberikan sebuket bunga Iris itu ditangannya.
“Kembalilah ceria seperti itu dulu nak, Appa merindukan Lee Minsu yang ceria dan yang selalu protes kalau Umma membangunkan di pagi hari, hehehe”
Pipi Minsu yang tirus mengembang karena ia tersenyum. Matanya yang cekung sangat kontras dengan senyumnya, ia mulai berkaca-kaca lagi.
“Jangan sedih lagi, jangan mengurung diri lagi seperti ini… keluarlah seperti seorang pemberani. Biarkan semuanya berlalu nak, kuatlah… aku tahu putriku bisa.” Aku mencium keningnya lembut dan mencium keningnya cukup lama.
“Nee Appa, gomawo untuk bunganya.” Senyum putriku satu2nya itu mekar lagi. “Gamsahabinda Appa, saranghaeyo.”
“Nado Saranghae, My little Princess.” Aku memeluknya erat, berharap semua kesedihannya memudar dan hilang…

~~~~~

Taemin’s POV

“Lihat, berkat Appa….. Minsu sudah sembuh~~~” Umma menyambut kedatangan Minsu noona di ruang makan dengan semangat sekali pagi ini. Sementara yang disemangati hanya mengulum senyum
“Nee, Putriku memang orang hebat.” Komentar Appa sambil merangkul noona, “Bunga Iris Umma juga hebat~~ bisa membuat mood Minsu membaik.”
“Baiklah dongsaeng. Ayo kita makan dulu, untuk mengisi ulang semangat dan energimu.” Ajak Jonghyun hyung.
Minsu noona mengangguk pelan sambil menarik kursi, mengambil nasi dan lauk dan menyendoknya pelan2. Dari penglihatanku, wajah noona semakin kurus dan cekung. Bahkan sifatnya yang sekarang sudah mirip dengan Minho hyung.
Ah Noona…… seandainya aku bisa memberikan boneka itu padamu….

.....

“Kasih saja darl, kenapa harus ragu2?” jawab Emma dari seberang telepon. “Menurutku, boneka buatanmu bagus.”
“Aku takut noona tidak menyukainya darl,” jawabku “Noona tidak punya begitu banyak boneka di kamarnya. lagipula itu sepertinya bukan boneka, itu seperti sebuah celengan.”
“Yasudah laaaaah~~~ berikan saja, anggap saja itu sebagai hadiah untuk menghiburnya. Bukan hadiah untuk ulang tahunnya bulan Desember lalu.”
Aku menghela nafas sambil mengakhiri pembicaraan dan menutup telponnya. Ketegasan Emma masih belum bisa kuhadapi, padahal kami sudah pacaran hampir 4 bulan. Tapi masih saja aku belum bisa melumerkan hati Emma yang kuat.
“Yasudah deh, aku berikan saja.” Aku memandangi celengan kecil *atau boneka?* yang tadi kuwarnai dengan spidol warna merah, aku memandangi langit dan menaruh dahiku di celengan itu. Aduuuuuuh aku grogi sekali~~~

.....

“Noona, sedang apa?” aku menghampiri noona ku yang masih menonton TV dengan wajah yang tirus dan mata yang cekung, “Kenapa harus sendirian disini?”
“Aniiyo, tidak apa2. Aku hanya….. ingin sendiri saja.” Jawab Noonaku sambil tersenyum miris, “Temani aku Taemin.”
Aku menghempaskan diriku disebelah Noona dan langsung memberikan boneka itu padanya, “Noona…. Ini, untuk membangkitkan semangatmu.”
“A……….. apa ini?” tanya nya heran.
“Ini…. Entahlah, antara celengan, figure, atau boneka. Aku yang mewarnainya sendiri, aku harap Noona suka.” Jawabku takut-takut. Diluar dugaan, Minsu noona tersenyum tipis dan memelukku
“Gomawo dongsaeng, gomawo buat semua yang kamu berikan untukku.” Noona tidak melepaskan pelukannya, “Tersenyumlah selalu untukku, Taemin. Noona sayang padamu. Saranghaeyo”
Wajahku merona, sungguh senang sekali melihat noona ku tersenyum dan gembira kembali. Kucium pipi nya yang tirus. Semoga warna pipinya yang kecoklatan kembali seperti semula.
“Nado saranghae noona, Taemin juga sayang padamu.”

~~~~~

Jonghyun’s POV

“Yeobo, jangan lupa ya ajak Minsu di ulang tahunku yang ke 19,” ucap Wonhee dari telpon. “Aku tidak mengadakan pesta, hanya makan malam di rumah saja.”
“Ya, pasti kuajak dia. Yasudah aku bujuk dia dulu yaaa… nanti aku telepon lagi.” Aku mengakhiri pembicaraanku dengan Wonhee. Sebenarnya aku berbohong kepadanya, karena aku tidak akan datang paling pertama di makan malam itu. Aku ingin membeli kado terlebih dahulu dengan Minsu.
“Yaaa, Minsu-sshi,” panggilku. “Kesini sebentar dong,”
Mukanya yang tirus dan matanya yang cekung belum kembali seperti semula. Bibirnya masih kering dan hidungnya merah karena flu, dia sudah tidak menangis lagi. Tapi flu membuatnya tidak nafsu makan dan semakin kurus.
“Nee, ada apa oppa? Ada yang bisa kubantu?” Ia melenggang dengan badannya yang mengurus, terlihat dari bajunya yang semakin longgar dari hari ke hari.
“Temani aku nanti malam ya , Wonhee mengundang kita makan malam dirumahnya. Ada Hyunsu juga kok.” Ajakku
“Tapi, aku tidak yakin kalau badanku kuat menahan angin malam.” Jawab Minsu pelan “Aku kan masih flu.”
“Kalau tidak kuat, bawa masker saja” sergahku. “Ayolah, temani aku ya?”

.....

“Ya oppa, kenapa kau malah duduk di belakang rumah Wonhee seperti itu?” panggil Minsu yang sekarang masih duduk di mobil, sementara aku bermain balon sabun dengan anak kecil yang kebetulan lewat.
“Tidak apa2, aku ingin memberikan kejutan saja untuknya.” Jawabku “Tapi kira2 kadonya cocok tidak ya untuknya?”
“Kau memberinya gaun warna merah muda kan?” Minsu memastikan, “Wonhee menyukai warna Pink, dia pasti suka dan makin mencintaimu.”
“Kau berlebihan.” Jawabku sambil membuka buka kotak kado untuk Yeoja Chingu ku, “Kau malah membuatku semakin gugup. Ah sialan, padahal aku ingin memberikannya kejutan. Aku sengaja tidak mengangkat telponnya untuk memberinya kejutan, tapi kok malah aku yang deg2an seperti ini?”
“Aissssssssssh, yasudah masuklah dulu.” Ujar Minsu, “Aku sudah kedinginan nih.”
Aku melihat tubuhnya gemetaran, padahal ini musim semi.. tapi kenapa ia malah gemetaran? “Baiklah, tapi aku menyiapkan hati dulu ya. aku grogi sekali~~
“Yasudah, ini sudah jam 8 oppa.. sudah lewat 1 jam dari janjimu yang tadi.” Minsu melorotkan posisi duduknya di mobilku sambil meraih jaketku dan menutupi badan kurusnya. “Kalau groginya lama2, nanti aku masuk angin.”
Aku menghela nafas, sebenarnya aku mengajak Minsu kemari supaya ia tidak bosan dan jenuh dirumah. Sudah hampir 2 minggu dia tidak kuliah karena flu nya yang tidak sembuh2, apalagi ditambah depresinya setelah berpisah dengan Heechul hyung.
“Yaa. Baiklah, ayo masuk.” Aku mengajak Minsu yang matanya sudah meredup karena mengantuk. “Kalau mau tidur jangan di dalam mobil, nanti kau masuk angin. Kan mobil ini tidak ada atapnya.”
“emm? Baiklah, ayo cepat~~ kau duluan op… Hatsyiiiiiiiiiiiiiiiiiii~~” Minsu beringsut dari kursinya dan keluar dari mobil sambil memakai maskernya.
Kunaiki tangga pintu belakang rumah Wonhee dengan hati2, kubuka pintunya pelan2…

