Jumat, 29 Juni 2012

Incredibly Mission (Level 4)

“Musim panaaaaaas…. Enaknya berlibur ke pantaaaaai~” terdengar suara Kai alias Kim Jongin yang berlalu lalang di depan rumah Sera dan Sehun, “Kasihan kalian yang terus-terusan bekerja dan tak punya libuuuuuur~ kalian pasti iri padaku~~”
Dain dalam tubuh Sera terganggu sekali dengan suara anak itu, “Sehun-ah.. adakah sebuah cara untuk menghentikan omong kosong anak itu? jujur aku pusing dan muak dengan kelakuannya.”
“Aku tidak tahu, kurasa tidak ada selain pindah dari wilayah ini,” jawab Sehun yang sibuk mengelap sepatu kerjanya, “Atau memasukkannya ke perguruan tinggi dan kurasa itu tak mungkin~”
“Kenapa bilang begitu?” sergah Sera, “Kalau dia dibimbing belajar pasti dia bisa masuk perguruan tinggi, carikan saja dia guru pembimbing.”
Sehun menggeleng tak peduli dan masih menggosok sepatu kerjanya yang sudah mengkilap, “Noona mau berangkat sendiri atau bersamaku? Bisa kulihat dari wajahmu kalau sebenarnya kau takut sama Kai, apa aku tidak salah?”
“Kenapa harus takut, lewati saja…. Toh kalau dia tidak menyerang ya aku tak menyerang balik,” jawab Dain mengeluarkan sifat aslinya secara terselubung, “Emmmm mungkin ide yang bagus untuk berangkat sendiri, sekalian menghapal jalan.”
Mata Sehun menatap tajam Sera, lalu berubah menjadi tatapan hangat lagi. “Baiklah, sampai nanti sore noona.” Jawabnya sambil mencium pipi Sera, “Aku berangkat duluan,” “Nee hati-hati di jalan,” jawab Sera, lalu menghela napas. “Hei malaikat Lay, kalau tidak ada orang disekitarku kau bisa memunculkan diri kan?”
Benar saja, dalam hitungan detik malaikat Lay datang dengan wajah segar dan baju putih yang mengkilap, “Ada apa Hwang Dain? Kulihat akhir-akhir ini Sehun semakin curiga padamu, ini kurasa karena kau tidak mampu membendung sifat kasarmu sebagai Dain disana. Apa kau mau memperpanjang misimu?”
“Haaaah aku tak sengaja Lay, aku melakukannya karena kurasa Sera butuh perlindungan diri. Tak selamanya Sehun bisa melindungi noona-nya ini dan… menurutku Baekhyun hanya tertarik dengan yeoja yang mandiri,” Dain mengeluarkan argumennya, “Seharusnya Sera memperhatikan diatas sana dan mencatat beberapa perilaku-ku yang bisa ia tiru tanpa perlu khawatir dengan fisiknya.”
Lay mengangguk paham, “Sera pasti melakukannya, oh iya dia juga ingin mengadakan kunjungan ke tubuhmu yang terbaring disana. Bagaimana menurutmu?” “Eh buat apa, itu tidak ada dalam perjanjian kan?!” seru Dain gugup, “Kau bilang Sera adalah pribadi lembut pemalu, itu tidak cocok denganku dan jangan kau apa-apakan tubuhku disana!! Awas kau Lay, akan kujambak rambutmu kalau kau macam-macam!!”
Lay tertawa, “Hahahahaha anak ini tak lupa cara memaki dan mengancam ya meski tinggal di tubuh lain, kau sadar kan kalau sudah semusim kau lewati misi ini.” ucapnya, “Dan kau belum bisa menarik perhatian Baekhyun hingga namja itu bersedia untuk menikahi Sera~”
Dain berdecak kesal, “Itu karena terlalu banyak norma dan peraturan, kalau semuanya bisa kulakukan dengan caraku ya sudah pasti semuanya akan berjalan lancar dan sukses,”
“Nah disitulah misimu, bisakah kau redam emosi dan ego-mu untuk menarik perhatian seorang namja yang…. Jelas-jelas jauh dari tipemu?” ledek Lay lagi, “Hahahaha aku tau Hwang Dain, tipe-mu itu seperti teman model mu yang namanya Kris kan?”
“Eish diam saja kau,” Dain menjitak kepala Lay yang membuat si malaikat terkejut dan heran, “Lihatlah, akan kubuat Baekhyun menaruh perhatian padaku hari ini…. kalau perlu sampai Chanyeol marah-marah padanya!”

.....

“Dokyung-ah…. Kenapa wajahmu muram terus?”

Kyungsoo terbangun mendengar suara Dain sayup-sayup di telinga-nya namun yang ia lihat Cuma tubuh Dain yang masih tertidur; dengan nafas yang melaju lancar namun mata tertutup dan kesadaran yang tak kunjung tiba.
“Kurasa kau mimpi Dain memanggilmu lagi,” komentar Suho yang berdiri dibelakang Kyungsoo, “Bagaimana kuliahmu, tidak tercecer lagi kan?”
Kyungsoo menggeleng dengan senyum, “Kini aku lebih berusaha supaya aku tak perlu pergi dari sisi Dain yang masih tertidur ini.”
Suho tersenyum ramah, “Bagaimana bisa seorang namja begitu setia dengan yeoja yang bagaikan mati ini sampai-sampai….. ia tak mengurus dirinya sendiri? Apa kau menaruh hati pada Dain?”
“Tidak juga, Tao tidak bisa menjaganya sebulan ini karena ia sedang ujian akhir. Jadi aku bergantian dengannya,”jawab Kyungsoo, “Bagaimana dengan hyung maupun Kris hyung? Apa kalian juga menaruh hati pada Dain?”
“No no…. ini karena kami kerabat dekat Dain di tempat kerjanya, aku merasa bersalah tidak bisa menjaga Dain karena jadwal padatku. Begitu juga dnegan Kris, kami merasa tidak berguna.” Curhat Suho dengan alis berkerut sedih.
“Jangan khawatir, aku sudah dipercaya oleh Chen maupun orang tua Dain untuk menjaganya. Jangan hiraukan,” jawab Kyungsoo sambil menatap Dain, namun…… Kyungsoo merasakan sesuatu yang tak biasa dengan tubuh koma Dain dan sepertinya Suho merasakan keanehan yang sama.
“Apa tadi kau lihat? Ta…. Tangan Dain bergerak~~” ucap Suho terhenyak, “Coba kau perhatikan, bergerak kan???”
Kyungsoo mengerjapkan mata berkali kali, “Sungguh… aku juga melihatnya, kurasa itu hanya ilusi. Tapi… hyung juga melihatnya ya? haruskah kita laporkan kepada pihak rumah sakit atau orang tua Dain?”
Suho menatap Dain sekali lagi, lalu menggeleng. “Kurasa tidak perlu karena aku merasa kalau gerakan tangan tadi Cuma ilusi. Lihatlah….. tidak ada pergerakan lagi kan?”
“Benar juga, kurasa kau dan aku sudah kelelahan hyung.” Tambah Kyungsoo, “Aku akan menelpon Chen, mungkin jadwalnya menemani model lain akan selesai pukul 10 malam.” Suho mengangguk, “Benar juga, sekarang sudah pukul 9 malam. Aku teringat besok pagi aku harus berangkat keluar kota untuk interview, apa kau sudah menyelesaikan ujian akhirmu?”
“Belum,” jawab Kyungsoo. “Tapi aku sudah minta izin untuk datang lebih telat, eo yeoboseo hyung… nee kami sudah mau pulang. Bisakah hyung kesini?” ucapnya sembari menerima telpon dari Chen, “Baiklah, kurasa ini saatnya kita pulang.” Suho mengangguk, “Aku akan berpamitan kepada ahbuji dan omonin, sampai nanti Kyungsoo-ya.”
Sesudah Suho pergi, Kyungsoo kembali duduk disebelah Dain. Dipengang tangan sahabat kecilnya itu dengan wajah khawatir sekaligus penuh harap.
“Dain-ah…. Aku tidak akan lelah sampai kau bangun dan kembali seperti Dain yang dulu; dingin dan ketus.” Jawabnya dengan kuluman senyum, “Maafkan kelancanganku ya, hanya ini yang bisa kulakukan untukmu.”
Kyungsoo mencium kening, pipi dan tangan pucat Dain yang lemas, “Sikap angkuh, keprofesionalanmu dalam bekerja dan tatapan matamu yang menusuk dan dingin….. aku merindukan itu semua, tolong cepat bangun Dain-ah…. Kalau kau punya tugas disana, cepat selesaikan dan kembali.”
Dari kejauhan, Lay memperhatikan tubuh kaku Dain bersama dengan roh Dain yang terlihat bingung dengan apa yang ia lihat.
“Menurutku, hanya Kyungsoo yang mempunyai persentase kehadiran nyaris seratus persen untuk menjagamu, jadi… bisa dibilang dia tetap setia meskipun kau tak ada disana.” Jelas Lay
Dain tertegun, “Maldo andwae, kenapa harus Dokyung dan bukan Kris gege? Kenapa bocah itu masih baik padaku, padahal…. Sudah beberapa kali kusakiti perasaannya.”
Lay melirik dengan senyum lesung pipinya, “Sayangnya aku tak bisa membaca perasaan Kyungsoo karena itu bukan tugasku~ kurasa kalau dibandingkan dengan air laut…. Perasaannya meluap bagai pasang yang tak ada hentinya, waw kenapa ucapanku jadi romantis seperti ini aigo yaaaa ohohoho~~”
“Dasar malaikat aneh,” lagi-lagi Dain mendorong tubuh Lay kasar, “Jangan sok puitis, aku benci sekali dengan mahluk seperti itu.”
“Haei berhenti mendorong, menoyor, menjambak ataupun melakukan hal yang sama saja dengan penganiayaan ya terhadapku~~” Lay cemberut sembari mengelus sikunya, “Baiklah ayo kita kembali ke kehidupan Sera, kau harus berangkat kerja sekarang.”

.....

“Kerjamu sekarang lebih cepat ya, bagus bagus.” Puji Chanyeol melirik dari bilik kerja Sera, “Lanjutkan sampai selesai, nanti belikan aku makan siang di tempat lain ya. jangan dii tempat namja berpipi baozi itu.”
Sera mengangguk melihat uang yang dilempar Chanyeol beterbangan. Cih sepertinya bos ini sedang dalam mood yang baik meski kelakuannya tetap saja menyebalkan, batin Dain dalam tubuh Sera.
Setelah menyimpan dokumen, Sera hendak keluar namun dihalangi oleh Baekhyun. “Hei mau kemana? Makan siang masih lama loh, pekerjaanmu sudah selesai?”
Sera mengangguk malu dan ingin melanjutkan tugasnya, tapi Baekhyun masih menghalanginya. “Kenapa pergi sendirian? Tidak adakah teman yang ingin kau ajak?”
Kurasa ini saatnya menunjukkan kemandirianku, batin Dain. “Kurasa tidak, karyawan lain masih berkutat dengan tugasnya. Aku tak mau mengganggu mereka, kalau beli makan siang sih aku bisa sendiri hehe~”
“Hem….. kau berbeda dari yang biasanya Sera,” komentar Baekhyun, “Sekarang kau lebih mandiri, ada sesuatu yang mengubahmu ya?”
Sera melebarkan matanya dengan wajah polos sembari menggelengkan kepala, “em…. Kurasa tidak, bukankah aku selalu pergi kemana mana sendirian? Ada apa memangnya, kau ingin menitip sesuatu?”
“Anii, aku ikut kamu saja,” jawaban Baekhyun membuat Dain puas, “Mau ke tempat Xiumin hyung atau ke tempat Luhan hyung kali ini?”
“Entahlah, Chanyeol sajagnim tidak mau makan siang dari tempat itu jadi kupikir aku mau cari makan siang yang lebih jauh dari kantor sekalian mengenal wilayah sini hehe~” Sera tertawa malu, wajahnya memerah dan jantungnya berdebar-debar. Dain yang ada di dalam tubuhnya membatin, yeoja ini mudah sekali tersipu kalau masalah Baekhyun ya? lucu sekali~
“Aku tahu tempat yang enak meskipun jauh, kau ikut denganku saja,” jawab Baekhyun, “Tapi aku Cuma punya sepeda, tidak apa-apakah?”
“Ah gwenchana, jangan khawatir.” Jawab Sera, “Memangnya restorannya dimana?” “Yah kira-kira 5 meter dari kantor ini,” ucap Baekhyun yang berlari menghampiri sepedanya, “Nah, silahkan naik. Kamu tidak lupa cara membonceng sepeda kan?” tanya namja itu menggodai Sera, sementara yeoja itu mengerutkan dahinya sambil menggeleng kesal; membuat Baekhyun tertawa geli.
Mereka keluar dari wilayah kantor dengan sepeda Baekhyun yang melaju cepat karena jalan menurun yang curam, “Hati-hati Baekhyun-ah… nanti kita berdua bisa jatuh karena turunan yang tajam ini~” ucap Sera takut-takut.
“Tenang saja, aku ini ahli dalam mengendarai sepeda~” Baekhyun memuji diri sendiri, “Oh iya berapa sih beratmu, kenapa aku merasa tidak seperti membonceng orang?”
“A… aku tidak tahu~~” ucap Dain di dalam tubuh Sera dengan gugup karena sejak Dain tinggal dalam kehidupan Sera, ia tak pernah menimbang. “Eh, awas ada tanjakan!!” Benar saja, tanjakan tersebut membuat sepeda limbung dan kedua orang itu jatuh di pinggir jalan terhempas dari sepeda Baekhyun. Ah sial, sakit sekali!! Dain memaki kesal
“Sera-sshi, gwenchana??” tanya Baekhyun panik saat menghampiri Sera, “Apa ada yang terluka atau lecet?”
Sera menggeleng pelan karena syok yang ia terima akibat terpental dari sepeda, namun kini ia tertegun melihat wajah Baekhyun. “Dahimu…. Berdarah…. Banyak sekali.”
“Ah sepertinya kau benar,” Baekhyun menyentuh dahinya dan terlihat darah segar tercetak di tangannya, “Pusing sekali, padahal restorannya masih jauh.”
Sera menarik lengan bajunya lalu mengikatnya dikepala Baekhyun yang berdarah, “Ini bisa menghentikan sedikit, tapi kita harus tetap kesana. Aku yang mengendarai sepedanya nanti kamu yang beritahu jalannya ya?”

.....

“Kim Sera, apa yang terjadi dengan bajumu? Kenapa lengannya hilang sebelah?” tanya Luhan melihat Sera yang datang untuk menjemput Sehun, “Sehun pulang duluan, katanya dia ada urusan dengan teman sekolahnya.”
“Oh kemana ya dia?” tanya Sera kebingungan, “Baiklah aku akan pulang untuk mencarinya, xiexie~” Sera keluar dari kafe dengan rasa kecewa sekaligus bingung, “Kemana ya Sehun? Katanya Luhan gege dia sudah pulang.”
“Tidak apa-apa kan kalau aku mengantarmu pulang?” tanya Baekhyun yang kali ini memaksa Sera mengantarnya pulang untuk membalas jasa Sera saat kecelakaan sepeda tadi, “Aku kan berhutang padamu, ini nih hehe~” ucapnya sambil menunjuk plester di dahi.
“Baiklah kalau kau memaksa, tapi… jangan ngebut seperti tadi ya? ini sudah malam.” Ucap Sera lembut. Ia naik ke belakang sepeda Baekhyun dan perjalanan pun dimulai, angin malam berhembus sehingga wangi tubuh Baekhyun menyeruak; membuat jantung Sera berdebar-debar lagi. Anak ini mudah sekali berdebar debar… kali ini karena wangi tubuh namja ini, dasar aneh. Batin Dain

“Aku tidak aneh sayang, beginilah rasanya jatuh cinta.”

Dain dalam tubuh Sera tertegun mendengar suara yeoja yang tiba-tiba lewat di telinganya. Suara apa tadi, kenapa jelas sekali? Dain bertanya tanya sekaligus terkejut karena Baekhyun sudah melewati rumahnya, “Eh… stop stop, rumahku sudah lewat~~”
“Oh… jadi rumahmu disekitar sini? Sepi sekali ya kalau sudah malam,” komentar Baekhyun, “Apa kau tidak takut kalau pulang sendirian?”
Sera menggeleng pelan, “Em… aku kan selalu pulang bersama Sehun meskipun hari ini dia ada urusan… tapi tidak apa-apa deh, aku bisa pulang sendiri lain kali.”
“Jangan sungkan, aku mau kok mengantarmu pulang. Sendirian itu tidak enak tau~” ucap Baekhyun ramah, “Em… terima kasih ya atas yang tadi siang, aku tidak tahu harus bagaimana kalau tadi tidak ada kamu. Mungkin aku bisa pingsan di pinggir jalan,”
Sera mengerjapkan matanya gugup, Baekhyun mengulum bibirnya berkali kali sembari terlihat menatapi dahi yeoja itu. tanpa diduga bibir Baekhyun perlahan mendekati dahi Sera, Dain memejamkan mata sesaat… namun tak dirasakan sentuhan bibir Baekhyun di dahinya.
“Loh, kenapa dia tak jadi mencium dahi…..” Dain terkejut dengan pemandangan disekitar segera setelah ia membuka mata perlahan, “Kamar ini…. tempat tidur ini….. ini kan rumahku?!”
Dengan gugup, Dain meloncat dari tempat tidur untuk mengunci pintu kamarnya lalu pergi ke depan cermin. Dilihatnya wajah yang berbeda, “Ini bukan Sera…. Ini wajahku! Hei Lay, apa yang terjadi?!”
Bersambung....

Jumat, 25 Mei 2012

Incredibly Mission (Level 3)

“Sera-sshi….” Panggil Chanyeol di belik meja kerjanya, tapi yang dipanggil tidak kunjung menyahut.
“Kim Sera~” panggilnya lagi, tak ada jawaban sampai akhirnya Chanyeol memutuskan untuk pergi ke meja kerja Sera dan…. Menemukan sekretarisnya sibuk menggambar. PLAK!! Chanyeol melempar Sera dengan gulungan kertas, “Yak!! Apa kerjamu disini untuk gambar-gambar?! Aku memperkerjakanmu bukan untuk hal sepele seperti ini!” Sera terkesiap, “Ah choisonghabnida sajangnim, ini tugas-tugas yang sudah saya selesaikan.” Ucapnya sambil mengelus kepala yang benjol, “Choisonghabnida….. saya terlalu antusias sehingga tidak mendengar panggilan.”
“Eo, siapa yang kau gambar?” tiba-tiba suara Baekhyun menggema di telinga Sera, membuat yeoja itu merinding dan langsung menyembunyikan gambarnya sembari menggeleng panik.
“Aniiya… bukan gambar siapa-siapa, tugas sekolahnya Sehun.” Jawab Sera gugup, “Me…. Memangnya kenapa?”
Baekhyun menggeleng, “Kukira bakat menggambarmu hilang semenjak kecelakaan itu, ternyata masih ada ya? aku senang~”
Mendengar hal itu, Sera tersenyum senang sementara Chanyeol berdecak. “Hah kenapa kau memuji anak ini? hemmm lihat ini, masih banyak laporan yang harus diketik ulang karena banyak yang salah ketik, kerjakan sekarang!” serunya sembari melempar kertas-kertas di meja Sera, yeoja itu tertegun melihat laporan bertumpuk karena kesalahan pengetikan yang ia lakukan.
“Masih sering salah ketik ya? kan kubilang mengetiknya hati-hati, tidak usah buru-buru asal benar.” Nasehat Baekhyun, “Kasihan kertas-kertas ini, nanti pasti dibuang. Kan sayang,”
Sera menggeleng cepat, “Tidak tidak, aku akan membawanya pulang untuk dijadikan coret-coretan atau sketsa gambarku. Tenang saja, aku juga tidak suka buang-buang kertas.” Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah.
“Hahahaha sepertinya kita sehati,” Jawab Baekhyun mulai canggung dengan pembicaraan mereka, ia menepuk pundak Sera pelan. “Ayo dilanjutkan mengetiknya, nanti kalau sudah selesai kita makan siang bersama. Mau kan?”
“Tapi… kalau sajangnim tahu bagaimana?” jawab Sera masih tergugup, “Nanti dia memukulku lagi dengan kertas-kertas.”
Baekhyun tersenyum tipis, “kan aku bisa mendengar semua keluhanmu, karena kita rekan kerja” ucapnya sambil mengacungkan jempol dan pergi, “fighting~” Dain yang ada dalam tubuh Sera menggumam dalam hati, Kenapa aku harus takut dengan pukulan-pukulan kertas itu? hah menyebalkan, kalau jadi Sera aku tidak bisa membentak atau melakukan hal kasar karena itu bukan siffat aslinya. Ah jinjja, malas sekali kalau ditahan tahan seperti ini~!!
“Yak kenapa wajahmu bertekuk tekuk seperti itu, tidak suka dengan perintahku barusan?!” tiba-tiba Chanyeol menyeletuk dari meja kerjanya sambil mengacungkan kepalan tangan, “Tidak baik bersungut sungut di depan bos, harus kau tahu itu!!”
“Choisonghabnida,” Dain kembali lembut seperti tadi, Ah aku lupa rasa kesal bisa tersalurkan dari ekspresi wajah, lain kali aku harus hati-hati, Gumamnya sambil melanjutkan ketikan, dalam waktu 20 menit semua laporan telah diselesaikan. Dain kini terbiasa dengan tuntutan kerja cepat ala Chanyeol sajangnim.
“Tidak ada yang salah lagi kan?” tanya Chanyeol sambil membaca-baca laporan baru, “Yasudah, nih belikan makan siang. Karena kamu kerjanya cepat hari ini kamu dapat bonus 20 menit buat makan siang.”

.....