Berharap kejutanku sempurna dimatanya….

~~~~~

Minho’s POV

“Minho, aku mau berangkat kuliah,” ujar Minsu sambil mendekatiku dan menutupi mukanya di lengan bajuku. Kenapa dia jadi lemah lembut seperti ini ya? jadi terasa aneh..
“Kondisimu kan masih kurang sehat Minsu,” jawabku agak khawatir. “Bahkan pipimu masih cekung dan nafsu makanmu belum kembali seperti semula. Umma bilang kamu tidak boleh kuliah kalau kau masih jarang makan dan matamu masih cekung, karena mukamu jadi terlihat jelek sekali.”
Bukannya membalas ledekanku, Minsu malah menenggelamkan mukanya lebih dalam ke dadaku, lalu berputar ke punggung, dan kembali lagi ke lengan bajuku. “Aku mau kuliah~~ mau belajar… bosan libur terus.”
“Tidak boleh sama Ummaaaaaa~~~~” ucapku tegas, “Memang kau sudah belajar? Minggu depan kan sudah ujian semester.”
“Aku sudah belajar berminggu-minggu… bahkan Hyunsu sudah memberikan jadwal ujian. Aku mau kuliaaaaaaaah~~~” jawabnya manja. Ia menenggelamkan mukanya lagi di dadaku.
“Hem, gimana kalau kau temani aku beli boneka untuk Yoora?” usulku, “Aku ingin menyatakan perasaan padanya.”
“Em? Choi Yoora yang badannya kecil itu ya? omona Minho, kau menyukai gadis2 bertubuh kecil? Lucu sekali. Hmhh hmmmh hmmmh,” Minsu menertawaiku dengan suara yang aneh. Sejak ia baru sembuh dari kedepresiannya, tawanya tidak selepas dulu.
“Em…. Jadinya kau mau ikut atau tidak?”
“Baiklah, ayo berangkat. Pakai mobil Jonghyun saja yg tidak ada atapnya.” Jawab Minsu.

.....

“Minsu, ini tidak berlebihan?” tanyaku ragu2. “Ini kau yang membelikan loh.”
“Perempuan berbadan kecil suka sesuatu yang besar.” Jelas Minsu mantap. “Jadi, dia tidak mungkin mau menolak boneka beruang sebesar badanmu itu, dongsaeng.”
Aku merapihkan rambutku di kaca spion. semoga saja Yoora suka penampilanku hari ini, “Aku sudah rapih belum?”
“Sudah kok, potongan rambutmu bagus sekali. Potong dimana? Tanya Minsu, “Jangan lupa bawa boneka nya. Aku tunggu di mobil saja ya.”
“Eh, kenapa?” tanyaku bingung. Tanpa sengaja wajahku jadi memerah karena takut dan grogi.
“Yang mau menyatakan perasaan itu aku atau kau sih? Masak aku ikut denganmu?” jawab Minsu sambil mengusap usap hidungnya. “Yasudah, sana berangkat.”
“Eh…..” ucapku canggung, “Aku harus bilang apa sama dia? Aku tidak pandai berbicara”
“Ucapkan saja semua yang ingin kau ucapkan.” Jawab Minsu sambil memandangiku aneh. “Kau ini kok ganteng2 grogian sih? Cepat sana, aku berdoa untukmu Minho, hwaiting~~!!!”
Aku tersenyum sambil keluar dari mobil, mengambil bonekanya dan pergi kea rah rumah Yoora.
dari kejauhan, aku melihat Minsu mengusap usap wajahnya paksa, ia meringkuk dan menyetel mobil dalam keadaan atap tertutup. Dia menangis lagi…
Apa aku salah, mengajaknya keluar rumah untuk kepentingan pribadiku? Aku hanya ingin menghilangkan kebosanannya di rumah dengan mengajaknya jalan2..

Aku segera menghilangkan pikiran burukku dan melangkah pasti kea rah rumah Yoora..
Semoga Yoora mau menerimaku.

Bersambung..

Jumat, 26 November 2010

SuSHINee Fanfict Part 18

Shindong’s POV

“Kau tahu yeobo? Yang jago masak disini Wookie hyung loh, ia suka membantu Ahjumma Leeteuk memasak makanan pagi untuk kami.” Ujar Kyuhyun yang sedang ngobrol dengan pacar barunya di ruang tamu. “Terus yang jago dance disini, Eunhyuk hyung. Shindong hyung juga, apalagi yang suaranya bagus.. Yesung hyung punya suara baritone yang indah.”
“Terus kamu bisanya apa?” tanya Hyunsu dengan wajah yang penasaran.
“Aku juga jago nyanyi doooong.” Ujar si magnae bangga, “Oh iya, aku juga jago masak~”
“Bohong,” celetukku dari kamar atas, “Kamu tuh jago makan, bukan jago masak.”
“Yaaak hyung~~!!” teriak Kyuhyun dari bawah. “Kau menguping pembicaraan kami ya? terus beres2 nya sudah selesai?”
“Belooooom~~ makanya kau juga bantu dong.” Ujar Donghae yang juga membantuku karena kami sekamar. “Ahjumma kan sudah pesan, kalau kau sudah pulang tolong bantu Shindong hyung beres2. Bukannya pacaran”
Aku hanya bisa tertawa sambil melanjutkan beres2ku. Hari ini hari terakhir aku menetap di kost ini, karena minggu depan aku akan menikah dengan Jung Nari –kekasihku- dan pindah ke rumah yang baru. Hem, sudah 4 tahun aku tinggal di Super Jjang. Mungkin aku akan merindukan tempat ini.
“Hei hyung,” ujar Donghae. “Kau akan main lagi kesini kan, bersama calon istri.. atau mungkin bersama anak2mu?”
“Doakan saja Donghae-sshi, aku tidak akan melupakan tempat ini. Dari sini lah semua kehidupanku yang sekarang berawal.” Aku memandangi nanar sekeliling kamar. “Mungkin kita baru akrab sekarang2 ini, tapi aku pasti akan merindukanmu.”
Donghae terdiam sebentar, terlihat wajahnya berkaca kaca, “Mian hyung, aku mau ke kamar mandi sebentar.” Suara nya gemetar. Aku tahu ia akan menangis, dan ia selalu ke kamar mandi kalau mau menangis.
“Yaa Kyuhyun-sshi!!” seru Ahjumma Leeteuk dari lantai bawah, “Bantu hyung mu diatas doooong~~ jangan pacaran terus”
“Aisssssssssssssh Ahjumma seperti tidak pernah pacaran saja,” protes Kyuhyun. “Yaaa namanya juga anak muda.”
Terdengar suara tawa Hyunsu dan Kyuhyun yang kompak sekali, dan suara Ahjumma Leeteuk yang menghela napas dan berjalan ke lantai atas.
“Shindong-sshi, ada yang bisa aku bantu?” tanya Ahjumma Leeteuk. “Donghae-ah kemana?”
“Dia sedang ke kamar mandi, Ahjumma. Oh iya, ini surat undangan pernikahanku untuk Ahjumma. Saya sangat mengharapkan kedatangan anda.” Aku menyodorkan amplop besar berwarna kuning gading kepada Ahjumma, “Kalau Ahjumma tidak bisa, minta Yesung hyung saja yang hadir.”
“Nee, kuusahakan Shindong-sshi.” Ujar Ahjumma Leeteuk. “Akan kuusahakan kami sekeluarga, atau mungkin anak2 akan datang ke pesta penikahanmu.”
“Gamsahabnida Ahjumma, saya sangat menghargainya.” Jawabku sambil menjabat tangannya, “Saya juga berterima kasih karena selama ini Ahjumma sudah baik dan perhatian, selama saya menetap disini”
“Gwechanaeyo Shindong-sshi. Kalian semua sudah kuanggap anak2ku, itu sudah sewajarnya kan?” Ahjumma Leeteuk tersenyum manis. “Oh iya, undangan itu… buat keluarga Jinki ya?”
“Ah Nee, aku akan mengantarkannya sebentar ke sana. Mungkin aku akan pergi beberapa jam lagi.” Ujarku pada Ahjumma. “Permisi Ahjumma,”
“Ya Shindong-sshi.. sekalian bilang dongsaengmu untuk membereskan kamarnyaaaaa~~”

.....

“Omona Minsu-sshi~~ apa yang terjadi padamu??”
Aku melihat Minsu dari depan komplek dengan lutut yang penuh dengan plester dan rok selututnya yang robek dan agak kotor, begitu juga dengan kemejanya.
“Gwechanaeyo oppa, aku cuman terpeleset saja.” Jawabnya singkat, “Ada yang bisa aku bantu?”
“Ini.. surat undangan pernikahanku,” aku menyodorkannya kepada Minsu. “Datang ya Minsu-sshi.”
“Doakan saja oppa, heheh” ia meringis dan berjalan terpincang pincang sambil membuka pagar dengan usaha yang keras, telapak tangannya juga memar-memar merah.
“emmmm Minsu-sshi, gwechanaeyo? Apa haru kupanggilkan seseorang dirumah?” tanyaku agak khawatir
“Tidak usah oppa, aku bisa sen… auuuuuuuuuuuuuuuw.” Ia memegangi telapak tangannya yang memar sambil meniupnya.
“Aisssh, masih nekad saja. Silyehabnidaaaaaaaaa~~” aku memanggil orang dari dalam rumah Minsu agar ia bisa membantu Yeoja ini berjalan. Keadaan lukanya sepertinya parah sekali.
“Nee, Minsu noona? Shindong hyung? Ada apa dengan noona ku?” tanya Taemin khawatir, ia berlari kea rah pagar sambil setengah berlari
“Aku tidak apa-apa, hanya sedikit…………………. Terpeleset dan tidak beruntung.” Jawabnya sambil membersihkan rok kotornya lagi.
“Apa yang terjadi sih? Kenapa tidak cerita saja? Kita kan sudah di dalam rumah mu,” ucapku agak khawatir.
“Nee noona, nanti Umma atau Appa bisa khawatir melihat keadaanmu yang seperti ini.” Timpal Taemin
Awalnya Minsu hanya diam sejenak, lalu ia berkata.. “sepertinya seseorang telah mengerjaiku, ia memberikan jebakan2 yang membuatku terpeleset, basah dan terluka sedikit. Dan tadi aku menemukan plastik berisi kertas ini di dekatku…
Aku mengambil plastik itu dan membukanya. Dan aku membaca nya, “Milky skin Namja adalah milik kami. Jangan coba-coba kau sentuh dia atau sesuatu akan terjadi padamu. Eh?? Kau diteror????? Kenapa tidak bilang Heechul hyung??”
“Mwo? Noona diteror? Noona seharusnya bilang sama hyung atau Appa Umma,” tambah Taemin.
“Oppa, Taemin… aku bukan orang yang tukang pengaduan seperti itu. Kalau dia tidak suka dengan hubunganku dengan Heechul oppa, kenapa dia tidak bilang saja di depanku langsung?” jawabnya agak kesal, “Lagipula aku tidak mau membuat Jagiya selalu khawatir akan keadaanku. Ia sibuk mengajar, selain itu aku harus mandiri dan menjaga diriku sebaik mungkin. aku tidak bisa mengandalkan orang terus kan?”
“Ya aku mengerti.” Jawabku dengan perasaan yang bercampur-campur. “Sungguh, aku khawatir sekali dengan keadaanmu.”
“Jangan khawatirkan aku oppa,” jawab Minsu sambil tersenyum lembut, “Konsen saja ke pesta pernikahanmu. Tinggal beberapa hari lagi bukan? Lagipula bukannya oppa hari ini harus berkemas?”
“Astaga, aku lupa.” Sahutku panik, “Baiklah, tolong sampaikan undangan ini ke orang tua mu ya. dan Taemin, tolong ambilkan noona mu ini baju ganti lah. Bajunya basah kuyup.”
“Ah baiklah,” Taemin tersentak dari lamunannya dan segera berlari entah kemana. Sementara aku mohon diri dari rumah keluarga Minsu.

~~~~~

Yesung’s POV

Hayahke heuryeo jin geurim sok chu eoge chaekjang so guri geujeo suchyeohan annyeong
Dorawa kkeutnae mal mothago shigan teumsaero heulleo jeomjeom meoreojin gieok…

Myeot beone gyejeol jina majuhan du nun dongja
amu maldo mothago…
Gaseumi chagaun namjaga ureoyo…
Ibyeore mojildeon geunyeodo uneyo…
Baraejin chu eogyuri jogage..
Bein sangcheo heunjeokman nama chora haneyo…


“Yaa, lagu itu bagus sekali.” Celetuk Heechul oppa dari luar ruang musik. “Apa judulnya?”
“Kalau tidak salah judulnya Let you go, hyung.” Jawabku sambil menghentikan permainan keyboard ku “Kau bilang ini lagu bagus? Lagu ini tentang patah hati, hyung. Lagu yang melankolis.”
“Aku suka lagu yang melankolis, apalagi kalau menyanyikannya dengan ceria.” Sanggah Heechul hyung. “Kau punya partiturnya? Lain kali aku pinjam ya.”
“Fotokopi saja hyung, tidak apa2 kok.” Ujarku. “Permainan piano di lagu yang asli, lebih bagus dari permainanku.”
“Aku tidak peduli, yang penting maknanya.” Jawab Heechul hyung dengan wajah badungnya. “Oh iya, kau tidak jadi ke pesta pernikahan Shindong-sshi?”
“Jadi kok, ini.. aku sudah berpakaian rapih seperti ini, hyung tidak lihat? Memangnya kenapa?”
“Kau sudah ditinggal Ahjumma dan Ahjusshi dari tadi….”