Sore harinya…

“Sera-sshi… rumahmu dimana?” tanya Baekhyun yang hari ini pulang bersama Sera, “Dirumahmu ada siapa saja, apa kau punya binatang peliharaan?”
“Emmmm kurasa tidak, rumahku…. Em dimana ya? aku agak lupa hahaha~” jawab Sera linglung, Dain belum ingat jalan yang harus ia lewati kalau pulang atau berangkat kerja, “Makanya aku mau jemput dongsaengku di cafe soalnya dia yang menuntunku pulang setiap hari.”
Baekhyun mengangguk dan mengikuti Sera masuk ke dalam cafĂ©, disana mereka disambut ramah oleh Sehun. “Noona sudah pulang ya, kok lebih cepat?”
“Bos-ku hari ini sedang berbaik hati hehehehe, berapa jam lagi sampai shift-mu selesai?” tanya Sera, “Hai Luhan, selamat sore.”
“Senang sekali melihatmu yang ceria, Sera. Ngomong-ngomong siapa namja itu, pacar barumu?” tanya Luhan mengintip dari balik dapur. Sera menggeleng dan Baekhyun menjelaskan,
“Bukan, aku rekan kerjanya. Kami berada di satu divisi, aku manajernya Park Chanyeol sajangnim sementara Sera sekretarisnya.”
“Oh… masih muda sudah jadi manager? hebat sekali,” puji Luhan sambil keluar dapur dan membuka apron yang ia gunakan lalu menaruhnya di gantungan, “Mau kubikinkan sesuatu sebelum kami pulang?”
“Tidak usah, nanti Sehun harus mencuci gelas lagi. Kan kasihan,” jawab Baekhyun. Tiba-tiba HPnya berdering tanda pesan masuk, ia membacanya dan ekspresi wajah yang sedikit berubah. “Sera-sshi, sepertinya aku tidak bisa pulang bersamamu hari ini karena Chanyeol mencariku heheehe sampai besok~” ucapnya sambil keluar dari pintu kafe, membuat Sera tertegun.
“Kurasa ada yang jantungnya berdebar debar dari tadi,” celetuk Sehun, “Aku tak percaya namja itu mau mengantar noona pulang, kalian jadi akrab ya semenjak kecelakaan itu?”
Sera menyikut adiknya yang sedang mengelap meja, “Yak, kenapa kau meledekku terus? Gomanhae~” jawabnya malu-malu, membuat Sehun semakin senang.
“Hei Sehun, sampai kapan mau kamu lap terus meja-nya? ayo absen dan pulang.” Tegur Luhan yang sudah berganti baju, “Aku harus pergi ke tempat Xiumin jadi kunci kamu bawa ya? Besok kamu harus datang lebih pagi, mengerti?”
“Baiklah hyung sampai besok.” Jawab Sehun setelah “Bagaimana keadaanmu hari ini noona, apa kepalamu masih sakit seperti kemarin-kemarin?”
Sera menggeleng dengan senyum, “Sudah tidak lagi, ayo cepat absen dan pulang. Aku lelah sekali.” Ucapnya sambil keluar kafe diikuti Sehun.
Saat di perjalanan menuju rumah, tiba-tiba seorang namja berteriak kea rah Sehun, “Yak Sehun-ah, pem bolos!! Rasakan kau, kini Playstation-mu jadi milikku. Appa yang mengambilnya karena kau tidak bayar uang sewa Hahahaha~~” katanya sambil memeletkan lidah, Dain yang ada di dalam tubuh Sera merasa terganggu.
“Siapa sih dia, kenapa dia mengenalmu?” tanya Sera yang mulai ketus, “Menyebalkan sekali,”
Sehun tidak melakukan apa-apa, hanya menarik Sera ke belakangnya. “Sudah biarkan saja, dia anak pemilik kontrakan yang sudah kita tinggalkan beberapa bulan yang lalu. Omongannya tidak ada yang benar karena dia memang agak gila.” Jawab Sehun. “Hei Kim Jongin, aku tidak bolos karena aku pergi kerja sekarang. Bukan seperti kamu yang menghabiskan uang appa-mu karena percobaan bunuh diri-mu!”
Tiba-tiba anak yang namanya Kim Jongin itu datang menyerbu Sehun, “Berisik, aku tidak menghabiskan uang appa. Bilang saja kau iri karena orangtua-mu sudah meninggal kan?!”
Mendengar itu, emosi Dain meledak dan keluarlah sifat aslinya. “Hei nak, berapa umurmu?”
“Hah aku? Umurku 18 tahun, kenapa?” tanyanya ketus. Tak sabar lagi, Dain mencengkram baju anak itu geram. Namja nakal itu berubah wajahnya jadi ketakutan.
“Pernahkah kau diajarkan orangtua-mu untuk berbicara seperlunya?” tanya Dain dengan suara mengancam, “Kau sudah dewasa kan, jaga mulut sialanmu itu atau kau akan kehilangan apa yang kau miliki sekarang apapun itu.”
Sehun terkejut dengan perilaku noona-nya, “Noona, apa kamu tidak enak badan, ada apa denganmu?” tanyanya sembari namja aneh tadi meronta-ronta karena kerah bajunya belum dilepaskan oleh Dain yang ada di dalam Sera.
“Le…. Lepaskan aku yeoja aneh, lepaskan aku michinyeon!!” katanya kasar, Dain yang sadar karena nyaris melewati batas emosi Sera langsung melepaskannya. “Bicara sekali lagi bocah aneh!!” Dain mengacungkan kepalan tangannya, “Kau mau mati hah?!”
Namja bernama Jongin itu lari terbirit-birit, “Sial, siapa yeoja ini? gara-gara kecelakaan itu Sera berubah jadi orang lain, dia bukan Sera noona lagi. Mengerikan!!” katanya. Sehun menatap tajam kea rah Jongin berlari lalu menatap kakaknya dengan wajah heran.
“Biasanya noona Cuma melewati gangguan Kai dengan wajah terganggu, kenapa sekarang seperti ini?” tanya Sehun, “Noona memang seperti…… orang lain.”
Dain menelan ludah, bagaimana kalau ada yang tahu bahwa sesungguhnya aku bukan Kim Sera? “Yah…. Kurasa aku cukup trauma dengan apa yang telah menimpaku, jadi sudah saatnya mengambil aksi dan membela diri kan?” jawab Dain setengah gugup, “Aku tidak bisa bela diri, tapi dengan perkataan kurasa cukup.”
Sehun mengangguk meskipun ia masih heran dengan kelakuan noona-nya, “Sejak kapan noona belajar makian seperti tadi? Kurasa itu kasar dan tidak pantas untukmu.”
Aduh, kenapa Sehun banyak menanyakan hal seperti ini? batin Dain lagi, “Kurasa aku belajar dari film dan serial drama di TV, banyak makian yang keluar dari ibu mertua yang kesal kepada menantunya hahahaha~” jawab Dain garing.
“Oh baiklah tapi jangan sering-sering, tak cocok.” jawab Sehun tersenyum tipis, “Kai itu temanku waktu SMA, tapi dia tidak lulus dan stress. Apalagi setelah mengetahui aku punya peringkat tertinggi untuk ujian akhir, dia beberapa kali mencoba bunuh diri tapi berhasil diselamatkan.” Jelas Sehun. “Dia sering membuatku kesal tapi itu semata-mata karena butuh perhatian.”
Dain mengangguk, “Haruskah aku minta maaf kepada appa-nya karena bicara kasar? Sepertinya dia syok saat aku mengepalkan tinjuku ke arahnya,” tanya Dain sambil garuk kepala
“Tidak usah, dia tidak pernah cerita ke appa-nya kalau dia tidak terluka atau cedera.” Jawab Sehun, “Dia mungkin kaget karena biasanya noona sembunyi si belakangku dan diam saja, tapi sekarang… noona melawannya hehe~”
“Kurasa begitu,” jawab Sera sambil menguap. “Kaja kaja…. Aku mengantuk nih, ingin cepat-cepat bertemu kasur~”



Tao menatap jam-nya khawatir, ia ambil HP-nya dan memencet nomor telepon sahabat yang dia tunggu dari tadi.
“Do Kyungsoo, kenapa kau tidak segera kemari? Aku terlambat kuliah nanti!” sergahnya kesal, namun yang ia dengar malah makian dari yeoja yang sepertinya adalah umma Kyungsoo.
“Kamu mau kerumah Dain lagi, bagaimana dengan tugas-tugasmu?! Lihat hasil ujian tengah semester-mu, semuanya C!! kalau beasiswa-mu dicabut bagaimana, kau mau berhenti kuliah?!” makinya tak henti, “Sahabat memang penting tapi kuliahmu lebih penting!! Sudah berapa kali kamu bolos karena menemani Dain?!”
Tao menelan ludah, “Kyungsoo…. Apa kau disana?”
“Nee,” jawab Kyungsoo sambil menarik nafas, “Kau dengar kan apa yang umma-ku ucapkan? Beliau memberiku kuliah tambahan setiap aku pulang dari rumah Dain jadi… kurasa mulai sekarang aku tak bisa menemaninya secara teratur, mianhae~”
“Lalu aku harus minta tolong siapa? Rumah Dain selalu sepi, tidak ada keamanan atau pembantu. Aku takut dia dalam bahaya nanti,” jawab Tao khawatir.
“Telepon Chen hyung saja,” usul Kyungsoo, “Tapi jangan paksa dia karena dia sibuk dengan model-model lain. ah…. Kurasa Chen hyung tak bisa.”
Tao menghela napas, “Cepat beritahu aku supaya aku bisa menghubungi beliau sekarang.”
“Menghubungi siapa?” tanya seseorang dibelakang Tao yang ternyata adalah Kris, “Huang Zitao, kamu tidak kuliah?”
“Suho hyung saja, dia cukup bertanggung jawab kalau masalah jaga menjaga.” Jawab Kyungsoo bersamaan dengan kedatangan Kris, “Sudah ya, aku ada tugas menumpuk. Sampai nanti,”
Telepon mati dan Tao masih diam, “Em…. Kenapa anda bisa kenal saya? Apa kita mengenal satu sama lain?” ia buka mulut setelah Kyungsoo tak bicara lagi di telepon. “Dain cerita dia punya dua sahabat dan salah satunya berkebangsaan China seperti aku,” jawab Kris berkharisma, “Kenalkan, aku Kris. Dain sering jadi partner-ku maupun Suho.” Katanya sambil mengangkat tangan Tao dan menjabatnya.
“Jadi….. Suho itu juga model?” tanya Tao bingung, “Maaf aku tidak mengerti,” Kris mengangkat tangannya perlahan, “Tidak apa, memang dunia permodelan itu membingungkan. Ngomong-ngomong kau tidak kuliah?”
“Em… kurasa aku terlambat, aku tidak bisa meninggalkan Dain sebelum ada orang lain yang menjaga. Tadi aku sudah telepon Chen tapi dia sedang sibuk dan terserang flu, sekarang aku mau menghubungi Suho.” Kata Tao, ia hendak memencet HPnya tapi langsung dihentikan oleh Kris.
“Hari ini aku tidak ada jadwal, bagaimana kalau aku saja?” tanya namja itu, “Aku dan Dain teman dekat, kau harus mempercayaiku.”
Tao gamang dengan ucapan Kris, “Apa kau bisa kupercaya? Aku tak terima kalau motifmu meminta persetujuan karena kita sesama orang China.”
“Tidak tidak…… aku memang teman baik Dain, kau bisa cek di galeri HP-nya. Banyak sekali foto kami berdua,” jawab Kris tenang, “Ngomong-ngomong bisakah kau bicara lebih sopan? Kau ini didi-ku.”
Wajah Tao berubah pias, “Maaf, kukira kita seumuran. Baiklah, kupercayakan Dain pada gege. Aku pulang kuliah agak larut jadi kalau mau pulang tolong beritahu Chen atau aku.”
Kris mengacungkan jempol, “Lebih baik kau segera berangkat kuliah, jalanan padat sekali.” Katanya tenang, Tao mengangguk dan pergi setelahnya. Kris tersenyum, kini hanya dia dan Dain berdua.
“Wajahmu pucat sekali Hwang Dain, ekspresimu pudar dan senyummu hilang…. Bagaikan meninggalkan dunia namun tak rela,” ucap Kris menelusur wajah Dain yang pucat, “Kurasa…. Kau pergi ke tempat dimana kau punya tugas berat disana, benarkah demikian?”
Tentu saja Dain tak menjawab karena ia koma, Kris yang menyadarinya Cuma tertawa kecil. “Tentu saja kau tidak bisa jawab karena kau sedang koma, terkadang aku memang bodoh hihihi maaf.” Ucapnya, lalu dielus rambut dan pipi Dain lembut. Mata Kris menatap karibnya itu dengan binaran melankolis.
“Cepatlah sadar, banyak yang merindukan kehadiranmu… termasuk aku.”

.....

“Kurasa aku akan terserang flu, bisakah kau sembuhkan sekarang?” tanya Dain di mimpi tidur sore-nya, ia bertemu Lay yang wajahnya terlihat senang kali ini.
“Hari ini kau melakukan hal yang luar biasa, Sera disana sedang memperhatikanmu sekaligus melakukan introspeksi diri untuk menyesuaikan keadaan yang akan ia hadapi nanti,” jelas Lay, “Maukah kau kuajak jalan-jalan ke tempat tubuhmu berada? Tak ada yang akan melihat kok,”
Wajah Dain tertekuk lagi, “Tidakkah kau dengar permintaanku, aku nyaris terserang flu!! Tolong sembuhkan~!!” serunya ketus, membuat rambut Lay terbang karena energi yang Dain keluarkan didepannya.
“Oh kau minta kesembuhan? Level kehebatanku belum sampai disana, aku masih malaikat pemula yang menemani seseorang menjalankan tugas~” jawab Lay sembari menari di depan Dain, membuat yeoja itu semakin kesal.
“Kalau aku pilek dan tidak bisa menjalankan tugasmu bagaimana, kau mau tanggung jawab hah?!” serunya lagi, “Ah jinjja, kenapa kau menjengkelkan sekali Lay?? Hentikan tarian anehmu didepanku!”
Dain yang tidak sabar menarik narik baju putih Lay sehingga nyaris copot, “Eiiiiii mau kau apakan bajuku? Baju malaikat ini sangat berharga, jangan kau nodai.” “Kau mau mati hah??” sergah Dain sambil mengepalkan tangannya dan Lay melebarkan tangannya didepan yeoja itu.
“Malaikat tidak bisa mati karena dia tidak hidup,” jawabnya tenang, “Pukulanmu takkan menyakitiku, jadi lebih baik hentikan ancamanmu karena semuanya percumaa~~” Dain memanyunkan mulutnya, “Menyebalkan, kalau begitu ajak aku jalan-jalan saja deh. Cepat~!!”
Tiba-tiba Lay membalikkan badannya, “Waktuku untuk bicara padamu sudah habis, cepat kau bangun!!” jawabnya sambil mendorong tubuh Dain dan membuatnya bangun ke alam nyata.



Keesokan harinya…

“Haaaaaatsyiiiiiiiiiiiiii~!!” Sera bersin sekerasnya, ia menggosok hidung dengan kesal. “Kenapa tidak bisa disembuhkan, ah mengganggu sekali penyakit ini. haaaa….. haaaaaaaaaaaaaatysiiiiiiii~!!”
“Kurasa ada seseorang yang butuh perlindungan hari ini,” ucap suara berat sambil memilin rambut Sera lembut, “Ayo kita ke dokter~~”
Bulu kuduk Sera berdiri mendengar suara yang ternyata milik Chanyeol, “Ah kkapjaggiya, ternyata ada sajangnim. Maaf aku sedang sibuk, masih ada laporan yang belum selesai.”
“Tapi kesehatanmu itu nomer satu, ayo kita ke dokter.” Ajak Chanyeol, “Oh iya…. Dulu saudaraku pernah sekolah dokter dan aku diajarkan ilmu-nya sedikit, mungkin bisa kupraktekkan kalau kau bersedia.” Jawabnya sambil membalikkan kursi Dain dan mendekatinya, “Wah lihat hidung merah ini, pasti gatal sekali.”
“Emmmmmm mianhae, aku tak mengerti apa yang sajangnim ucapkan.” Ucap Sera mencoba tenang, Chanyeol memilin rambut Sera dengan wajah mengganggu yang nakal, membuat yeoja itu berdebar debar. “Berhenti mengangguku jebal~”
“Mwo, kenapa kau bilang aku mengganggumu? Aku kan…. Hanya mengajakmu ke dokter, atau kau mau kita main dokter-dokteran?” tanya Chanyeol dengan wajah semakin jahat, Dain yang ada di dalam tubuh Sera berpikir. apa yang harus kulakukan supaya sajangnim mesum ini berhenti?
“Permisi, satu paket makan pagi dan kopi caramel untuk Park Chanyeol,” tiba-tiba seseorang datang dari luar kantor yang ternyata adalah Xiumin. “Chanyeol-ah… apa kau disitu? Chanyeol-ahhhh~~”
Dain menghela napas dalam hati, untung saja Xiumin datang. Betapa tidak enak ya kalau Baekhyun oppa tidak ada disini, aku bisa dijadikan sasaran terus menerus, batinnya. “Yeogi, Chanyeol sajangnim sedang bersamaku.”
“Oh baru kalian berdua yang ada di kantor?” tanya Xiumin mengintip ke meja kerja Sera, “Chanyeol-ah, makan pagimu sudah kutaruh di meja ya. mau bayar sekarang apa nanti?”
Sementara Chanyeol pergi, Dain bertanya tanya lagi. Begitukah kelakuan Chanyeol kalau sedang lapar? Aneh sekali~

Bersambung

Jumat, 06 April 2012

Incredibly Mission (Level 2)

“Dain-ah, Dain-ah kau harus kuat……. Jangan pergi kumohon,” Kyungsoo membisikkan kata-kata itu kepada tubuh Dain yang tadi tertabrak truk dan terlempar dua meter jauhnya, “Kau tidak boleh pergi, tetaplah disini bersamaku~~”
“Maaf silahkan tunggu disini,” suster menahan tubuh Kyungsoo, namja itu tertunduk lemas sembari duduk di kursi, dari kejauhan Tao berlari menghampirinya dengan wajah pucat.
“Bagaimana keadaan Dain, apa yang terjadi? Bukannya kau tadi mau mengantarnya pulang dan menyatakan perasaanmu saat lewat sungai Han?” tanya Tao dengan wajah gusar, “Kenapa dia bisa tertabrak truk huh?? Kau kan sudah janji akan membahagiakan Dain, tapi…. Kenapa begini, wae? Wae?!”
“Dia menolakku, aku memanggilnya sebelum dia tertabrak tapi ia pakai headset dan….” Wajah Kyungsoo juga pucat, “Maafkan aku, memang benar kata Dain; aku egois,”
“Eo, kenapa dia berkata begitu? Memangnya kau memaksa dia?” tanya Tao, “Kau yang bawa dia kesini?”
Kyungsoo mengangguk pelan, “Aku lari kesini sambil menggendongnya karena kupikir pakai mobil takkan cukup waktunya,” ia membuka kemeja dan tak sengaja melihat darah yang tercetak di punggungnya, “Aigo… morigo apa~”
“Jangan dilihat bodoh,” ujar Tao, “Ngomong-ngomong sudah telepon Chen, Kris gege atau Suho hyung?”
“Aku telepon Chen.” Kyungsoo dari tadi emnjawab pertanyaan Tao dengan wajah tak bersemangat, “Hentikan pertanyaanmu, membuatku semakin sedih.”
“Kyungsoo-ya, Tao!” panggil Chen di depan pintu gawat darurat, “Bagaimana, apa yang terjadi padanya??”
Belum sempat Kyungsoo menjawab, dokter datang. “Siapa yang bertanggung jawab atas nona Hwang Dain?” Chen menunjuk dirinya sembari dokter menjelaskan, “Nona Dain mengalami patah pada rusuk dan tulang paha. Harus segera dioperasi, apa anda setuju?”
Chen mengangguk, “Beliau itu model, tolong lakukan operasinya dengan baik. Jangan sampai terjadi kecacatan atau kegagalan. Saya akan bayar berapa saja asal beliau kembali seperti semula.”
Dokter mengangguk, “Baiklah saya akan membawanya ke ruang operasi.” Jawabnya, setelah beberapa saat tim dokter keluar dari ruang gawat darurat membawa Dain. Kyungsoo dan Tao menggenggam tangan sahabatnya penuh harap.
“Tetap disini arraseo, kau akan jadi model terkenal kalau kau segera sadar,” ucap Tao, sementara Kyungsoo berbisik lagi.
“Jangan pergi, semua orang menunggu……. Dan aku juga,” seiring Dain masuk ruang operasi, dua namja itu menghela napas berat sementara Chen sibuk menerima telpon.
“Nee Suho hyung keadaannya kritis, sekarang sudah masuk ruang operasi,” jelas Chen, “Aku juga tak percaya karena tadi siang beliau masih melakukan pemotretan bersama Kris gege, mohon doanya.”
Tao dan Kyungsoo duduk berdua, lalu Tao bertanya lagi. “Kenapa Dain bilang kalau kau egois, apa yang membuatnya berkata sejahat itu?”
“Dia bilang aku ini namja biasa jadi banyak kemungkinan aku akan dihajar fans, dia bermaksud
melindungku.” Jelas Kyungsoo, “Lalu….. dia tak ingin persahabatan kita bubar karena kami kencan, dia bilang tak ingin menyakiti perasaanmu karena itu dia bilang aku egois.”
Tao menepuk punggung Kyungsoo, “Yeah… kita sama-sama menyukainya kan? Aku mengerti perasaanmu tapi cinta tidak bisa dihentikan, jadi seharusnya Dain tak mengatakan hal seperti itu.”
Kyungsoo menggeleng, “Tetap saja ini kesalahan dan keegoisanku, kalau saja aku tidak bilang… mungkin Dain tak7 mengalami kecelakaan hari ini,”

....

“Tapi saat dirampok, tas-mu diambil juga?” tanya Baekhyun, “Kasihan sekali, kalau HPmu hilang bagaimana Chanyeol bisa menghubungimu kalau ada sesuatu?”
“Em… aku juga tak tahu,” jawab Sera malu-malu. Dain yang berada dalam tubuh Sera jengah dengan kelakuan pemalu dan jantung Sera yang berdebar debar, apa yang dia lihat dari namja ini? wajahnya saja seperti yeoja, batin Dain tak senang. “Mungkin sajangnim bisa kerumahku.”
“Kau yakin?” tanya Baekhyun bingung, “Tumben sekali kau bilang begitu, apa kau siap kalau nanti dia minta yang aneh-aneh?”
“Yak kenapa malah mengajaknya ngobrol?!” seru namja yang baru saja dibicarakan, “Kim Sera, mana laporannya aigo kenapa mengetiknya lambat sekali?! Masih banyak tugas yang harus kau kerjakan dan kau punya kewajiban untuk membelikanku kopi di seberang kantor dasar lambat!!”
“Cho… choisonghabnida, aku belum ter….” Lagi-lagi Dain nyaris keceplosan, “Maksudnya….. aku masih belum sembuh karena baru keluar dari rumah sakit,”
“Tidak usah banyak alasan!!” jawab Chanyeol kasar, ia melempar uang di wajah Sera. “Nih uang untuk beli makan siang, kopinya kau yang bayar sebagai ganti absenmu karena sakit waktu itu. sekarang cepat mengetik!! Baekhyun kau bantu aku ambil laporan lain untuk dikerjakan anak ini.”
Dain mendengus, susahnya jadi yeoja yang tak bisa melakukan apa-apa kalau dibully seperti ini. Lay bilang aku tak bisa mengeluarkan sifatku karena orang sekitar pasti merasa aneh, tapi tidak enak juga kalau dibully terus-terusan seperti ini. batinnya Yasudah pokoknya selesaikan tugas ini lalu kerjakan laporan lain dan jam 12 ke kafe untuk beli makan siang.
“Kim Sera!!” panggil Chanyeol lagi, “Nih tolong diperiksa, kalau ada kesalahan diketik ulang. Oh iya aku tak mau makan siangku terlambat jadi usahakan mengetik cepat atau kau tidak boleh makan siang, arraseo?!”
Dain yang merasa kepalanya akan meledak hanya mampu mengangguk dan kembali mengerjakan tugas, “Apa-apaan ini, kenapa semuanya tidak kumengerti? Bahkan waktu SMA saja aku tidak belajar ini, kemampuan mengetikku juga pas-pasan. Harus bagaimana?”
“Bagaimana kalau kubantu, sepertinya sejak perampokan kondisi psikismu terganggu,” Baekhyun datang lagi dan tentu saja jantung Sera berdebar-debar tanpa Dain kehendaki, “Tapi jangan bilang Chanyeol, nanti kau semakin direpotkan olehnya.”
Sera mengangguk tanpa Dain kehendaki, memang sepertinya ada beberapa keinginan yang tidak bisa dikontrol Dain termasuk masalah perasaan, “Gomawo….. Baekki memang selalu baik,”
“Hahahaha kau bisa saja, ini kan tugas kecil.” Jawab Baekhyun, “Kamu harus kuat mental ya kerja disini soalnya Chanyeol tidak sabaran dan selalu memberikan tugas sulit kepada managernya. Tapi gaji yang dia berikan juga tidak sedikit, jadi… pantaslah.”
Sera mengangguk lagi, “Terus… kalau mau beli makan siang buat sajangnim biasanya dimana, aku agak lupa.”
“Kamu cari kafe di dekat kantor ini, disebelahnya ada restoran cina. Chanyeol biasanya pesan bubur, mie atau sayur tapi kalau dilihat dari perangainya hari ini dia mau makan bubur. Kau harus pintar menebak perasaannya Sera-sshi, dari situ kau bisa pesan makanan yang dia inginkan.” Jelas Baekhyun, “Terus kopi juga seperti itu, jangan lupa gulanya sedikit. Chanyeol tidak suka yang terlalu manis.”
Aku kerja disini bukan untuk menebak perasaannya, kurasa dia memperlakukan Sera dengan galak setiap hari. Mana bisa aku memperkirakannya? Batin Dain setengah hati, “Baiklah, nanti aku akan kesana. Ngomong ngomong sudah selesaikah tugas yang satu ini? aku mau coba mengetik lagi.”
“Oh silahkan,” jawab Baekhyun, “Semangat ya Sera-sshi~”

.....

“Selamat datang~” Sera disapa ramah oleh pelayan bermata sipit dan pipi tebal bagai bakpao, “Oh ternyata Sera-sshi… apa kabar, mana adikmu Sehun?”
“Em… em….. kurasa dia masih di kafe,” Sera menjawab dengan hati-hati, “Aku mau pesan bubur ayam, Xiumin….. Xiumin gege,”
“Eiiii…. Kenapa kau memanggilku sekaku itu?” Xiumin menghela napas, “Duduklah, kurasa kau belum sembuh setelah perampokan dan pelecehan itu. betapa malangnya dirimu,”
Sera mengangguk dan duduk di kursi makan, “Aku mau tanya, sebenarnya kalau aku pesan bubur…. Apa perasaan sajangnim hari ini, apa aku pernah cerita padamu gege?”
“Em… setahuku kau pesan bubur kalau sajangnim sedang emosi, bubur itu akan menenangkannya,” jawab Xiumin sambil menemani Sera, “Nanti kemari saja lagi, beli kopi dulu di kafe-nya Luhan. Dia tahu kopi yang enak untuk sajangnim-mu yang sedang emosional,”
Sera mengangguk lalu keluar dari restoran menuju kafe disebelahnya, “Ah noona, akhirnya kita bertemu lagi hehehe ayo masuk~~” Sehun menarik kakaknya ke dalam kafe, "Luhan hyung, lihat noonaku. Sekarang keadaannya sudah membaik kan?”
“Sera, kau datang kesini? Syukurlah kau masih ingat jalan untuk beli kopi untuk sajangnim-mu~” panggil seseorang dari dapur, sepertinya Luhan. “Apa yang kau pesan di restoran sebelah?”
“Tadi aku pesan bubur ayam, katanya kalau sajagnim sedang emosional dia butuh makanan itu.” jawab Sera mengingat ingat, “Oh iya bikin kopinya….”
“Dengan sedikit gula kan? Sebelum kau jadi managernya dia selalu pesan dengan pola seperti itu,” ucap Luhan dengan senyum manis, “Chanyeol itu langganan kafe dan restoran disini sejak dia kerja di kantor dekat sini. Semenjak ia jadi sajangnim yang sibuk, ia menyuruh orang membelikan makan siang dan kopi sesuai mood-nya…. Ah mungkin aku sudah cerita ya?”
“Em tidak apa-apa….. aku juga sudah lupa mungkin, lebih baik kalau diulang lagi.” Ucap Sera menggaruk kepalanya canggung, “Bagaimana Sehun, apa dia membantu di kafe ini atau malah mengganggu? Maafkan dia ya karena dia masih bocah mungkin dia belum mengerti apa tugasnya,”
“Oh tidak, Sehun sangat membantu disaat pelanggan berjubel. Kemampuannya setara dengan pelayan yang berpengalaman, kan waktu kecil kalian suka bantu-bantu di restoran orang tua kalian?”
Dain mengingat ingat lagi. Beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit, Sehun berceloteh tentang keluarga kami karena ia khawatir aku amnesia meskipun dokter bilang tidak. Kami ini yatim piatu, Sehun kerja di kafe dan aku kerja di kantor sebagai manager seorang sajangnim yang waktu itu menjenguk sekaligus hendak melecehkan dan membully-ku. Waktu kecil kami sering bantu-bantu di restoran almarhum orangtua kami dan restoran itu kujual setelah mereka berdua meninggal, oke fine~
“Hei kenapa malah bengong? Ini kopinya,” Luhan menepuk pundak yeoja itu. “Oh ya jangan lupa kembali kesini untuk menjemput dongsaengmu jam 7 tepat ya?”
Sera mengangguk, “Aku harus kembali ke restoran, xiexie Luhan gege.”