“Yesung-sshi. Kamu dari tadi main keyboard terus sih, Umma tidak mau mengganggumu.” Ujar Appa di pesta pernikahan Shindong-sshi. Pesta nya sangat meriah dan tamunya banyak, kini kami bertiga sedang menjamu makanan yang tersedia dan akan pulang sebentar lagi.
“Kamu mau pulang sama kami atau tidak?” tanya Umma.
“Anii Umma, aku mau jalan2 dulu….” Jawabku singkat. Ini hari minggu, sebaiknya aku pergi ke rumah Sungmin atau pergi ke suatu tempat ya? “Aku berangkat duluan ya.”
“Cepat pulang Yesung.” Ujar Appa. “Jangan bermain sampai larut malam ya.”
Aku mendengus, kenapa kedua orang tua ku selalu melarangku pulang larut malam sih? Aku sudah bisa menyetir dan umurku nyaris 27 tahun, tapi aku masih saja dikekang seperti anak SMA

.....

Haaaaaaah~~~~ kapan aku menikah ya? bahkan pacar saja aku tidak punya, apa aku akan menjadi pria single selamanya? Batinku sambil menyisir pantai Gwanggali sendirian. Aisssssssssh, kenapa aku harus memikirkan hal itu?! Yang penting karirku sebagai pegawai bank..
Kulihat beberapa orang sedang memaksa seorang Yeoja untuk masuk ke dalam air, tapi Yeoja itu membelot sehingga mereka mengangkatnya dan menceburkannya dengan jarak cukup jauh dari pantai.
Eh? Kok mereka berlari? Mereka meninggalkannya?
Loh, Yeoja itu…. Tidak bisa berenang?!?!
“Yaaaa~~~~ jamkkan man-yo, jamsi man-yo!!! Bertahanlah yeoja!!” aku berlari sambil melepas kemeja dan sepatuku, dan segera menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkan Yeoja itu.
“Yaak, Gwechanaeyo yeoja? Sadarlah, sadar….” Aku memompa dadanya cepat2 agar air yang ia telan segera keluar, tapi…. Kenapa mata dan mulutnya diikat? Dan dilihat dari pakaiannya, kok sepertinya aku kenal?
Aku segera membuka ikatan di mata dan mulutnya, Astaga…… ternyata yeoja ini adalah….
“Minsu-sshi?!?!? Silhyeon~~~ ada apa denganmu?” aku memompa dadanya lebih kuat sehingga ia tersedak dan air yang ia telan keluar. Perlahan ia membuka matanya.
“Mmmmmmmh Yesung oppa,…….. ini dimana?” ia memandangiku dengan wajahnya yang lemas, bibirnya membiru dan ujung2 jari tangannya memucat
“Kau di pantai gwanggali. Kau diikat dan diceburkan ke laut, apa yang terjadi? Kemana Heechul hyung?”
“Aku tidak tahu, tadi saat pulang kuliah tiba2 ada yang mnutup mataku dan membiusku. Mereka memaksaku masuk ke dalam air. Aku tidak mau dan mereka menceburkanku.”

~~~~~

Minsu’s POV

“Mmmmmmmh Yesung oppa,…….. ini dimana?” aku memandangi Yesung oppa yang terlihat ketakutan
“Kau di pantai gwanggali. Kau diikat dan diceburkan ke laut, apa yang terjadi? Kemana Heechul hyung?” ujarnya sambil merapihkan rambutku yang basah.
“Aku tidak tahu, tadi saat pulang kuliah tiba2 ada yang menutup mataku dan membiusku. Mereka memaksaku masuk ke dalam air. Aku tidak mau dan mereka menceburkanku.”
“Babo, kenapa kau tidak minta dijemput Heechul hyung?!” ujarnya marah. “Kalau kau menyuruhnya kan…….. kau tidak….”
Mata Yesung oppa berkaca-kaca. Ia segera berlalu mencari sepatu dan pakaiannya yang entah kemana, seperti nya ia melepasnya saat menyelamatkanku tadi.
“Yaa Yesung oppa, mianhae..” ucapku takut-takut. Ia menggendongku di punggungnya dan berjalan menuju mobilnya.
“Kau ini babo sekali, kalau hyung tahu mungkin dia bisa mengamuk atau menangis.” Jawab Yesung oppa
“Bukannya aku tidak mau minta dijemput, kemarin aku menelponnya dan ia bilang ia ada acara di Universitas Sangji. Aku tidak mau mengganggunya, jadi aku memutuskan untuk pulang sendiri.”
“Kenapa tidak pulang bareng Wonhee atau Hyunsu-ah saja?” mobil Yesung oppa melaju menuju rumah kami.
“mereka… ada urusan sendiri dengan kekasih mereka. Aku tidak mau mengganggu mereka.” Aku memegangi kepalaku, efek obat biusnya masih mempengaruhi kesadaranku.
Tiba2 mobil Yesung oppa menepi dan ia menghentikan mesinnya, “Sudah berapa kali kau mengalami hal seperti ini? Kemarin Shindong-sshi bilang kau di bully dan diteror. Apa itu benar?”
“Aku tidak tahu, mungkin sekitar… 5 kali lebih. Tapi sebelumnya ringan2 saja kok, aku baik-baik….”
“Bodoh~!! Apanya yang baik2?!” seru Yesung oppa emosi. “Kau bilang di bully baik2 saja?! Itu bisa mempengaruhi mentalmu~~!! Dan yang tadi kau bilang baik2 saja?! Kau gila apa?! Kau nyaris mati!!!” Yesung oppa melepas pandangan marahnya terhadapku dan memukul setir mobil. Dengan gerakan cepat, ia memelukku dengan nafas yang tidak beraturan.
“Aku oppa mu… kau sudah kuanggap dongsaengku, jebal… jangan sampai hal ini terjadi lagi padamu. Aku tidak mau kau kenapa2, jangan sampai… andawae~~~”
Aku tidak bisa menahan tangisku, bisa kurasakan jantung Yesung oppa berdetak cepat. Aku merasa sangat bersalah karena sudah membuatnya khawatir.
“Mianhae Yesung oppa…………. Mian. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir…. Mian…..”

“Heechul oppa sudah mengetahui kasus yang menimpamu, Yesung oppa yang memberitahunya. Dia hanya ingin Heechul oppa lebih melindungimu, jangan marah padanya.” Di hari pertama, Hyunsu dan Kyuhyun oppa yang menjengukku. Sejak kejadian itu, aku tidak bisa bangun dari tempat tidur. Badanku rasanya mau lepas dan aku kena flu, lagi2 aku libur kuliah..
“Jagi, apa aku harus cerita tentang reaksi Heechul hyung?” tanya Kyuhyun oppa ragu2.
“Cerita saja,” ucap Hyunsu singkat. “Em….. tapi yang itu saja, jangan yang lain.” Mereka berbisik-bisik sebentar lalu menatapiku lagi.
“Emmmmmmmmmmm jadi begini,” kata Kyuhyun oppa. “Nanti malam Heechul hyung akan menjengukmu dan akan membicarakan semuanya.”
“Ini semua demi kebaikanmu. Itu yang dia katakan pada kami dan Yesung oppa.” Timpal Hyunsu
“Apa yang akan dia bicarakan? Masalah ini atau bagaimana?” tanyaku bingung. Kenapa mereka seperti menyembunyikan sesuatu dariku?
“Kami tidak tahu, bersabarlah Minsu-sshi.” Hyunsu mengelus lembut jari manisku, dimana cincin unik pemberian Heechul oppa menetap sejak ulang tahunku yang ke 20.

~~~~~

Heechul’s POV

“Tolong ya Ahjumma, Ahjusshi… ini untuk kebaikan Minsu” ujarku mantap, biarpun aku tahu ini akan sulit sekali. “Tolong mengerti akan apa yang aku lakukan.”
“Kalau itu yang terbaik, aku sih tidak akan marah padamu.” Jawab Ahjumma Jinki, “Aku tahu kau orang baik2, makanya kau melakukan ini untuk kebaikan anakku.”
“Yasudah, sekarang temui saja Minsu nya di kamar.” Timpal Ahjumma Key. “Aku doakan semoga niatmu ini berhasil. Biarpun begitu, kami akan selalu menerimamu sebagai keluarga kami.”
“Baiklah, supaya tidak terjadi kesalah pahaman… tolong sekalian diberitahu saja anak2 Ahjumma dan Ahjusshi.” Lanjutku. “Baiklah, saya permisi dulu.”
Aku naik ke lantai atas dan mengetuk pintu kamar Minsu, kubuka pelan2 dan kudapati dia sedang membaca.
“Oh…… Jagi?” ia menengok kea rah pintu kamar dan senyum manisnya mengembang begitu aku membuka pintu kamarnya lebar2, “Kemarilah. Aku kangen sekali sama kamu.”
Kupandangi dahi dan bagian lengannya yang diplester. Ada sedikit baret di pipinya, miris sekali aku melihatnya. Perlahan aku mendekatinya dan mencium bibirnya lembut, meskipun hatiku sakit sekali.
“Bagaimana keadaanmu Jagi, sudah mendingan bukan?” tanyaku basa-basi. Ia terlihat gembira sekali
“Flu nya belum sembuh, tapi semua luka2 yang awalnya perih ini sudah membaik kok.” Jawabnya sambil tersenyum. “Bagaimana kabarmu Jagi, harimu menyenangkan kan?”
“Emmmmmm ya begitulah.” Aku memainkan rambut kecoklatannya yang kini sudah panjang, “Jagi. Aku boleh membicarakan sesuatu?”
“Mwo? Boleh2 saja. Kalau boleh, aku minta kamu bicara yang lama ya… habis aku kangen dengan suaramu. Kan biasanya kita hanya mengirim e-mail dan pesan.”
“Tidak, singkat saja.” Jawabku meneguhkan hatiku. “Aku merasa sangat bodoh sekali melihat keadaanmu yang sekarang, seharusnya aku bisa melindungimu. Tapi kesibukanku menghalangi kita.”
“Jangan salahkan dirimu Jagi,” jawabnya lembut, aku memegangi jari2 kecilnya. Cincin yang kuberikan untuknya masih terpasang di jari manis kirinya.
“Aku…. Tidak mau melihatmu seperti ini lagi, gara2 aku…. Kau nyari mati.” Ucapku pedih, “Yesung-sshi marah dan memukulku karena aku tidak sanggup menjagamu. Mianhae yeobo”
“Jebal… jangan salahkan dirimu lagi,” ucap Minsu dengan wajah yang khawatir.
“Mianhae…. Aku tidak bisa melanjutkan semua ini.” Bibirku mengucapkan kata itu dengan lancarnya. “Kita akhiri saja hubungan kita. Ya?”
Mata hitam Minsu melebar, ia menggeleng gelengkan kepalanya, “Anii… ini bukan salahmu Jagi, tolong jangan bercanda dengan mengatakan hal seperti itu.”
“Kau layak mencari Namja lain yang lebih baik dariku,” ucapku pedih. “Jarak umur kita lah yang membuat kita tidak pernah bisa meluangkan waktu untuk saling bertemu. Jaga dirimu baik2 Minsu-sshi, semoga kau cepat sembuh,”
Aku mencium keningnya dan pergi dari rumahnya, meninggalkannya yang tadi masih syok dan terdiam..

.....

Aku memencet tuts keyboard berkali-kali, aku ingin sekali bernyanyi… tapi aku tidak tahu ingin bernyanyi apa.
“Ya Heechul hyung,” panggil Yesung. “Kau lupa fotokopi partiturku ya? katanya mau kau mainkan lagunya dengan keyboard..”
“Aiiiiish aku lupa,” jawabku sambil menepuk dahi. “Yasudah sini, berikan partiturnya. Mau ku fotokopi.”
“Sudah ku fotokopi kok, nih.” Yesung menyodorkan partitur yang sudah difotokopi, “Nah, selamat mencoba ya hyung. Aku yakin permainanmu akan lebih baik daripada permainanku.”
Yesung meninggalkanku sendiri di ruang musik yang penuh dengan rak buku ini, aku membuka halaman pertama dan melihat tulisan Let You Go…
Jantungku rasanya melejit sedikit. “Aissssh, memang ini judul nya kan? Kenapa aku harus melankolis seperti ini? Aku suka lagu sedih, aku akan menyanyikannya sambil menari nanti.” Ucapku menghibur diri.
Aku menaruh partitur di depan keyboard dan mulai memainkan piano dengan nada yang benar

Hayahke heuryeo jin geurim sok chu eoge chaekjang so guri geujeo suchyeohan annyeong..

“Kenapa hatiku perih sekali ya?? ah sudahlah. Mungkin digigit semut” ucapku sambil terus memainkan keyboard. Kini lagu itu sudah sampai di reff nya..

Gaseumi chagaun namjaga ureoyo…
Ibyeore mojildeon geunyeodo uneyo…
Baraejin chu eogyuri jogage..
Kkeunkin nunmul soge shiganeul dashi mukkeo dulge..


Tenggorokanku tercekat, rasanya sesuatu di dalam mataku ingin meledak, mataku mulai panas..

Moreujyo ibyeolhan namjaye nunmul
Mot gyeondige neol….. maemdol deon jichin hansumdo

Pipiku mulai basah, air mataku menetes pelan pelan

Jidokhan geurium mok joreudeon
Eongkin uri dure chu eogeul…..


“ seulpeun haneure bonae julge… hkkkkk hukkkkkkkkkk, hhhhhhh…. Hiks hiks…” Aku tidak bisa menahan lagi isakanku. Pelan2 aku berusaha pergi dari ruang musik, tapi aku tak kuat lagi menahan kesedihan ini sehingga aku terjatuh dan tak bisa bangkit kembali..
“Minsu…. Ukhhh ukhhhhh uhuk, Minsu…..” aku memandangi cincin yang melingkar di jari tengah kananku, cincin yang sama dengan milik Minsu..
“Mianhae Jagi, hhhhhh hhhhh….. aku tidak ingin membuatmu terluka lebih dari ini, hukkkk hukkkkk. Maafkan aku Minsu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu… tapi aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu lagi~~~~ uhuhuhuhuhuhuhuhuuuuuuuuu”

Aku meringkuk di lantai ruang musik yang dingin, aku tak sanggup melakukan apa2 lagi.. sungguh aku tidak sanggup…

Aku kehilangan sebuah senyum manis, sebuah bibir mungil yang selalu mengeluarkan tawa unik atau memperlihatkan kekuatan dan ketegaran dibalik senyumnya. Seorang yeoja yang mandiri dan tidak ingin merepotkan orang2 sekitarnya….. seorang yeoja yang sangat kusukai dan kucintai…

Aku sangat kehilangan Minsu….

Bersambung..


Credit music by: TRAX –Cold Hearted Man- (Let You Go)

SuSHINee Fanfict Part 17

Kibum’s POV

“Kemarin… sangat menyenangkan Hyunsu-sshi. Aku bahkan berkenalan dengan orang tua dan Shiwon hyung” ujarku pada Hyunsu. Sudah beberapa hari kami sering mengobrol lewat telepon.
“Shiwon bilang kau orang baik sekali sudah mau mengantarkanku kemarin malam. Soalnya Shiwon juga sedang sibuk dengan urusan bisnisnya.” Jawab Hyunsu di seberang telepon.
Yah….. ini juga semata-mata karena aku menyukaimu, Yeoja… batinku dalam hati “Ya… aku hanya ingin menolongmu. Jadi… kau ada waktu malam ini?”
“Sepertinya aku tidak ada jadwal, memang kenapa Kibum-sshi?” jawab Hyunsu di seberang telepon
“Mau kah kau makan malam denganku di restoran Babtol? Disana makanannya enak, kau pasti suka.” Jawabku was-was, karena sebenarnya aku ingin menyatakan perasaanku sesudah makan di restoran itu, aku pikir ke restoran merupakan ide yang bagus. Selama ini cintaku selalu diterima kalau menyatakan cinta sehabis makan malam bersama.
“Ide bagus. Aku pasti akan menyukainya Kibum-sshi,” jawab Hyunsu antusias. Rasanya dadaku lega sekali mendengar jawabannya.
“Baguslah, nanti ku jemput ya.” ujarku sambil menutup pembicaraan. Semoga saja ia menerima cintaku, aku sungguh-sungguh menyukai dia apa adanya…

Pukul 21.00

“Yaa… mian kalau makanku terlalu lama, masakan di restoran ini enak sekali. Aku tidak ingin makan cepat2, hehe” ujar Hyunsu sambil menyendokkan nasi ke dalam mulutnya yang kecil. Hari ini ia cantik sekali dengan mantel bulu hitam dan celana jeans putih ketat yang ia kenakan, aku tak bisa berhenti memandangi Yeoja ini sejak menjemputnya di rumah.
“Gwechanayo, santai saja.” Jawabku sambil meminum anggur yang tadi kupesan. Jujur dadaku berdegup kencang. Apa yang harus kukatakan nanti di mobil? Aku memang sudah menyiapkan sebuket mawar untuknya, tapi aku belum menyiapkan kata2 dan hatiku untuk menyatakan perasaan yang meledak ledak ini.
“Nee Kibum-sshi, aku sudah selesai~~” jawabnya riang. Aku segera membayar tagihan dan mengantarnya jalan2 sebentar di tengah kota Seoul, mungkin suasananya bisa menenangkan hatiku.
“Bagaimana makanan di restoran Babtol? Enak kan?” aku memulai pembicaraan sambil tetap melajukan mobil ke tengah kota.
“Nee, dan harga nya pun juga murah. Aku harus sering2 kesana mengajak teman2ku makan, hehe gomawo ya Kibum-sshi, sudah mentraktirku makan.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Yee, itu sih bukan hal besar.” Jawabku sambil menyunggingkan senyumku yang mematikan *caelah* “Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.” Aku menepikan mobil di dekat air mancur yang mati dan membeku. Disini sepi, semoga saja tidak ada yang mengganggu. Aku menyiapkan bunga nya sementara dia menunggu di dekat air mancur.
“ada apa Kibum-sshi? Ada yang ingin kau bicarakan?” tanya Hyunsu sambil menengok ke kanan dan ke kiri, tanpa ragu aku menyodorkan buket bunga mawar itu padanya.
“Ini untuk Yeoja cantik dan indah, seindah mawar ini.” Ujarku sambil tersenyum. Wajah Hyunsu merona bagaikan tomat segar
“Kibum-sshi…. Mawar ini indah sekali. Kenapa kau memberikannya untukku?” tanya Hyunsu sambil menatapi mawar itu dengan antusias.
“Karena…. Aku menyukaimu.” Jawabku pelan sambil berlutut di hadapannya, “Saranghaeyo Choi Hyunsu, would you like to be my princess?”

~~~~~

Hyunsu’s POV

Omonaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……..
Apa yang tadi Kibum-sshi katakan padaku??????
Jantungku berdebar-debar mendengar perkataan Kibum-sshi barusan. Ia memberikanku sebuket mawar dan pernyataan cinta. Buket nya begitu indah, tapi… bagaimana dengan pernyataannya?
“Aku…. Harus jawab sekarang?” jawabku ragu, jujur aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku butuh waktu dan saran dari teman2ku dalam memilih pasangan, karena aku tidak ingin lagi sakit hati seperti yang dulu2..
“Kalau belum siap ya tidak apa2. Tapi jangan tolak bunga nya ya,” ujar Kibum dengan senyum manisnya yang membuat jantungku semakin berdebar-debar
“Anii… aku tidak mungkin menolak pemberian orang.” Ucapku mantap. “Tapi.. kita bisa pulang sekarang kan? Kakiku rasanya sudah membeku”
“Omo? Baiklah, kenapa tidak bilang dari tadi?” ia membukakan pintu mobilnya dan menyuruhku masuk. Bagaimana aku bisa bicara kalau hatiku dibuat berdebar-debar seperti ini karenamu? Batinku.

.....

“Kibum-sshi menyatakan cintanya padamu?” tanya Minsu tidak percaya, aku mengangguk pelan.
“Kibum itu yang mana ya?” tanya Wonhee polos. “Aku tidak biasa main di sekitar sini, paling aku hanya kenal oppa-oppa dari Super Jjang.”
“ Kibum itu dongsaeng nya Kangin hyung kan, Minsu?” Jonghyun memastikan dan dibalas dengan anggukan Minsu, “mereka orang baru di sekitar komplek ini Jagi, makanya bergaul dong.”
“Ih, nanti kamu cemburu…” cetus Wonhee sambil menunjukkan muka ngambeknya yang aegyo, membuat Jonghyun ingin mencubitnya habis-habisan.
“Yaa!! Aku harus bagaimana ini?! Apa yang harus kulakukan??” tanyaku panik. Aku mengumpulkan mereka dirumah Minsu untuk meminta saran, bukan melihat mereka berdua bermesraan dengan Namja Chingu nya~~~~
“Terima saja, Hyunsu-sshi” jawab Minsu sambil meminta persetujuan Heechul oppa. “Jadi kau tidak perlu iri dengan kami berdua. Lagipula dia sudah dekat denganmu kan? Bahkan kalian sudah sering menghabiskan waktu bersama-sama.”
“Nee, apa yang kau bingungkan lagi Hyunsu-ah? Ada sesuatu yang mengganjal hatimu?” tanya Heechul oppa sambil mengelus-elus kucing Minsu.
“Tidak ada.. tapi, ih~~ singkirkan kucingnya oppa!! Aku takut dan geli melihatnya~~” ujarku sambil mengibas-ngibaskan tangan, sementara Heechul oppa hanya tersenyum jahil dan tetap menggendong kucing Minsu yang bernama Heemin kalau tidak salah
“Jadi, apa yang kau tunggu Hyunsu?” tanya Wonhee. “kalian cocok kok. Kudengar kau selalu tertawa kalau berbicara di telpon dengannya. Apa kau mau tanya Shiwon oppa dulu?”
“Anii, aku tidak tahu.” Aku menggeleng pasrah. Bukannya aku tidak mau, tapi masih ada yang mengganjal hatiku. Ada seseorang yang akhir2 ini membuatku tidak bisa tidur, seseorang di masa laluku yang kembali lagi ke kehidupanku. Seseorang yang…..
“Yaa. Melamun saja, ada telepon tuh.” Celetuk Jonghyun, “Oh iya, kalian semua mau makan apa? Nanti aku masakkan.”
Aku mengangkat telepon sementara yang lainnya mengikuti Jonghyun oppa ke dapur untuk minta dimasakkan sesuatu, “Yeoboseo?”
“Hyunsu-sshi? Jumat ini ada acara?” tanya seseorang di seberang, “Aku ingin mengajakmu main ski.”
“Mian…. Ini siapa ya? telepon nya tidak ada dalam daftar kontakku,” jawabku ragu2.
“Kyuhyun imnida,” jawabnya. Omonaa… ternyata ini Kyuhyun oppa “Mau ya? nanti kuajarkan main ski”
Aku menggigit jariku ragu, “Kuusahakan ya, Kyuhyun oppa.”