....

“Selamat, kau mengerjakan tugas hari pertama dengan baik,” Lay datang ke mimpi Sera, “Bagaimana, hidup di tubuh orang pemalu tidak selalu buruk kan?”
“Memang sih, tapi aku tetap tak terbiasa!” ujar Dain kembali lagi sifat kasarnya, “Aku lelah jadi pemalu yang cuma bisa diam menahan kemarahan saat bos-nya si Chanyeol itu melempar uang makan siang ataupun kertas-kertas laporan yang seharusnya ia kerjakan tapi malah melimpahkan semuanya padaku!! Aaah micchigettda~!!”
“Hahahahah ternyata kau belum merubah kekasaranmu, maklumlah baru satu hari.” Komentar Lay setenang biasanya, “Pokoknya kau harus laksanakan tugasmu sampai….. yah sampai Sera bisa menikah dengan pria yang wajahnya imut itu.”
“Si Baekhyun? Memang sih dia baik tapi wajahnya jelek sekali seperti perempuan, tidak setampan teman-teman modelku,” komentar Dain, “Lalu sekarang apa yang terjadi dengan tubuhku, apa sudah dikubur di tanah atau dikremasi? Aish….. mana bisa aku kembali kalau begitu?”
Lay menjentikkan jari, “Tidak kok, Kyungsoo menjagamu dengan baik di kamar. Operasinya berhasil dan kau sudah dibawa pulang meskipun masih koma, berterima kasihlah pada Chen yang menyediakan segala fasilitas untukmu.” Katanya, “Dan ngomong-ngomong…. Sera tidak menyukai laki-laki hanya karena wajah, dia jatuh hati karena kebaikan orang itu.”
“Arraseo~ aku dan dia berbeda, dia kan gadis sederhana.” Cibir Dain, “Lalu….. kalau aku sudah berhasil menikahkan anak ini, aku akan kembali ke tubuhku kan? Lalu bagaimana dengan Sera?”
“Tentu saja Sera akan kembali ke tubuhnya setelah kau berhasil menyelesaikan misi.... yang kemungkinan berhasilnya sedikit sekali.” Ucap Lay penuh rahasia, membuat Dain naik lagi emosinya.
“Kenapa kau bilang mustahil untuk berhasil, apa Baekhyun tidak mudah didekati?! Hah kau meremehkanku ya, aku punya banyak cara untuk menarik hati namja!!” sergah Dain jengkel sementara Lay hanya geleng kepala dan menggoyangkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan
“Tidak bisa, itu bukan sifat Sera jadi kau tidak bisa menggunakannya di kehidupan ini,” jawabnya enteng, “Lagipula aku tak meremehkanku, aku bicara yang sesungguhnya. Banyak orang-orang gagal dalam menjalankan misi ini dan jadi arwah penasaran.”
“Cih, mengerikan sekali.” Komentar Dain, “Jadi…. Sera akan kembali ke tubuhnya? Lalu sekarang dia ada dimana, bisakah aku bertemu dengannya?”
Lay menggeleng dengan senyum malaikat, “No no… tidak sekarang, tapi suatu saat mungkin dia akan mengunjungimu dan memberikan nasihat kecil atau semangat. Dia juga punya tugas loh, dia memantau tubuhmu dan melaporkan apa yang terjadi, siapa yang menjengukmu dan lain lain setiap harinya. Dia sibuk sekali~”
“Kenapa dia tidak jadi aku saja?! Ah iya, kan aku tidak minta. akh jinjja…” keluh Dain yang kepalanya pusing karena marah-marah terus, “Lalu…. Bagaimana keadaan ‘Hwang Dain yang terkapar’?”
Lay berpikir sebentar, “Emmmmm…. Hari ini Kris menjenguk dan mendoakanmu supaya cepat sadar, lalu saat orangtuamu pergi kerja Kyungsoo datang menggantikan Tao yang berjaga karena dia tidak kuliah, dia membelikan bunga untukmu. Mau lihat?”
Dain mengangguk lalu Lay memperlihatkan gambar tiga belas bunga Anggrek di sebuah pot warna putih, “Ah….. bunga anggrek, bagaimana dia tahukalau itu bunga kesukaanku?” ucap Dain pelan.
“Kalian kan sahabat dari kecil jadi tentu saja dia tahu, kau ini bodoh atau pura-pura bodoh sih?” ledek Lay yang dibalas oleh sikutan tajam Dain, malaikat itu tertawa melihat tingkah yeoja disebelahnya.
“Padahal aku menolaknya beberapa hari lalu, tapi dia tetap datang dan membawakanku bunga anggrek yang mahal. Yasudahlah mungkin memang kebetulan,” ucap Dain, “Ngomong-ngomong…. gambar ini bagus, apa benar Sera yang melukisnya? Kalau benar berarti kemampuannya hebat sekali ya~”
“Memang…” jawab Lay, “Bagaimana denganmu, kalau kau bisa gambar atau melukis mungkin kau bisa menarik perhatian Baekhyun dengan itu, tugasmu makin cepat selesai kan kalau begitu?”
Seakan baru tersadar dari tidur panjang, Dain membelalakkan matanya. “Oh tentu saja aku bisa gambar, Arraseo…. Lihat saja, aku akan menarik perhatian Baekhyun dengan bakatku lebih cepat daripada dugaanmu Lay!”
“Yasudah kita lihat saja nanti,” jawab Lay enteng, “Ngomong-ngomong…. apa kau merindukanku? Aku janji waktu itu akan menemuimu setiap malam, tapi aku baru sempat hari ini hehehehe eottde?”
Dain mencibir, “Bahkan aku tak punya keinginan untuk merindukanmu dasar malaikat aneh, sudah aku mau tidur. Pergi sana jangan ganggu~”

Bersambung...

Sabtu, 31 Maret 2012

Incredibly Mission (Level 1)

Cast: EXO member
OC: Kim Sera, Hwang Dain
Genre: Adventure
Length: Sequel
Rate: G



“Ya… pose bebas,”
JEPRET!!
“Saling mengaitkan tangan, yah seperti itu…”
JEPRET!!
“Sekarang yeojanya sendiri ya, pandangannya lebih dalam… lebih dalam… lebih dark, ya seperti itu.”
JEPRET!!
“Oke… sesi hari ini sekian dulu,”



“Seperti biasa, model kebanggaan manajemen kita selalu bekerja keras,” puji Kris kepada yeoja yang tadi berpose seksi bersamanya, “Kau adalah hoobae ter professional yang pernah kutemui, Hwang Dain.”
“Gomawo, memang itulah obsesiku; menjadi yang terbaik.” Jawab Dain angkuh, “Senang bisa melakukan sesi kali ini bersamamu. Biasanya aku foto bareng Suho oppa, membosankan.”
Kris tertawa merendahkan, “Hah…. Meskipun dia membosankan tapi fans yepjanya lebih banyak dibanding aku. Kami berdua dapat gelar model terpanas tahun kemarin, tapi kepopulerannya membuatku cemburu.”
Dain menatap kemeja Kris yang setengah terbuka, memperlihatkan kulit putih mulus idaman setiap wanita. “Menurutku…. Kris gege paling populer dimataku,” jawabnya sembari mengelus pelan perut Kris, “Hemmm seharusnya kita melakukan pose ini di depan kamera,”
“Maaf mengganggu,” tiba-tiba Chen –manajer Dain- datang, wajahnya kusut dan lelah. “2 jam lagi kuliahanmu dimulai, segera ganti baju dan bergegas.”
Dain menatap angkuh manajernya lalu mencium pipi Kris. “See you later gege, senang bisa bertemu setelah sekian lama,”


Hwang Dain adalah model di sebuah manajemen modeling terkenal di Korea Selatan, dia memulai debut sejak SMA dan kini aktif di pemotretan iklan-iklan maupun promosi brand terkenal, kali ini ia menyelesaikan pemotretan untuk promosi merk pakaian dalam yang terkenal. Dain ramai dibicarakan di dunia model karena wajah bagaikan manekin serta professionalitas yang ia tunjukkan sejak debut, membuat model-model pria senang bekerja sama dengannya sekaligus membuat model-model wanita iri akan kesuksesannya.
“Sampai ketemu besok di kantor ya, jaga diri jangan membuat tubuhmu terluka atau makan berlebihan.” Pesan Chen sebelum Dain masuk kampus, “Ingat, tubuh adalah asset setiap model.”
“Nee,” jawab Dain malas, “Sampai besok Chen, kau juga istirahat yang banyak. Wajahmu kusam sekali, memperburuk penampilanmu.”
“Selamat siang teman model-ku yang seksi.” Sapa Tao, teman Dain. “Kalau kau tidak berangkat sama Kyungsoo pasti habis pemotretan, benar kan?”
“Dokyung?” tanya Dain, Do Kyungsoo adalah sahabat Dain dan yeoja itu memanggilnya Dokyung, “Kau tahu dong kalau aku diantar van hitam itu maksudnya apa, jadi tidak perlu tanya lagi.”
“Baiklah,” jawab Tao yang sudah biasa mendengar kritikan tajam Dain, “Lihat tuh si Kyungsoo datang.”
Dari kejauhan Kyungsoo melambai-lambai kea rah mereka berdua. “Aigoooo lelah sekali mengejarmu, memangnya kau tidak dengar panggilanku?”
Yeoja itu menggeleng, “Kalau kau memanggilku dari kejauhan ya mana kudengar kalau disini banyak orang, babo aniiya?”
“Wooooooo Hwang Dain mulai ngomel-ngomel lagi,” komentar Tao mengepalkan tangannya di mulut, “Sabar Kyungsoo-ya, anak ini memang suka marah-marah bercanda. Kau tahu dia kan?”
Kyungsoo mengangguk optimis, “Gwenchana, aku suka Dain yang seperti itu,” jawabnya sambil mengacak rambut yeoja berhati dingin itu lembut.
“Yak, rambutku acak-acakan nih~~ bisa tidak tanganmu tidak jahil?” tanya Dain ketus, “Sudah ya, aku masuk kelas dulu.”
Kyungsoo mengangguk, “Nanti kalau sudah selesai kirim pesan ya, hari ini aku bawa mobil,”
“Akhirnya sudah boleh menyetir sendiri? Chukkae~” ucap Dain berubah ekspresinya, dia selalu begitu kalau menyangkut mobil dan materi lain, “See you Tao, see you later Dokyung~”

.....

From: Hwang Dain

Aku sudah selesai, eodiga?