~~~~~

Wonhee’s POV

“Dengar itu, Kyuhyun mengajaknya main ski di Vivaldi park. Itu tempat favorit Kyuhyun untuk menghabiskan waktu nya” ucap Heechul oppa sambil berbisik bisik, “Dan Hyunsu menyetujui ajakannya.”
“Lalu kenapa kalau Hyunsu setuju?” tanya Jonghyun oppa yang masih sibuk dengan alat masaknya.
“Bisa terjadi sesuatu kah diantara mereka berdua?” Minsu mencoba menebak perkataan Heechul oppa dan ia menyetujuinya.
“Jadi…..” sambungku, “Apa yang harus kita lakukan?”
“Kita untit saja.” Jawab Heechul oppa. “Sekalian berlibur, bagaimana? Hehe”
“Mwo? Menguntit mereka ke Vivaldi park? Pasti menyenangkan.” Jawab Jonghyun antusias, “Aku mau coba belajar main ski. Jagi, kamu ikut kan?”
Aku mengangguk senang, “Tentu saja. Menurut perasaanku, Hyunsu sepertinya menyukai Kyuhyun oppa. Maka itu ia bingung, bagaimana harus menjawab pernyataan Kibum oppa.” Ujarku.
“Menurutku sih juga begitu,” tambah Heechul oppa, “Setiap Kyuhyun pulang dari rumah keluarga Choi, dia pasti tidak bisa berhenti tersenyum dan mengigau dalam tidurnya, kkkkk~~”
“Aku punya rencana.” Ujar Minsu, “kita untit mereka. Tapi jangan sampai ketahuan, kita dibagi menjadi 2 tim. Mungkin saja nanti ada sesuatu antara mereka berdua.”
“Oh ya, aku boleh menambahkan?” ujarku. “Selama kita disana, jangan ada yang mengaktifkan HP, nanti aku pinjam Walkie talkie milik Appaku saja untuk komunikasi. Bagaimana?”
“Setuju~~~”

Hari Sabtu…
Suasana di Vivaldi Park sangat ramai pengunjung, mungkin karena musim salju yang belum terlalu parah sehingga lokasi bermain ski cukup bagus. Kami menginap di kamar yang berbeda sejak hari Jumat yang lalu, dan syukurlah sampai hari ini penguntitan kami belum terbongkar.
“Cuacanya bagus sekali,” ucap Jonghyun oppa. “Kita jadi bisa main FBI-FBI an lagi deh, hehe”
“Iya sih, tapi perasaanku tidak enak Jagi,” ujarku sambil memandangi lokasi ski dengan teropong. “Kemarin sebelum kita berangkat, ada yang memperhatikan kita. Ciri2nya pakai kacamata dengan hidung yang mancung, itu siapa ya?”
“Lokasi kejadiannya dimana? Kalau di rumah yang cat nya biru itu, mungkin Kibum atau Kangin hyung.” Jawab Jonghyun, “Yaa…. Liat, mereka sudah meluncur saja. Waw, Kyuhyun hyung cepat sekali”
“Oppa, aku ambil alih.” Terdengar suara Minsu dari HT. “aku ikut berselancar dengan jarak 3 meter dari mereka. Kalau oppa mau ikut, pertemukan Wonhee dengan Heechul oppa di dekat warung kecil. Kita ketemu di km 1, ganti.”
“Kau dengar itu kan? Kita ganti posisi untuk sementara dulu ya Chingu,” Jonghyun mengelus pipiku yang kemerahan dan mengantarkanku ke warung yang dituju.
“Eh tapi nanti bilang sama Minsu untuk bergantian ya, aku juga mau berselancar dengan Heechul oppa.” Ujarku sambil menggosok gosok sarung tangan. “Sumpah, kita mirip sekali dengan FBI. Hahaha”
“Minsu dan Heechul hyung selalu punya ide gila. Mereka pasangan yang cocok.” Ucap Jonghyun sambil menggenggam tanganku, “Kalau kita…. Cocok tidak ya?”
Pandangan mata Jonghyun oppa membiusku, aku tidak berkutik saat ia mulai mendekati wajahku dan menyunggingkan senyum khasnya. Ia memegang lembut tengkukku sampai terdengar suara Heechul oppa
“Yaa…. Ini waktu nya ber FBI, bukan ber kissu~~~”

~~~~~

Minsu’s POV

“Rasanya lelah sekali ya oppa? Tapi berhubung disini dingin sekali, jadi tidak mungkin berkeringat.” Ujar Hyunsu sambil tertawa tawa senang
“Ini tempat favoritku, sejak SD aku selalu berlibur kesini bersama keluargaku,” jawab Kyuhyun oppa, “ayo kita meluncur lagi”
Aku mengamati gerakan mereka bersama Jonghyun oppa dengan jarak yang lumayan jauh di tempat yang strategis. Untung saja mereka berhenti, aku harus mengurus oppa ku yang dari tadi terjatuh saat meluncur. Lututnya lecet dan baju ski nya kotor
“Omo, skill ku harus diasah lagi,” komentarnya sambil menepuk nepuk bajunya. “masak dongsaengku bisa main ski sementara aku tidak bisa? Aku harus melebihinya dong, aku kan oppa nya”
“yasudah lah, kan baru pertama kali main ski.” Celetukku, “sudah menyamai jalurku saja sudah bagus buat pemula.”
“Ah tapi kan………………. Mwoooooooo? Liat mereka~~” tunjuk Jonghyun kea rah dua target kami.
Mereka bertindihan, Kyuhyun oppa diatas sementara Hyunsu dibawah. Waw~~~ mencurigakan.
“Ah mianhae Hyunsu-sshi.” Jawab Kyuhyun. “Tadi saat aku mau melempar bola saljunya kearah mu, aku malah terpeleset.”
“Lihat itu. Wajah Kyuhyun hyung merah sekali, begitu juga Hyunsu.” Komentar Jonghyun oppa, “Laporkan laporkan. Laporkan ke Heechul hyung”
Saat aku hendak memencet tombol HT, jagiya ku sudah keburu bicara dari sana. “Jagi, kali ini sudah sampai disini saja, kita lanjutkan nanti malam di restoran.”

“omo? Ada Kibum-sshi disini?” ujarku heran. Hal ini diluar rencana sepertinya, “Jangan sampai gerakan kita terbaca olehnya. Mungkin saja dia bisa membocorkan gerakan kita ke mereka.”
“ah, jangan2 dia pria yang memperhatikan kita secara mencurigakan di rumahnya yang bercat biru?” ujar Wonhee. “Oh iya aku jadi ingat Kyuhyun oppa dan Hyunsu. Kita tidak ke restoran mmenguntit mereka?”
“Anii. Kau dan Jonghyun duluan saja. pahaku sepertinya masih kaku sejak tadi.” Ujarnya. Oh iya, aku baru ingat kalau paha Jagiya ku tidak bisa bergerak dengan optimal semenjak kecelakaan yang ia alami saat duduk di bangku kuliah
“Baiklah, kami berangkat.” Wonhee mengambil HT dan keluar dari kamar bersama oppa ku menuju restoran
Aku duduk disebelah Jagi ku yang sedang memijat mijat pahanya, “Ada yang harus kubantu? Apa harus kuambilkan salep?”
“kissu saja sudah menyembuhkan kok, kissu ya~~~” jawab Heechul oppa dengan wajahnya jahilnya. Saat aku sudah mengambil ancang ancang untuk menepuk pipinya, Wonhee memanggil dari HT.
“Heechul oppa, disini Wonhee.” Suaranya terdengar sangat panik, “Kalian berdua harus segera kesini, ppali~~!!”
“Ada apa Wonhee? Chingu, kau sanggup lari?” aku memastikan Heechul oppa mampu berlari dan menyusul mereka berdua.
“Nee Jagiya, ayo kita kesana. Wonhee, posisi kalian dimana?” Heechul oppa mengambil alih pembicaraan.
“Disini Jonghyun, di taman belakang restoran hyung.” Jawab oppa ku dari seberang sana. Kami bergegas dan langsung menemukan Wonhee Jonghyun oppa di lokasi yang ia bicarakan tadi.
“Ada apa sih? Kenapa kalian menyuruh kami cepat2?” sergah Heechul oppa. “Ah sial, aku capek sekali.”
“Mianhae oppa,” jawab Wonhee takut-takut, “ Bukan maksudku memebuat kalian lelah, tapi… lihat disana.”
Aku mengikuti arah telunjuk Wonhee mengarah ke arah 3 orang…
Ya. itu Hyunsu, Kyuhyun oppa, dan……………….. Kibum-sshi????