“Oh sudah mau pulang?” tanya Tao dengan wajah antusias, “Good luck, semoga hari ini jadi hari keberuntunganmu.”
Ia menepuk punggung Kyungsoo dan pergi sementara Kyungsoo pergi ke kelas Dain, hari ini Kyungsoo akan memberikan sesuatu kepada yeoja itu; sesuatu yang sudah lama ingin diberikan.
“Bagaimana kuliahnya?” tanya Kyungsoo ramah, “Kalau dilihat dari wajahmu sepertinya tak ada kesulitan.”
“Babo aniiya? Aku pusing tahu, kenapa kau bisa bilang begitu?” jawab Dain ketus. Yah dia memang selalu ketus setiap hari, “Mobilmu diparkir dimana, aku lelah nih mau segera istirahat. Tidak apa-apa kan?”
“Em…… sebentar lagi kok, tidak jauh.” Jawab Kyungsoo dengan wajah bingung yang polos, “Oh iya ada kopi hangat nih untukmu, akhir-akhir ini jadwalmu padat kan? Ini supaya lelahmu berkurang.”
“Gomawo,” jawab Dain mengambil kaleng kopi dengan cuek, “Tapi… tumben sekali kau bawa mobil, memangnya mau pergi kemana?”
Kyungsoo menggaruk kepala canggung, “Em….. hari ini aku mau mengajakmu ke sungai Han sebelum mengantarmu pulang,”
“Maaf, tapi aku lelah sekali. Bisakah kau antar aku pulang saja?” tanya Dain menunjukkan muka ketusnya yang tadi sempat menghilang, “Kenapa harus kesana, aku tidak mood.”
“Soalnya….. aku mau kau menerimaku tepat disana,” tiba-tiba Kyungsoo mengatakan sesuatu yang aneh, “Naeggeohaja.”
Dain menatap Kyungsoo bengis lalu tertawa merendahkan. “Ha… hahahahahaha…. Apa yang kau punya sampai berani menyatakan perasaanmu padaku? Kau punya uang, mobil atau apartemen yang bisa membahagiakanku sampai kita tua? Pikirkan itu Dokyung-ah, kita ditakdirkan untuk bersahabat.”
“Tapi aku mau aku jadi lebih dari sekedar teman untukmu…” jawab Kyungsoo dengan wajah merah dan mata berkaca kaca, “Aku rela tubuhku remuk hanya demi memenangkanmu dari Tao, dia juga menyukaimu tapi aku lebih dari itu, aku menyayangimu~!!”
Dain menghela napas berat, “Kau tahu kan kalau aku ini model, jika ada fans yang menghajarmu aku tak bisa lakukan apa-apa. Kecuali kau punya modal untuk kencan denganku sehingga fans mengerti, tapi…. Kau hanya orang biasa.” Jawabnya merendahkan Kyungsoo, “Kalau aku pacaran dengan Kris gege yang tampan, kaya raya dan seksi mungkin fans akan mengerti. Ingat Dokyung-ah…. aku tak mencintaimu, kamu cuma namja biasa dan aku melindungimu dari fans-ku, arraseo?”
Dain yang awalnya memegang pintu mobil menutupnya dan berjalan keluar kampus, “Kalau niatmu bawa mobil untuk menjadikanku kekasihmu…. Aku takkan terima, oh iya aku juga tak mau melukai perasaan Tao karena keputusanmu yang egois. Ingat itu,”
Dain menggunakan headsetnya dan berjalan cepat, tak peduli Kyungsoo memanggilnya berkali-kali karena ia muak dengan sahabatnya yang satu itu. Dain pikir Kyungsoo buta karena menyukainya, sebenarnya yang ia katakan tidak sepenuhnya salah. Tapi….. itu cukup menyakiti perasaan Kyungsoo.
"Kenapa kau tidak pernah mendengarkan namja itu sekali saja?!”
Tiba-tiba Dain terpaku mendengar suara itu, siapa yang mengatakan hal tadi?
“Dain-sshi… awas!!”
Yeoja itu menengok kea rah Kyungsoo dengan heran, lalu… sinar lampu dari truk terasa menembus pandangannya….

.....

“Eish… yeoja ini, kenapa harus aku yang mengurusnya? Ah sudahlah yang penting akhirnya bisa bertugas lagi setelah lama menganggur…”
Dain membuka matanya, seharusnya ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya… namun yang ia rasakan pada tubuhnya adalah rasa ringan, “Dimana aku?”
“Oh sudah bangun?” tanya namja yang tadi mengoceh didekatnya, “Aku Lay dan aku adalah malaikat penjagamu mulai hari ini,”
Dain mengeryitkan alis heran, “aku tidak butuh malaikat penjaga. Chen sudah cukup, mana dia?”
“Hahahaha kau tak bisa menemuinya lagi,” kata malaikat Lay, “Kau kan sudah meninggal.”
Yeoja berwajah jutek ini membelalakkan matanya kaget, “mworago, kau bilang aku meninggal? Maldo andwae!! Tadi kan aku baru pulang, lalu Dokyung memanggilku dan tiba-tiba aku disini.”
“Kau harus mempercayainya,” jawab Lay tenang, ia mengambil remote dan menyalakan proyektor di depannya, “Mari kita lihat kronologi meninggalnya yeoja berumur 19 tahun dengan nama Hwang Dain,”
Dain melihat kilas balik kejadian saat ia dipanggil Kyungsoo, “Eh, aku tertabrak truk? Jadi suara Dokyung yang memanggil itu karena….. aish, maldo andwae~~ aku ini model yang baru mencapai puncak kesuksesan, kenapa aku harus mati sekarang?!” sergah Dain galak, matanya merah menahan tangis.
“Tuhan menghukummu karena kau mengabaikan semua kenikmatan yang Beliau berikan,” jelas Lay, “Kau punya Suho; rekan kerja yang baik dan professional tapi kau malah bilang dia membosankan. Kalau bukan rekomendasi Suho beberapa tahun lalu mungkin sekarang kau belum debut jadi model.”
“Lalu kau punya Chen yang sigap mengenaimu, tapi kau tidak pernah memperhatikan kesehatannya sekalipun. Suatu hari ia masuk rumah sakit karena flu berat tapi kau memaksanya masuk kerja.” Jelas Lay panjang lebar, “Lalu kau punya sahabat sebaik Kyungsoo dan Tao yang selalu peduli padamu meskipun kau tidak peduli pada mereka. Tahukah kau, mereka nyaris memutuskan persahabatan mereka karena memperebutkanmu; yeoja yang bahkan tidak punya kepedulian terhadap sekitarnya.”
“Aish itu kan salah mereka yang memiliki perasaan padaku!!” jawab Dain semakin galak, “Sekarang kembalikan aku ke tubuh semula atau kau akan menyesal!!”
Lay tertawa ramah, “Hahahaha kau mengancamku? Dengar nak, percuma saja kau mengancam malaikat. Yang ada kau yang akan menyesal karena….. aku bisa menjadikanmu arwah penasaran selamanya.”
“Ah jinjja, kure kure… mianhaeyo!!” ucap Dain gusar, “Jadi…. Apa yang bisa kulakukan supaya bisa kembali atau pergi ke surga??”
Lay mengambil file berisi dokumen, “Hem…. kau dapat misi yang bagus untuk kembali ke tubuh asalmu, misi yang menarik,”
Dain serta merta ingin menarik file itu namun kalah cepat dari Lay, “Yak, beritahu aku ppali~!! Aku masih ingin hidup untuk melanjutkan karirku, aku ini masih model pendatang~~ jebaliyeyo~~”
“Baiklah akan kubacakan dokumen ini, kau harus mendengarkannya baik-baik,” ucap Lay sembari membuka dokumen, “Pemohon ini dikabarkan sekarat dan akan mati, tapi ada suatu permintaan yang belum ia penuhi yaitu menikah dengan namja idamannya. Itu tugasmu, hidup di dunia si pemohon dan mengabulkan permintaannya. Mudah kan?”
“Kure, itu gampang sekali!!” jawab Dain optimis, “Cepat kirim aku ke tubuh si pemohon, aku harus cepat-cepat kembali ke tubuhku dan melanjutkan hidup~”
Lay mengangguk, “Aku akan mengunjungimu setiap malam jadi jangan khawatir akan keadaanmu nanti oke?”



“Dia bernafas lagi, tolong panggil relatifnya~!!”
Dain membuka mata, ruangan tempat ia dikirimkan penuh cahaya bagai kamera yang siap menyorotnya,
“Noona, noona-ya gwenchana?? Aigo kupikir dia akan mati, aku tak punya siapa-siapa lagi kalau dia benar-benar meninggal huhuuhuhu~” seorang namja dengan mata sipit dan menangis di sebelahnya, “Sera noona jawab aku, bagaimana keadaanmu?”
“Em…. Noona?” tanya Dain, “Kurasa aku tidak punya saudara.”
Namja itu bingung karena jawaban Dain, upsssss apa aku salah bicara? batin Dain dalam tubuh asing ini. “Tentu saja punya, aku ini dongsaengmu Sehun~~ kau tidak amnesia kan??”
“Eo? sepertinya tidak,” aduuuuuh kenapa badan ini rasanya remuk redam, apa yang gadis ini lakukan pada tubuhnya? Batin Dain, “A…. apa yang terjadi?”
“Luhan…. Luhan gege~!! Kemarilah, Sera sudah sadar!” panggil Sehun –yang kini jadi dongsaeng Dain- keluar kamar, lalu muncullah namja lain dengan muka sempurna bagaikan boneka.
“Sera, ini Luhan. Kau pasti ingat apa yang terjadi, tidak apa-apa kau bisa mengatakan semua pada Sehun….” Ucapnya, ahhhhh jadi Luhan ini orang Cina? Oke fine, batin Dain lagi. Tapi…… apa yang terjadi oleh yeoja ini kan aku tidak tahu, jadi… apa yang harus kukatakan?
“Ma… maaf, sepertinya aku tidak ingat.” Dain mengambil jalan pintas dengan mengatakannya seperti demikian, untuk membuat Sehun maupun Luhan tenang.



“Hasil menunjukkan saudari Kim Sera mengalami pelecehan seksual meskipun tidak secara intim,” jelas dokter, “Sang pelaku melakukan pemukulan di sekujur tubuh dengan benda tumpul dan tas yang saudari gunakan dibawa oleh mereka.”
Dain terkejut dengan hasil visum si pemohon yang direkomendasikan oleh malaikat Lay, kenapa yeoja ini bisa mengalami pelecehan seksual sementara dia sudah dewasa? Umurnya saja 3 tahun lebih tua dariku, batin Dain. Selama beberapa saat Dain selalu membatin karena takut keceplosan.
“Kamu yakin tidak ingat sama sekali tentang kejadian tersebut?” tanya Sehun lagi, “Luhan gege….. benarkah noonaku ini dirampok?”
“Aku menemukannya di basement 2 hari yang lalu tapi aku tak tahu dia dirampok atau tidak.” Jelas namja cina yang namanya Luhan ini, “Restoran tempatku dan Xiumin bekerja tidak jauh dari kantor Sera tapi waktu itu Xiumin sudah pulang. Aku menemukannya terkapar disana sekitar pukul 7,”
Ah sialan, semua ini membuatku pusing Batin Dain sambil memegang kepalanya, “Maaf, bisakah saya istirahat sekarang? Saya lelah.” Jawab Dain. Aku harus segera menemui Lay untuk penjelasan lebih lanjut~!!
“Baiklah.,” jawab Luhan, “Tadi kulihat teman kantormu sedang menunggu di pintu depan, kau harus segera kembali.”



“Sera-sshi…. Masih ingat bos-mu kan?” tanya namja yang datang bersama seorang namja lain, “Aku Chanyeol dan ini karibku Baekhyun, aku merindukanmu loh~”
Loh, kenapa jantung ini berdebar debar? Batin Dain yang belum terbiasa dengan keadaan tubuh yang lemah sekaligus punya sifat yang tertutup ini, “Gomawo … ini kalian yang beli?”
“Chanyeol yang beli,” jelas Baekhyun, Dain menemukan gelagat aneh dengan namja yang bernama Chanyeol itu… dia mengunci pintu kamar ini, “Apa kabar Sera-sshi? 2 hari yang lalu itu benar-benar berita yang mengerikan,” ucap Baekhyun sembari menarik rambut Sera pelan.
Ah tidak mungkin pria ini yang merampok Sera, Ucap Dain dalam hati, aigo…. aku tidak bisa bergerak~ amarahku tak bisa kukeluarkan dalam tubuh yang pemalu dan lemah ini!! apa mereka hendak melecehkan Sera?
“Ada apa Sera-sshi?” tanya Chanyeol dengan seringai mesum, “Bagaimana kalau sedikit kecupan, pasti menyenangkan~~” ucapnya sembari tertawa dan menarik dagu Dain sementara yeoja itu belum mengerti situasi yang ia hadapi, selain itu… jantung Sera juga berdebar aneh setiap melihat Baekhyun. Jangan bilang kalau dia ingin menikah dengan…… teman dari Chanyeol yang mesum ini, aish kenapa yeoja ini bodoh sekali sih??
“Lawan,” terdengar suara Lay memenuhi kepala Dain, “Kuizinkan kau mengeluarkan emosimu kalau yeoja ini berada dalam masalah. Kim Sera bersifat tertutup dan mudah tertindas khususnya oleh Chanyeol, ia selalu dibully oleh namja ini karena Sera adalah asistennya.”
Lalu jantung yang berdebar debar ini, jangan bilang kalau dia suka namja yang namanya Baekhyun ini?? tanya Dain, tapi Lay tidak menjawab; dia menghilang sesuka hatinya
Saat Chanyeol hendak mencium pipi Sera, Dain menepisnya. “Haruskah kulaporkan kalian pada keamanan atau suster?? Singkirkan tangan kotormu dariku dasar sampah busuk, aku tak peduli kau bos-ku atau bukan karena kau melecehkanku!!”
Dan sudah ia duga, Chanyeol tertegun sembari berkata, “Mworani, kenapa kau berubah jadi kasar huh? Apa yang rampok itu lakukan sampai-sampai kau berubah sikap seperti ini?”
“Anii…. Kurasa kau terlalu berlebihan kali ini Chanyeol-ah.” Jawab Baekhyun, “Dia kan sedang sakit, jahilnya nanti saja kalau dia sudah sembuh.”
“Kurasa saat sembuh pun aku takkan mau dijahili oleh namja mesum ini,” sifat asli Dain keluar dan membuat Sera terlihat aneh, “Sehun-ah!! Kemari, usir namja ini karena mereka mengganggu waktu istirahatku!!”
Secepat kilat Baekhyun membuka kunci kamar dan Sehun-pun masuk, “Permisi…. Ada apa noona? Tumben sekali kau teriak-teriak.”
“A…. anii, tidak apa-apa. Memangnya aku tidak pernah teriak?” tanya Sera yang merasa kalau Baekhyun, Chanyeol dan Sehun menatapnya dengan wajah heran. Aigoo aku lupa kalau yeoja ini introvert, pantas saja mereka melihatku seperti ini. ah jinjja memalukan sekali~~ batin Dain.

Bersambung..

Minggu, 05 Juni 2011

Saengil Chukka habnida, Dongwoon oppa :D

Tanggal 6 Juni, oppa kita yang ganteng ulang tahun yang ke 20 loooh~~


Saengil chukkahabnida oppa ^^ semoga Beast semakin sukses~


Semoga oppa makin ganteng ^0^




Dan nggak takut lagi sama serangga, hehehehehe~~

Minggu, 29 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Last Chapter)


Shin Hyunyoung story…

Astaga… negara kegelapankah ini? Mengapa begitu gelap dan menyeramkan??
Aku memandangi langit yang bernaung diatasku. Warnanya seperti langit yang mendung tiada henti, lalu…. Kulihat beberapa sayah hitam yang sedang berterbangan dengan bebasnya. Wajah mereka mayoritas menakutkan dengan luka yang tidak wajar di wajahnya, ada juga yang badannya penuh dengan tato sedang duduk dan… sepertinya menangis.
“Ya ampun… bahkan dunia ini baunya sangat… omona~” aku terkejut melihat bangkai sesosok manusia yang terbakar dengan bau yang sangat busuk…. Sepertinya manusia itu akan bertransformasi menjadi seorang malaikat hitam.
Di bawah lereng gunung kegelapan terlihat kumpulan manusia yang sedang berbaris. Tubuh mereka penuh dengan luka dan darah yang mengucur kemana-mana. Mereka berbaris menuju suatu pintu yang mengeluarkan suara yang amat menyiksa telinga apabila satu manusia sudah masuk ke dalamnya.
Lihatlah…. Bahkan neraka tidak pernah tidur.” Aku terkesiap mendengar sesosok malaikat hitam yang berdiri membelakangi rumpun tempatku bersembunyi, “Tidak heran, manusia tidak pernah puas membuat kesalahan. Makanya, itu yang mereka dapatkan.”
Mereka disuruh kerja paksa kan disana? Hahahaha benar-benar pekerjaan yang paling menyebalkan.” Jawab temannya yang bertanduk, “mereka saja masih mengeluh karena pekerjaan itu. Bagaimana kaum kita yang langsung mati kalau membuat kesalahan kecil? Malaikat putih yang memaksa seorang gadis untuk melayaninya saja bisa dijadikan malaikat hitam. apalagi kalau malaikat hitam aslinya? Kita bisa diberi vonis dengan tato-tato itu kan?
Iya.. kau tahu kan Yong Junhyung kembali hari ini?” tanya temannya lagi, “Ia akan segera menjalani hukumannya loh. Tepat di depan para tetinggi kegelapan, ketika langit menjadi begitu gelap sehingga kita tidak bisa menggunakan mata kita.
Ah sayang sekali ya kita tidak bisa menyaksikan kematian malaikat hitam paling jahanam senegara ini.” Sahut si tanduk sambil mengepakkan sayapnya dan segera pergi bersama temannya entah kemana. Aku menelan ludah mendengar percakapan kedua malaikat hitam itu. Aku harus segera mencari Junhyung oppa secepat mungkin, kalau tidak… ia bisa segera mati.
“Tapi……….. dimana tempat para tetinggi kegelapan itu?” ucapku bingung. Kan aku tidak punya peta dunia ini~~
Tiba-tiba kalung pemberian Hyunseung oppa memancarkan sedikit cahaya yang bertuliskan,

Sidang para petinggi biasanya di puncak gunung kegelapan. Pergilah kesana, tapi jangan sampai ketahuan. Malaikat hitam sangat suka memakan energi manusia.

Memakan manusia?? Astaga, bagaimana ini? Bagaimana aku bisa pergi kesana kalau ketahuan saja bisa dimakan malaikat hitam??
“Apa yang harus kulakukan ya?” ujarku bingung. Bahkan aku tidak tahu harus mencari Junhyung oppa kemana dulu baiknya. Pelan-pelan aku menuruni bukit tempat aku mendarat dari duniaku, dan celingukan mencari tempat persembunyian.
“Ya ampun… bahkan mayat yang mati tidak dikubur, malah berserakan seperti ini.” Keluhku sambil bergidik jijik karena tidak sengaja menginjak sebuah lengan di jalan.
GREB…!! Aku terkejut melihat lengan yang tak sengaja kuinjak itu hidup kembali dan menyatukan tubuhnya.
Jantungku berdetak cepat. Omona…. Bahkan di dunia kegelapan ada zombie~!!!!

.....

Haaaah…… haaaaaaaaaah……….. haaaaaaaaaaaaaaah……
Aku berlari sebisa mungkin menghindari para zombie itu. Sudah banyak zombie yang bangkit kembali karena merasakan energi manusia yang ada pada diriku. Saat aku bertanya pada kalung pemberian Hyunseung oppa, ia tidak menjawabnya. Itu berarti tidak ada solusi untuk menyamarkan diriku, mau tidak mau aku harus bertahan!!
“Aigo… aku capek sekali dan, ………… !!!” aku tak bisa menjerit karena sangat terkejut dengan kehadiran para zombie yang sepertinya sudah mengetahui tempat persembunyianku. Aku berlari lagi sambil mengusap peluhku dan menenangkan jantungku yang amat sangat ketakutan.
BRUK!! Tak sengaja aku tersandung batu dan membuat lututku berdarah. Matilah aku, keberadaanku sebagai manusia bisa dengan cepat menyebar dan aku akan………
Tiba-tiba seluruh kawanan zombie yang mengejarku itu musnah dan hancur berkeping keping di depanku. Yang tersisa hanyalah sesosok malaikat hitam bertubuh kecil yang sepertinya masih muda.
“nona, apa kau tersesat menuju pintu neraka?” tanya anak itu. “Ikut aku, kalau para sayap hitam lain tahu ada manusia disini… kau bisa mati.”
Ia menjulurkan tangannya dan segera setelah aku meraihnya, ia melesat terbang melewati awan-awan gelap dan langit yang kelabu. Terbangnya cepat sekali, bahkan aku hanya merasa seperti berpindah tempat dalam satu waktu saja.
“Kau aman disini sekarang.” Jawab sayap hitam itu, “dilihat dari penampilanmu…. Sepertinya kau tidak bisa ke neraka karena dosamu hanya sedikit. Lalu…. Kenapa bisa ada disini?”
“Eh….. halo, namaku Hyunyoung.” Akhirnya mulutku baru bisa terbuka dan mengucapkan bahasa malaikat. “Aku…… kemari untuk menyelamatkan temanku. Aku berasal dari dunia manusia.”
Sayap hitam itu terkejut, “Kau berasal dari dunia manusia? Nekad sekali~!!” katanya, “Tapi…. Sepertinya kau punya relasi dari sayap putih ya?”
Ia memandangi kalung yang kupakai saat ini, “Itu…. Kalung cahaya, hanya malaikat putih lah yang bisa membuatnya. Mereka memberikan petunjuk setiap orang yang memakainya bertanya, kau punya teman seorang malaikat putih?”
Aku mengangguk perlahan, “Aku… punya kekasih dan dua sahabat yang bersayap putih. Oh iya, kamu punya nama?”
“Ya, namaku eodum.” Jawab sayap hitam yang penuh dengan wawasan itu, “Teman yang ingin kau selamatkan itu…….. siapa?”
“Namanya…. Yong Junhyung.” Jawabku. Entah kenapa tiba-tiba wajah eodum yang polos berubah menjadi merah dan sedikit menyeramkan.
“Lebih baik kau pulang. Junhyung ditakdirkan mati hari ini, tidak ada yang bisa melawan keputusan petinggi kegelapan.” Jelas eodum, “Kau bisa dijebloskan ke neraka atau mati, apalagi kau manusia.”
Aku menggeleng dengan penuh kepastian, “Aku tidak peduli, yang penting aku bisa menyelamatkan Junhyung oppa.” Jawabku. “Tolong aku eodum, bawa aku ke puncak gunung kegelapan saat dunia ini sudah semakin gelap.”
Eodum awalnya ragu-ragu, lalu ia berkata. “Hemh…. Inikah yang namanya sebuah pengorbanan? Manusia tentu punya banyak perasaan yang tidak dimiliki oleh malaikat ya. aku jadi ingin kesana.”
“Kau…. Pasti kesana, kalau kau berniat untuk bereinkarnasi.” Jawabku mantap, “Asal kau jangan menyesal dengan apa yang sudah digariskan ke dalam kehidupanmu. Entah kau dilahirkan sebagai manusia biasa atau sebagai seorang perempuan.”
Eodum mengangguk, “Baiklah nona, aku mengerti. Mari ikut aku ke dekat puncak gunung, karena dunia ini sudah hampir menggelap.”
Aku menggenggam tangan Eodum dan segera terbang. Awan hitam yang bergumul gumul terlihat sangat dekat sekali di mataku.

.....