~~~~~

Kyuhyun’s POV

“Hyunsu, aku datang untuk meminta jawabanmu. Sudah hampir seminggu kan?” ucap Namja itu dengan percaya diri.
“Kibum-sshi???? Kok…. Kok…. Bisa kesini?” tanya Hyunsu dengan wajah yang pucat, tubuhnya semakin mendekat dan tangannya menempel di lenganku.
“Mungkin…. Karena kontak batin antara kita?” ucapnya dengan senyum seperti artis2 di iklan pasta gigi
“joesonghabnida, kau siapanya ya?” aku memberanikan diri bertanya pada Namja yang sok cool itu
“Oh, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Kim Kibum imnida, panggil saja Kibum.. aku calon Namja Chingu Yeoja ini, yah.. tepatnya dia hampir menjadi kekasihku”
Telingaku rasanya panas sekali mendengar perkataan Namja yang namanya Kibum itu, percaya diri sekali dia.
“Yaa~!! Kenapa kau bilang seperti itu? Bahkan aku belum memberikanmu jawaban.” Protes Hyunsu, wajahnya merah sekali. Entah karena menahan emosi atau malu.
“Kenapa dengan percaya dirinya kau bilang, kalau dia Yeoja Chingu mu?” tanyaku kesal, “Apa kau cukup hebat dan cukup layak untuk menjadi Chingu nya?”
“Mwo????? Siapa kau, berani2nya mengatakan hal seperti itu padaku? Dilihat dari wajahmu saja, sudah ketahuan kalau aku Sunbae mu. Tidak sopan sekali!!” Kibum mulai memperlihatkan amarahnya.
“Aku Cho Kyuhyun, kami berdua sudah bersahabat sejak kecil.” Ujarku mantap, “Dengan begitu, aku pun harus menentukan Namja mana yang cocok untuk Hyunsu. Mau mencoba, Kibum?”
“Keterlaluan, bahkan kau tidak memanggilku hyung?! Hah sopan sekali.” Jawabnya angkuh, “Kau mau menantangku adu fisik? Aku bahkan tidak yakin kalau kau akan menang.”
“Fisik?? Andwae Kibum-sshi~~ jebal…. Jangan” pinta Hyunsu. “Kau juga Kyuhyun oppa, kenapa sih kau berlaku tidak sopan seperti itu?”
“Biarkan saja, aku tidak kenal dia.. begitu juga sebaliknya” jawabku santai, meskipun sebenarnya hatiku panas sekali melihat tingkah Kibum yang sok keren itu, “Lagipula kau ini tidak pernah mengikuti perkembangan dunia ya? adu fisik itu sudah ketinggalan jaman.”
“Mwoooo? Berani sekali kau mengataiku ketinggalan jaman.” Nafas Kibum kini sudah memburu, aku tahu dia ingin memakiku habis2an. Tapi karena ada Hyunsu, ia menahannya. “Lalu kau mau apa hah?”
“Kita lakukan sesuatu yang sportif.” Ujarku mantap. “Berselancar lah sampai kesana, yang sampailah yang akan menang.” Aku menunjuk titik jalur selancar yang lampunya sudah meredup.
“Kesana? Andwae Kyuhyun oppa. Jangan babo, disitu kan berbahaya” ujar Hyunsu gusar. “bisa saja terjadi sesuatu disana, seperti Yeti atau semacamnya.”
“Hahahahaha, Yeti cuman ada di Himalaya.” Tawa Kibum dengan sok tahunya. “Baiklah, kita mulai saja pertandingannya.”
Kibum pergi mendahului kami berdua. Sementara itu aku menyuruh Hyunsu, “Kau duduk di titik yang aku tunjukkan ya, lewat sini juga bisa. Supaya pemenangnya bisa terlihat dan tidak ada kecurangan.”
“Kyuhyun oppa, benarkah ini tidak apa2?” tanya Hyunsu takut. “Main ski disaat seperti ini rawan kecelakaan dan berbahaya, lagipula penerangannya minim sekali.”
Aku menghembuskan nafas, menenangkan hatiku yang dari tadi berdebar keras sekali. “Gwechanayo Hyunsu-sshi. Aku pasti akan menjaga diriku, berdoa saja ya untukku.”
Saat aku hendak pergi ke tempat peminjaman, Hyunsu menahanku. Ia memegangi lengan jaketku kencang sekali.
“Jebal…. Jangan lakukan hal yang ceroboh selama pertandingan. Nanti Shiwon oppa bisa marah padaku kalau kau terluka, baginya.. kau adalah dongsaengnya.”
“Nee.. aku janji.” Aku menyunggingkan senyum dan melangkah pergi. Akan kulakukan yang terbaik untukmu Hyunsu, akan kubuktikan kalau hanya aku yang pantas untuk selalu disisimu, batinku.
“Baiklah, kau lihat Hyunsu-sshi disana?” tanyaku pada Kibum, “Disitulah garis finish nya. Yang sampai lah yang menang.”
“Nee.” Jawab Kibum singkat. “Bersiaplah untuk kalah, dongsaeng tidak tahu diri.”
Aku tersenyum sebelah dan mempersiapkan tongkat ski ku, terlihat disana Hyunsu mengacung acungkan senter dan segera bersiap meniup peluitnya..

Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit………………………………

Segera kuluncurkan papan ski yang kukenakan, terlihat Kibum meliuk liuk indah di salju. Huh, bahkan gerak geriknya menunjukkan kesombongannya.
Saat kami sudah sampai di lintasan yang terjal, tiba2 papan ski di kakiku tersandung batu yang tidak terlihat sehingga aku jatuh dan terus meluncur dalam posisi berguling-guling dengan kecepatan tinggi.
“Hahahahahahahahahaha~~~~!!!!! Berguling lah terus sampai menjadi boneka salju, sampai jumpa Cho Kyuhyun!!!!”
Hanya itu kata terakhir yang dapat kudengar. Ya Tuhan, matilah aku… selamat tinggal Hyunsu, aku harap dia bahagia dengan Kibum.

.....

“Kyuhyun oppa!!”
Terdengar suara Hyunsu memanggil-manggil, suaranya makin lama makin dekat dan dekat…..
“Oppa jebal…. Bangun~~ banguuuun~~~”
Aku membuka mataku, ternyata di depan wajahku memang ada Hyunsu. Keadaan sekitarku menjadi terang sekali, ini dimana?
“Untung saja dia tidak frostbite.” Loh… kok ada suara Heechul hyung? Kulihat ada Minsu, Wonhee dan Jonghyun disana. Kenapa jadi ramai sekali, dan kapan mereka semua kesini?
“Jadi……….. yang menang aku kan, Hyunsu?” tanya Kibum hyung *aisssh tidak enak sekali memanggilnya seperti itu*
Semua orang yang tadi mengelilingiku keluar dari ruangan, kini tinggal kami bertiga di ruangan kesehatan ini. Hyunsu memandangiku dan Kibum hyung bergantian…. Dan tiba2 ia menggenggam tanganku erat.
“Kyuhyun oppa lah yang menang.” Jawab Hyunsu, membuat Kibum hyung syok setengah mati.
“Wae?? Jelas2 ia menjadi bola salju dan aku yang sampai dengan keadaan utuh.” Sanggahnya tidak suka.
“Kyuhyun oppa bilang yang sampailah yang menang. Ia sampai duluan dengan keadaan menjadi bola salju. Berarti dia yang menang kan?” jelas Hyunsu. “Lagipula, apapun caramu menyatakan perasaan padaku, aku hanya menganggapmu sahabat Kibum-sshi, tidak lebih.”
“Gwechana, kalau selama ini aku terlalu memaksakan kehendakku.” Ujar Kibum hyung, “Aku… permisi dulu Hyunsu, nanti aku telepon lagi oke?” ia pergi dengan wajah ceria, berbeda sekali dengan yang tadi.
“Hyunsu-sshi… biarpun kita sahabat sejak kecil, tapi kau tidak perlu menolaknya seperti itu kan?” tanyaku, “Biarpun aku yang menang, aku kan cuman……..”
“Kyuhyun oppa, nan dangsin-eul johahaeyo” potong Hyunsu. “Biarpun mantanku sudah banyak, tapi…. Rasa suka dan sayang ini hanya selalu untuk Hoobaeku, sahabat kecilku Cho Kyuhyun.”
Aku tersenyum dengan wajah yang merona, “Tuhan memang maha adil dan baik ya?” kuelus tangannya yang hangat dengan ibu jariku.
“Em…. Yah, memangnya kenapa?” jawabnya grogi, wajahnya memerah seperti udang rebus.
“Karena meskipun waktu dan tempat memisahkan kita…. Waktu dan tempat juga yang mempertemukan kita, dan menjaga perasaan kita.” Ucapku sambil menatap matanya lembut, “sayang dan cintaku, hanya untuk Sunbae kecilku, Choi Hyunsu. Tidak ada yang bsa merubahnya”
Aku menarik Hyunsu ke dalam pelukanku, ia mempererat pelukannya seakan tidak ingin lepas dariku…
Pelukannya menghangatkanku, Gomawo Hyunsu Chingu…. Saranghaeyo.

Bersambung..

Sabtu, 06 November 2010

SuSHINee Fanfict Part 16

Key Umma’s POV

“Tidak terasa ya, sudah bulan Desember.” Ucap Yeobo ku sambil merangkul pundakku. Ini masih jam 3 pagi, tapi kami berdua sudah terbangun dan berbincang-bincang di kamar.
“Tanggal 9 Desember, tidak pernah kulupa.” Jawabku smabilk tersenyum, aku jadi teringat 20 tahun yang lalu..
“Kelahiran si kembar? Whoaaa, saat itu mengangkan sekaligus seru” sahut Yeobo sambil tertawa.
“Aku jadi bernostalgia.” Jawabku, “Benar2 kenangan yang sangat membahagiakan.”

Flash Back….

“Yeobo, kenapa aku merasakan hal yang tidak enak ya? aku ingin nonton film horror.” Ujarku ke Jinki, kebiasaan ngidamku saat aneh, apalagi saat memasuki bulan ke 9.
“Yeobo, aku lelah sekali. Tadi kau minta komik horror, lalu kau menyuruhku memakai kostum Halloween yang horror dan menyuruhku menakuti seluruh isi komplek, aku capek sekali” jawab Jinki sambil menghapus make up horror nya yang menurutku imut
“Jebal Yeobo, kamu tidak mau kan anak kita meneteskan air liur terus karena ngidamku tidak dikabulkan? Jonghyun, bawakan Umma pisau dong.” Aku menyuruh Jonghyun kecil yang sedang asik menonton TV
Jonghyun hanya memandangiku dengan wajah polosnya, waktu itu ia masih berumur 1 tahun. Tanpa kumau, airmataku jatuh dan aku meraung raung menangis. Jonghyun juga ikutan menangis
“Yeobo, jangan menangis…. Jebal, suaramu terdengar sampai keluar rumah. Aku istirahat sebentar ya, nanti kubelikan DVD horror.” Pinta Jinki sambil mengelus elus kepalaku
“Huaaaaaah gajadi!!! *suara serem* aku mau pisau, pisau, pisau~~!!” teriakku seperti werewolf, sumpah aku lelah sekali menyukai hal2 seram seperti ini, tapi ini demi calon anakku. “Yaa Jjoooong, maafkan Umma ya~~ aigooo.. jangan menangis”
Jinki terbirit-birit mencari pisau sementara aku membaca komik horror yang dibelikan olehnya sembari mendudukkan Jonghyun yang sudah menghentikan tangisannya disebelahku. Jonghyun memang manis sekali.
“Ini pisaunya.” Jinki terengah engah dan menaruh pisaunya di meja tamu.
“Tolong kamu pantulkan cahaya ke pisau itu dan bergaya lah seperti seorang pembunuh gila.” Jawabku
“Mwoooooooo? Kenapa aku harus melakukan itu?” Jinki bertanya kebingungan sambil mencoba-coba menuruti kemauanku.
“menurutku para pembunuh di komik2 ini ganteng, kau harus… aduuuuuuuuuuuuuuuh~~!! Perutku sakit” aku memegangi perutku dan mendapati darah menetes di betisku
“Omooooooo ayo kita ke rumah sakit!!” jawabnya panik, “mari kubantu Yeobo.”
“Huaaaaah aku tidak mau~~!! Panggilkan Hankyung-sshi untuk membantuku. Aku ingin anakku memiliki wajah indah seperti dia.” Pintaku. Ia terdengar tidak senang, tapi ia berusaha menuruti kemauanku.
Beberapa saat kemudian, Pak Hankyung mendatangiku dan langsung memapahku ke mobil, “Annyeong haseo Key-sshi, sepertinya sudah siap dengan kelahiran anak kedua nih.”
“Iya nih, persiapannya sangat merepotkan. Mian kalo sore2 begini merepotkan Hankyung-sshi, ohohoho.” Ujarku, “Bagaimana dengan Yesung? Kalian tidak akan memberikannya adik?”
“Teuki-sshi yang tidak mau,” jawabnya. “Dia hanya menginginkan satu anak laki2, dan menurutnya mengandung anak itu menyusahkan.” Ia membantuku merebahkan diri di belakang mobil sementara Jinki dan Jonghyun sudah siap di kursi depan.
“Doakan kelahiran bayi kami sukses ya, Hankyung-ah.” Jinki menyalakan mesin mobil dan menjalankan mobil keluar dari garasi
“Yee, Jinki-ah. Semoga putra atau putri keduamu tampan atau cantik ya.”jawab Pak Hankyung sambil melambaikan tangan melepas kepergian kami.

“Ketubannya pecah dan sudah bukaan ke 8. Sebaiknya Ahjusshi segera bersiap.” Ujar dokter yang menangani proses melahirkanku. Dokter itu memiliki paras yang tampan sekali *hari gene masih mikirin begituan*
Jinki mengangguk sambil menggenggam tanganku, aku dibawa ke ruang persalinan dan ia mengikutiku. “Yeobo, apa aku harus ikut? Aku takut sekali dengan proses melahirkan”
“Kalau begitu, tidak usah lah. Aku akan baik2 saja, jaga Jonghyun untukku Yeobo.” Aku mengelus tangan Jinki dan mencium kaki Jonghyun kecil dalam gendongan Jinki, “dongsaengmu akan segera lahir sayang, doakan Umma ya..”
Jonghyun hanya memandangiku sembari bayangan mereka berdua terpisahkan oleh ruang persalinan…


Flash Back End…

“Aku juga tidak percaya kalau kita akan punya anak kembar identik berbeda jenis kelamin. Itu langka sekali.” Ucap Jinki sambil menatapiku, “Kupikir kita akan mempunyai kembar 4”
Aku menepok lengan Yeobo yang putih, “Memangnya perut hamilku sebesar apa sampai kau bilang kita akan punya kembar 4? Eh… sudah jam 5.”
“Tapi yang jelas itu menunjukkan kalau aku hebat, hehehe” celetuk Yeobo nakal.
“Hah, hebatan aku yang mengandung dooong~~ kan DNA mereka lebih dominan mengikutiku.” Sanggahku
“Tidak semuanya, mungkin Minsu mengikuti DNA mu yang galak dan liar, tapi Minho mewarisi DNA ku yang pendiam, tukang melamun dan…. Ganteng. Hahaha”
Aku mencubit pipi Jinki “Emmmmmmh kamu bisa saja, ayo kita keluar.” Aku mengajak Jinki keluar dari kamar dan membantuku memasak, “Hari ini aku mau memasakkan boukkeumbap untuk kita.”
Saat aku memasuki dapur, kulihat Minho tertidur di ruang makan. “Astaga, Minho, banguun… kok kamu tidur disini? Nanti kamu masuk angin.”
“mwo? Ah Umma… kok aku bisa ada disini ya?” ia mengucek ucek matanya sambil melihat ke arah sekitar, “Entah, tadi dalam mimpiku, aku ingin makan segera. Aku ingin makan masakan Umma.”
Aku mengelus elus rambut Minho yang kini menjadi pendek, putraku ini benar-benar tampan sampai sekarang…
Aku mencium pipinya dan memeluknya hangat. Mungkin ia agak terkejut, tapi inilah perasaanku sebenarnya.
“Saengil Chukkae Hamnida, Minho… Umma menyayangimu dari kecil, sampai sekarang saat umurmu sudah 20 tahun. Umma akan selalu menyayangimu selamanya,”
Minho mengelus elus lenganku yang melingkar di lehernya, “Gomawo Umma, Saranghaeyo..”

Minho’s POV

“Saengil Chukkae Hamnida, Minho.” Umma memelukku sambil berdiri, ia melingkarkan lengannya di leherku. “Umma menyayangimu dari kecil, sampai sekarang saat umurmu sudah 20 tahun. Umma akan selalu menyayangimu selamanya.”
Aku yang masih mengantuk sesaat tersadar kalau hari ini ulang tahunku. Aku tersenyum simpul sambil mengelus lengan Umma yang melingkar di leherku, “Gomawo Umma, Saranghaeyo..”
Umma hanya mengulum tawa dan mencium pipiku, “Meskipun kamu sudah 20 tahun, Umma masih bisa kan mencium pipimu?” tanya nya sambil tertawa dan menghilang ke dapur
“Yah…. Hanya di dalam rumah, Umma~~!” jawabku sambil tertawa.
Appa menepuk pundakku dan menyuruhku untuk berdiri, “Saengil Chukka Hamnida putraku yang tampan.” Ucapnya sambil memelukku sebagai seorang pria *cieee*
“Gamsahabnida Appa, saranghae,” aku tersenyum tipis di balik pelukan Appa, “Aku janji tidak akan telat menjemput Appa lagi. “
Appa hanya tertawa seperti biasa, “Yasudah sekarang kamu mandi dulu ya,”


“Saengil Chukkae ya, dongsaengku.” Ujar Minsu yang hari ini berangkat kuliah denganku. Padahal ini ulang tahun kami, tapi wajahnya terlihat suram. “Semoga di umur ke 20 ini, kamu dapat pacar dan tidak terbentur pilar pintu lagi ya.”
“Nee, Saengil Chukkae juga untukmu Minsu.” Jawabku “jangan pacaran terus. Sisakan waktumu buat keluarga dan terutama aku. Kita kan kembar, kita harus selalu bersama.” saat aku keluar dari mobil dan hendak mengambil bukuku di kursi belakang, Minsu memelukku dengan wajah yang sedih, ada apa ya?
“Ehmm ehm…. Jadi ceritanya teman kembar kita sudah mesra lagi ya?” sahut seseorang dari belakang, saat ku tengok ternyata itu adalah Hyunsu dan seorang Yeoja yang rasanya familiar di mataku
“Hyunsu-sshi, kita kan sedang merayakan ulang tahun kita. Biarkan saja lah,” Minsu membelaku dengan wajah yang agak kesal. “Kami sama2 mengucapkan, bukan seperti Heechul oppa yang kerjaannya marah terus itu”
“Mwo? Yang benar saja… yasudahlah tidak usah dipikirkan, saengil chukka ya kalian berdua.” Hyunsu memeluk Minsu dan menjabat tanganku, “Oh iya, kenalkan ini sepupuku Choi Yoora. Dia baru masuk tahun ini.”
“Nee. Minho imnida,” aku menjabat tangannya. “Kamu dari SMA mana?”
“Aku…. Pindahan dari Incheon oppa, aku sudah mendengar banyak tentang kalian dari Hyunsu eonni.” Jawabnya malu2, pipinya bersemu menjadi pink karena udara yang menggigit.
“Nee, kalau kau butuh bantuan selama disini… minta tolong sama kami saja,” kata Minsu. “Kamu di jurusan mana?”
“Aku jurusan English litelature.” Jawabnya sambil memasukkan hidungnya ke dalam syal. Lucu sekali anak ini..
“Omo? Wah berarti Minho senior mu” ujar Minsu, “Kalau ada yang kesulitan, tanyakan saja pada oppa yang tampan ini”
Yeoja itu mengangguk sambil memasukkan hidungnya lagi ke dalam syal, uap nafasnya terlihat. Wajahnya berubah menjadi pink, imut sekali..
“Nee… berhubung kalian satu fakultas, kau jalan dengan Minho-ah saja ya? fakultas kita beda gedung.” Ujar Hyunsu disambut dnegan anggukan kecil Yoora. “Oke, ayo Minsu… aku mau cerita tentang Kibum oppa, kamu ceritakan masalahmu dengan Heechul oppa dong”
Seiring dengan menjauhnya mereka berdua, aku berkata pada Yoora, “Yaa… kata seniormu, kau ospek dimana? Aku sudah semester 4”
“aku tidak tahu, gamsahabnida… bisakah oppa mengantarku?” matanya berkaca-kaca menatapku, “Gamsahabnida, aku kedinginan.. jadinya berkaca-kaca seperti ini.”
“Gwechana, ayo kuantarkan.” Aku menelan ludah sehabis melihat wajahnya yang putih ke pink2an, dan mata besarnya yang indah. Ia berjalan di sampingku dengan langkah kecil dan lama kelamaan mendekatiku, sepertinya ia kedinginan…
Tuhan… Appa….. Umma…..
Apa aku menyukainya?

Sungmin’s POV

2 hari yang lalu…

“Silyehabnida~~” terdengar suara dari pintu depan. Aku yang sedang berendam kaki menyuruh Sungji membuka pintunya.
“Hyung, ada teman hyung ingin bertemu, dia bersama Donghae hyung.” Ujar Sungjin.
“Suruh mereka kemari, Donghae-sshi…. Kau bawa siapa?” aku mengangkat kakiku dari ember berisi air hangat yang sudah mulai mendingin, musim dingin kali ini sangat menyiksa
“Aku bawa Heechul hyung.” Donghae muncul di depanku, membawa pria cantik yang sangat kurindukan.
“Yaa hyung, apa kabar?” aku langsung memeluk hyung ku yang waktu itu datang ke acara wisudaku, “kudengar sekarang kau jadi dosen ya?”
“Nee Sungmin, sekarang kau jadi direktur utama perusahaan Appa mu kan?” tanya Heechul hyung, “aku turut senang.”
“Gomawo hyung.” Aku mengusap usap kedua tanganku yang kedinginan, “Biar Sungji menyiapkan minuman untukmu. Hyung mau minum apa?”
“Apa saja yang menghangatkan.” Jawabnya singkat, “Aku punya sebuah misi, mengerjai Minsu. Kkkkk~~”
Alisku mengeryit menjadi satu, “Maksudmu apa hyung? Aku tidak mengerti.”
“Hyung menyuruh mu menyatakan cinta pada Minsu,” ujar Donghae disambut dengan anggukan kepala dari Heechul hyung.
“Mwooo? Buat apa? Aku tidak akan mengganggu hubungan orang lain, kapanpun~~!” ucapku tegas, tapi mereka hanya tertawa terpingkal-pingkal, membuatku penasaran.
“Ini untuk ulang tahunnya.” Ujar Heechul hyung, “Aku ingin membuatnya galau dan kesal. Aku suka sekali membuatnya marah, habis dia imut sih kalau marah. Hahahaha”
“Kau mau kan hyung? Cuman wajah imutmu yang mungkin membuat hatinya bingung.” Ucap Donghae.
Aku berpikir sebentar, lalu berkata “Kalau masalah kerja mengerjai, serahkan saja padaku.”

Kemarin…

“Yeoboseyo, Minsu-sshi? Apa kabar?” aku menelpon Minsu sambil Heechul hyung mendengarkan di sampingku. “Kau sedang apa? Aku kangen sekali denganmu~~”
“Sungmin oppa? Whoaaaa aku juga kangen sekali, aku sedang mengerjakan tugas. Oppa apa kabar?”
“Aku.. sedang tidak ada kerjaan, boleh aku…… main kerumahmu dan kita mengobrol?” aku membaca skenario yang ditulis Heechul dan Shindong oppa di sebuah kertas yang besar.
“Mwo??” jawabnya. Menimbulkan kekhawatiran kami bersepuluh yang ikut berpartisipasi untuk mengerjai Minsu, “Nee. Sekali2 tidak apa lah menunda tugas, lagipula rumah oppa kan jauh. Kita akan jarang sekali bertemu ya kan?”
Aku ingin sekali tertawa, sebenarnya kini aku ada di rumah Super Jjang. Tapi mau tidak mau aku harus berbohong. “Nee, betul sekali. 10 menit lagi aku kesana ya. harus ada yang kuselesaikan dulu di kantor.” Jawabku menutup pembicaraan. Semua hyung dan dongsaeng tertawa terbahak-bahak mendengar pembicaraan barusan.
“Yeoja Chingu mu gampang sekali ditipu, hyung.” Ujar Kyuhyun disambut dengan anggukan dongsaeng lain.
“kkkkkk~~ kau benar sekali dongsaeng. Ayo Sungmin, kau siap2 di depan pintu pagarnya, sementara aku bersembunyi di dekat tempat sampah. Beri aku sinyal kalau kau sudah menyatakan perasaanmu ya?”
Aku mengangguk seraya semua anak2 bersiap pada posisinya. Jadi dalam skenario, kami berdua akan bertengkar sesaat dan Yesung, Shindong dan Donghae akan melerai kami berdua.
“Silyehabnida Minsuuuu~~~” ujarku dari pintu pagar sambil memencet bel, sementara Heechul hyung menyamankan diri di dekat tong sampah (?) dan para anak2 menunggu teriakan dari hyung kita yang gila ini.
“Sungmin oppaaaaaaaaaaaaa~~~ rasanya kangen sekali” Minsu membuka pintu dengan gembira. saat ia mendekatiku untuk menyalami tangannya, aku sengaja memeluknya untuk mendapatkan kesan intens. “Em….. oppa, baiklah ayo kita masuk”
“Kita duduk di teras saja ya, tidak enak sama Ahjumma Key,” kataku sengaja, tidak seru kan kalau bertengkarnya di dalam rumah? Nanti rencana bisa gagal. Untungnya Minsu setuju saja dan mempersilahkanku duduk.
“arraseo. Well, bagaimana perusahaan yang sedang oppa jalani sekarang? Menyenangkan?” ia memulai pembicaraan dengan wajahnya yang ceria. Rasanya aku tidak tega kalau harus mengerjainya.
“iya, cukup menyenangkan menjadi seorang businessman. Oh iya, ini bunga kesukaanmu.. bunga matahari.” Heechul hyung yang memetiknya. Ia bilang agar Minsu tidak terlihat curiga.
“Eh? Kok oppa tahu kalau aku suka bunga Matahari?” tanyanya kebingungan. Oke.. ini saatnya memberi sinyal
“Karena……. dangsin-eul joh-ahaeyo Minsu~~ aku menyukaimu!!” pekikku kencang, agar Heechul hyung mendengarnya. “Aku sudah lama memperhatikanmu, sejak pertama kita bertemu Minsu. Jadilah Yeoja Chingu ku.”
“mwooo?? Oppa, kau tahu kan kalau aku… Yeobo nya Heechul oppa?” ujarnya dengan wajah yang bingung.
“Aku tidak peduli, saranghaeyo Lee Minsu.” Dengan berani aku mendorongnya berusaha menciumnya paksa, meskipun tidak jadi ciuman yang penting terlihat seperti seperti ciuman kalau dari pintu pagar *kata Heechul oppa*
“Op… oppa? Andwae oppa, jebal….. andwae..” pintanya, tapi aku tetap mendorongnya sambil memonyong monyongkan bibirku.
“Yaaa!!!!! Apa yang kau lakukan dengan Sungmin, Minsu?!?!?! Kalian berciuman?!?!” Heechul hyung datang menerjangku. Ia mendorongku dan kami pun saling bertubrukan dada satu sama lain, “Dongsaeng kurang ajar!! Beraninya kau merebut Yeoja Chingu ku!!!”
“Aku tidak perduli, aku mencintainya hyung. aku tidak peduli kalau aku mengkhianatiku~~!!” pekikku sambil dorong mendorong dengan Heechul hyung, sementara itu beberapa anak SuJj datang untuk melerai kami berdua. Sumpah rasanya aku ingin tertawa melihat ekspresi Minsu yang ketakutan.
“Jagi…. Sumpah, aku tidak berciuman dengan Sungmin oppa, sumpah~~!!” Minsu berusaha meyakinkan Heechul oppa dengan wajah yang takut2.
“Kau bohong, aku tahu kau mencintainya juga!! Aku tahu, Minsu…. Kau jahat padaku Minsu~~!! Kau tega padaku!!” teriak Heechul yang (berpura-pura) membelot dari leraian anak SuJj, aku juga melakukan hal yang sama dengannya.
“Lepaskan aku~~” ujarku sambil merapihkan kemejaku dan mendekati Minsu, “Jawab pernyataanku besok ya. janji? Love you Minsu~~” aku mengedipkan mata kea rah Minsu disusul dengan renggutan kerah dari Heechul hyung.
“Jauhi dia bangsat!! Aku menyesal menjadikanmu dongsaeng favoritku!!! Pergi kau berdebah setan~~!!!” perintahnya dan aku menuruti perkataannya. Itu adalah sinyal, aku keluar dari rumah Minsu dan bersembunyi di balik tong sampah sambil terkikik-kikik
“Lepaskan aku,” perintah Heechul hyung dengan nafas yang memburu, “Minsu, kau mengkhianatiku….”
“Kau salah paham Oppa~~!!! Buat apa sih aku berbohong padamu?!” Minsu berusaha meluruskan masalah namun Heechul hyung tidak peduli. Ia mengeluarkan kata2 pamungkasnya.
“AKU BENCI KAU, MINSU!!” seraya keluar dari rumah Minsu. Aku menyusul setelah geromobolan itu sudah menutupiku dan kami masuk rumah…
“kkkkkkkkk~~~!! Kita sukses!!” bisik Heechul hyung sambil ber-tos ria dengan kami semua.
Minsu’s POV

“Sumpah!! Aku benci dia, aku benci Heechul~~!!! Tapi aku sayang padanya, huhuhu…. Hhhhhhh” aku mengusap mata dan hidungku yang basah dengan sapu tangan pemberian Wonhee. Kami sedang sharing bersama dikamarku dan kini adalah giliranku bercerita.
“Sabar ya, mungkin saja hubungan kalian sedang dalam cobaan.” Ujar Wonhee, “Tapi kalau kalian memang berjodoh pasti kalian akan berbaikan kembali.”
“Kalian tidak putus kan?” tanya Hyunsu, “Maaf, tadi Kibum oppa menelponku dan bilang akan mengantarku pulang nanti. Aku bilang padanya untuk melapor ke Shiwon.”
Aku menggeleng lemah, “Anii… tapi apa yang harus kulakukan dengan Sungmin oppa? Aku juga benci padanya!! Tapi aku~~~ aku sudah menganggapnya kakakku jugaaaaaaa, kami dekat sekali waktu dia belum kembali ke rumahnya.” Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, rasanya frustasi sekali kalau harus begini.
“Ya… mari bicarakan pelan2 antara kau dan Sungmin oppa.” Saran Hyunsu. “Oh, HPmu bergetar tuh. Telepon dari Sungmin oppa. Tidak sopan sekali telpon jam 11 seperti ini”
Aku mengambil HP dan mengangkat telpon, “Yeoboseo Sungmin oppa, ada apa?”
“Bisa keluar dari rumah sebentar? Aku butuh jawabanmu.” Jawab Sungmin oppa dari seberang

“Hei Chingu, kenapa wajahmu sembap? Kau menangis terus dari tadi?” tanya Sungmin oppa sambil mengusap lembut mataku, “Jebal… lupakan saja hyung. Dia bilang dia membencimu, kau pantas meninggalkan dia.”
Mendengar kata2 itu, tangisku timbul lagi. Airmataku jatuh lagi, “Mianhae oppa, aku tidak bisa… aku mencintai Heechul oppa lebih dari nyawaku, uhuhuhuk..” jawabku pahit. “Aku tidak bisa menerimamu, aku tidak mau dengan siapapun selain Heechul oppa. Aku tidak peduli dia membenciku atau tidak, huhuhuhuhu~~~~~~”
“Gwechanayo, Minsu…. Gwechana. Sebenarnya yang ingin aku katakan adalah………”
“Sangil Chukkae My Yeoja Chinguuuuuuuuuu~~~!!!!” terdengar suara Heechul oppa dari balik semak2. saat kudongakkan wajahku, penghuni Super Jjang sudah berkumpul disana sambil tertawa tawa jahil.
“Sangil Chukkae hamnida~~~ sangil chukkae hamnida…” Sungmin oppa dan yang lainnya mulai bertepuk tangan dan menyanyikan lagu ulang tahun. Tangisku makin deras melihat Heechul oppa membawa kue tart kecil berwarna vermillion, warna kesukaanku..
“Sssssh… ssssssssh, kok nangisnya makin deras? Kami disini ingin melihatmu bahagia, bukan menangis.” Celetuk Hyunsu dan Wonhee yang kini sudah ikut bergabung dengan Super Jjang.
“Hyunsu-ah benar. Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Ujar Yesung oppa sambil mengelus kepalaku.
Aku mengangguk. Membuat permohonan dan meniup lilinnya. saat semua bertepuk tangan dan Heechul oppa menaruh kuenya, aku menubruknya dan memeluknya kencang. Tangisku semakin deras..
“Hahahahahaha mianhae jagiya, karena sudah mengerjaimu….” Ia mengelus punggungku lembut, “Jebal, jangan menangis lagi ya…. kalau menangis terus nanti mukamu seperti bakpau. Bengkak, hihihi.”
“aku juga minta maaf ya Minsu-sshi” ucap Sungmin oppa. “Yang menyuruhku Heechul hyung. Katanya kalau kau menangis, wajahmu terlihat aegyo. Hihihihi”
“Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah jagiya jahat jahat jahat~~~~~!!!!!!” aku menggebuk gebuk dadanya kesal. Dia hanya tertawa sambil mengangkat wajahku dan mencium kelopak mataku cukup lama.

Ya Tuhan, terima kasih telah memberikanku hidup hingga 20 tahun ini….
Dan terima kasih juga telah menghadirkan Kim Heechul dan mereka dalam hidupku.
I really love them, don’t let us apart….


Bersambung...