Beberapa waktu kemudian, Eodum berhasil membawaku ke puncak gunung kegelapan tampat Junhyung oppa akan divonis mati. Ia menyembunyikanku tepat di dekat sel-sel tahanan.
“Oh… itu Junhyung oppa.” Ucapku saat melihat Junhyung oppa yang digiring oleh jubah hitam melayang ke sebuah tempat.
“Yong Junhyung? Malaikat paling jahanam di Negara kegelapan? Astaga… kenapa kau malah ingin menolongnya?” tanya Eodum yang tak menyangka semua ini. “Ia membunuh ayahnya yang murni keturunan dewa kegelapan, ia meniduri 3 gadis dan salah satunya ada yang bunuh diri karena ia tak mau bertanggung jawab dan… ia divonis merebut kekasih dari seorang malaikat putih.”
“Astaga, tidak mungkin. Junhyung oppa tak pernah berhasil merebutku, mereka salah sangka~!!” ucapku panik. Eodum hanya menggelengkan kepala atas ketidak tahuannya.
“Maafkan aku Hyunyoung… aku hanya mendengar semua keluh kesah para petinggi tentang… oh, sidangnya sudah mulai~!”
Selamat datang kepada dewan tertinggi Negara kegelapan. Hari ini… kita akan memvonis malaikat paling dicari, paling diburu, sekaligus paling jahanam di dunia ini. Silahkan! Bawa tahanan itu kemari,” ujar malaikat berjubah yang mempunyai kalung berbentuk tengkorak. Dari pintu diseberangnya, terlihat Junhyung oppa yang diseret oleh para algojo berjubah dan dengan kasarnya, mereka menghempaskan tubuh oppa di depan semua petinggi itu.
Baiklah, saya akan membacakan kesalahannya.” Ujar yang membawa sebuah buku tipis, “Yong Junhyung, malaikat hitam yang dibuang bersama ibunya ke dunia manusia karena lahir dari pernikahan terlarang. Membunuh ayah kandungnya yang merupakan keturunan langsung dari dewa kegelapan, menodai 3 gadis dan menyebabkan salah satunya mati karena ia tidak mau bertanggung jawab, mengabaikan peringatan peringatan yang tertulis di tubuhnya, dan….. diduga merebut kekasih dari seorang malaikat putih.
Seluruh petinggi langsung ramai membicarakan tentang perkara yang terakhir, “Memalukan! Apa kau tidak tahu diri?! Berani merebut kekasih malaikat putih yang jelas-jelas tidak pernah mencintaimu, dasar jahanam!
Benar! Bahkan kau tidak pantas menjadi malaikat hitam. kau lebih pantas menjadi seekor iblis!” cetus yang lainnya pedas. Aku menggeleng ketakutan karena mendengar ini, nafasku tak beraturan, dan jantungku terus berdebar kencang.
“Hyunyoung… sudah kubilang, kau tidak akan bisa melawan mereka. Keputusan sudah bulat.” Kudengar sayup sayup suara Eodum yang terdengar khawatir. Di sisi lain, aku masih mendengarkan keputusan sang petinggi.
Nah Yong Junhyung! Bersiaplah menghadapi kematianmu,” ujar salah satu petinggi mendekati Junhyung oppa yang masih terlihat membungkuk di depan mereka. “Tubuhmu akan musnah~!! Dan semua memori tentangmu yang melekat di pikiran orang-orang di sekitarmu akan menghilang!!
BZZZZZT~!!! Tiba-tiba sebuah laser merah ditembakkan ke punggung Junhyung oppa sehingga ia terguling dan berteriak kesakitan.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrggggggghhhhh~!!!!”
BZZZT~!!! Satu tembakan lagi mengenai jantungnya, jeritannya semakin keras dan menyiksa telingaku.
Entah kekuatan apa yang membawaku… tiba-tiba aku memutuskan untuk memanjat dan berlari mendekati Junhyung oppa yang terlihat kesakitan.
“Hentikan!! Jangan sakiti dia lagi!!” aku menghalau sang petinggi dengan kedua tanganku.
Hah, siapa kau?! Bagaimana bisa manusia memasuki negera kegelapan sebelum mati?!?!” tanya sang petinggi itu dengan muka yang emosional dan penuh dengan kemurkaan. Sementara malaikat hitam lain berkasak kusuk semakin keras setelah kedatanganku.
Junhyung oppa memegangi tanganku dengan gemetaran, “Hyun… Hyunyoung-sshi. kenapa bisa ada disini?”
“Ceritanya panjang oppa, yang jelas aku kemari untuk menyelamatkanmu.” Ucapku pelan, “Wahai para petinggi kegelapan, Yong Junhyung tidak pernah merebut kekasih malaikat putih. Ia belum berhasil merebutnya, oleh karena itu tolong cabutlah hukumannya!”
Hah, kenapa dengan sok tahunya kau bisa bilang begitu?! Memangnya kau siapanya dia?!” tanya petinggi lain dengan kasar.
Aku bangkit dan berdiri dihadapan semua petinggi, “Aku adalah………… kekasih dari malaikat putih itu.”
Seluruh petinggi semakin riuh mendengar pengakuan yang aku buat, “Tapi tetap saja dia punya niatan untuk melakukan hal itu dan ia divonis bersalah! Sekarang minggir atau aku akan membunuhmu juga!
“Mianhae Hyunyoung-sshi… nega…. Jeongmal saranghaeyo.”
Tiba-tiba Junhyung oppa melempar tubuhku dan sang petinggi itu berhasil menorehkan lasernya bertubi-tubi ke tubuh Junhyung oppa.
“Andwae… andwae!!!!!!” air mataku merebak melihat Junhyung oppa yang ditembaki seperti itu, aku segera menghampiri tubuhnya dan………… laser itu berhasil menembus ulu hatiku dan memecahkan kalung pemberian Hyunseung oppa.
Seluruh petinggi kegelapan tercengang dengan apa yang kulakukan barusan. Perih dan panas menjalar dengan hebatnya ke seluruh tubuhku.
“Kkkk……. Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” tubuhku rasanya terbakar api neraka. Meskipun begitu, aku tetap menguatkan kesadaran dan terus memegangi Junhyung oppa.
“Hyun… Hyunyoung-sshi?!” sayup sayup kudengar suara Junhyung oppa yang menyesakkan dada, “Wae… wae?! Kenapa kamu melakukan ini padaku? Kenapa kau berkorban demi aku...?!?!”
Andwae…. Aku tidak bisa menahan kesadaranku lebih lama lagi, bagaimana ini? “Karena…. Aku….. aku…”
Tiba-tiba…… kurasakan pecahan kalung yang masih ada di leherku mengeluarkan cahaya. Berkumpul….. berkumpul… dan berkumpul membuat sebuah sosok….. sosok malaikat putih.
Hyunyoung….. Hyunyoung-sshi tetaplah sadar, kini aku sudah bersamamu.
Aku tak percaya….. Hyunri unnie ada di depanku dengan penampilan yang cantik sekali….
Wahai para tetinggi kegelapan… Kenalkan, dia adalah adikku Shin Hyunyoung.” Ucap unnie sambil membungkukkan badan, “Dan saya adalah Hyunri, dewan tetinggi dari Negara cahaya.
Semua petinggi kegelapan terkejut mendengar kata-kata unnie, “Dia adalah adik dari petinggi Negara cahaya? Mustahil!!
“Baiklah…. Kami tidak ingin membuat keributan dengan dewan Negara cahaya. Apa maumu?” tanya petinggi yang berkalung tengkorak.
Unnie membungkuk lagi, “Aku ingin…. Kalian membebaskan Yong Junhyung dari hukumannya. Seperti yang bisa anda semua lihat, adik saya mencintainya. Ya… mencintainya sebagai seorang kakak. Aku akan memberikannya utusan bersama dengan Yoon Doojoon untuk menjaga adikku hingga adikku menikah dengan kekasihnya.
Aku terkejut mendengar pernyataan unnieku, “Baiklah kalau itu maumu, sekarang aku akan bertanya kepada adikmu. Wahai manusia….. benarkah kau mencintai Yong Junhyung? Berikan buktinya pada kami, dan kami akan menarik semua hukuman dan kesalahannya.
Aku menatap Junhyung oppa yang masih tak percaya dengan pernyataan barusan, dan Hyunri unnie yang terus mendukungku untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku merangkul pundak Junhyung oppa yang lemah dan berkata…..
“Ya, aku mencintainya. Aku mencintai oppa yang selalu ada untukku kapan saja dan dimana saja, dan aku akan membuktikannya.” Ucapku mantap, “Oppa… maaf kalau selama ini aku tidak jujur kalau aku mencintaimu.”
Kumantapkan hatiku, lalu kurebahkan Junhyung oppa di lantai…. Dan kucium bibirnya cukup lama dengan air mata yang bercucuran….
Maafkan aku Hyunseung oppa…… aku janji hanya hari ini aku mencium Junhyung oppa. Ini akan menjadi ciuman pertama dan terakhir untuknya, aku rela melakukan ini asal……….. ia tetap hidup disampingku.

.....

Epilog…

“Apa mempelai pria berjanji… akan selalu hidup dalam susah maupun senang bersama dengan sang mempelai wanita?” tanya sang saksi pernikahan.
Namja itu mengangguk dan mengatakan, “Saya bersedia.”
Sang saksi memastikan kepada ayah sang mempelai wanita untuk menjawab setuju. Lalu saksi berkata, “Sekarang… keduanya sah menjadi suami istri. Mempelai pria boleh membuka cadarnya dan mencium mempelai wanitanya.”
Sang namja membuka cadar yang menutupi wajah yeoja yang sudah sah menjadi istrinya itu, “Apa sekarang kamu bahagia, noona?”
Sang yeoja mengangguk dan mencium bibir sang mempelai pria dengan mesra….

.....

“Ahhhhhhhhhhhhhh aku tidak menyangka keluarganya Sun Miyoung sangat kaya. Ia terlihat sederhana dimataku.” Ucap Doojoon oppa sambil meminum sojunya, “Bahkan mereka merayakan pernikahan mereka dengan cara tradisional dan internasional.”
“Nee….” Jawab Hyunyoung, “Lalu….. siapa lagi nih yang akan menyusul?” tanyanya sambil melirik Kikwang dan Sunghyo yang duduk bersebelahan.
Dongwoon tertawa mendengar perkataan Hyunyoung, “Yang jelas… kami masih lama, noona. Soalnya kan aku belum lulu kuliah.”
“Yak… Hyunyoung kan tidak menanyai kamu, yehehehehe malu nih ye.” Ledek Minri dibalas dengan pelukan Dongwoon terhadap yeoja chingu nya yang bertubuh kecil itu.
Saat mereka sedang bersenda gurau, Junhyung datang dengan senyum khasnya, “Annyeong yeoreobun…. Maaf tadi aku mengobrol agak lama dengan Yoseob di dalam, jadinya terlambat kemari.”
“Wah……. Ada manusia yang berani mendatangi kumpulan kita, hahahahaha.” Ujar Doojoon sambil memeluk Junhyung, “Bagaimana kehidupanmu setelah menjadi manusia?”
Junhyung tersenyum. Ya, setelah kejadian yang cukup menyita waktu di negera kegelapan… Hyunyoung berhasil menyelamatkan Junhyung dan meminta Hyunri untuk mengubah namja itu menjadi manusia biasa. Kemudian ia berhenti kerja menjadi penjaga pantai, dan serius menekuni karirnya menjadi penyanyi di klub-klub malam.
“Annyeong Hyunyoung….” Sapa Junhyung sambil merangkul pundak yeoja itu, “Mana Hyunseung?”
“Oppa…. Dia sedang dalam perjalanan kesini, ia menjenguk keluarganya 2 hari yang lalu dan berjanji akan menghadiri pernikahan Yoseob dan Miyoung unnie.” Jawab Hyunyoung, “Bagaimana? Kau menemukan seorang yeoja yang menarik hatimu oppa?”
Junhyung hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum, “Mollaeyo…. Aku sedang tertarik dengan seorang bartender wanita di klub ku yang bernama Heo Dumming. Tapi…. Mungkin aku akan berpikir dua kali untuk mendekati yeoja tomboy itu.”
Hyunyoung mengangguk sambil menuangkan soju untuk Junhyung dan Doojoon yang kini sedang meniti karir dengan bekerja menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan.
“Doojoon oppa, bagaimana dengan kencan butamu? Kau menemukan seseorang yang menarik perhatianmu?” tanya Minri
Doojoon menggeleng dengan muka tidak puas, “Biarpun Hyunyoung sudah mengijinkanku…. Tapi aku hanya menganggap para yeoja itu seperti sahabatku sendiri. Ah entahlah, biarkan saja semuanya berjalan. Nanti juga ketemu sendiri.” Jawabnya sambil menuang soju lagi, “Bagaimana dengan kalian, yak…. Kikwang-sshi… Sunghyo-sshi…”
“Ah yeoreobun… kenapa kalian menanyakan soal pernikahan terus sih kepada kami?” tanya Kikwang dengan wajah yang memerah karena malu, “Sunghyo…. Ingin melanjutkan kuliah S2 nya, jadi aku harus sabar menunggu sembari menabung untuk masa depan kami, hehehehehe.”
Sunghyo mengangguk, “Kikwang juga ingin menata kembali taman ria-nya karena jabatannya sekarang adalah kepala bagian manajemen di taman ria itu. Dia ingin membuat wahana yang lebih seru dan meningkatkan minat anak-anak untuk berkunjung kesana. Benar kan jagiya?”
Hyunyoung memandangi sahabatnya yang sudah memadu kasih sejak SMA itu, dia masih tidak menyangka kalau Yoseob akan mendahului kedua pasangan itu karena hubungan mereka masih tergolong lebih lama dibandingkan dengan hubungan Yoseob dengan Miyoung.
“Oh, lihat! Miyoung unnie kemari~!! Annyeonghaseo pengantin baru~~~” goda Minri dan yang lainnya kepada Miyoung, sementara yang diledeki hanya tersenyum malu. “Chukkahabnida~!!!”
“Nee.. gomawoyo yeoreobun…. Aku lelah sekali harus menemani keluarga kami berdua di dalam sana, makanya aku minta ijin untuk pergi kesini.” Ungkap Miyoung yang terlihat sangat cantik seharian ini, “Oh iya Hyunyoung…. Hyunseung mana?”
Belum sempat Hyunyoung menjawabnya, tiba-tiba Junhyung menyeletuk, “Yak…. Namchin mu baru datang tuh dari langit. Sana jemput dia, nanti dia tersesat loh.”
Hyunyoung melihat sekilat cahaya yang menembus masuk ke dalam gudang di rumah Miyoung dan segera berlari menghampirinya, “aku segera kembali oke?”
Segera setelah Hyunyoung sampai… masih terlihat pendaran cahaya di sekitar sayap Hyunseung yang besar dan indah. Ia mendapati kekasihnya itu sedang merapihkan bajunya yang agak kotor.
“Oppa… aku disini.” Ucap Hyunyoung sambil mendekati Hyunseung, “Kenapa tidak pergi dengan mobil sih? Kan bahaya kalau ada orang yang melihat oppa.”
“Aku takut terlambat, mengingat kalau sudah malam, jalanan agak padat.” Jawab Hyunseung yang menyender di pilar jendela dan menarik lengan Hyunyoung lembut, “Hyuncat… nega bogoshippeoyo.”
Hyunyoung tersenyum dengan wajah yang memerah, “Nee… aku juga merindukanmu oppa. Dan… merindukan sayap sayap ini.”
“Ahahahaha sayap-sayap…” ucap Hyunseung sambil tertawa kecil. “Mau jalan-jalan sebentar denganku?”
Alis Hyunyoung mencuat naik, “Yak… oppa kan belum memberi selamat kepada Yoseob dan Miyoung unnie. Tidak sopan dong sudah datang tapi belum memberi selamat.”
“Sejujurnya… aku sudah menyelamati mereka beberapa jam sebelum kedatangan kalian. Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu.” Ucap Hyunseung sambil memegang pinggang Hyunyoung yang terbang mendekati bulan purnama yang terang…..
“Wah… terang sekali.” Puji Hyunyoung yang badannya meliuk liuk karena diajak berdansa oleh Hyunseung, “Gomawoyo oppa, sudah mempercayaiku pada waktu itu….. dan berkat kalungmu, aku bisa menolong Junhyung oppa dan bahkan bertemu Hyunri unnie.”
Hyunseung menggaruk kepalanya bingung, “Jinjjaeyo? Aku hanya mengumpulkan cahaya saja kok, tidak melakukan apa-apa. Wah… aku sehebat itu ya?”
Hyunyoung yang mendengar itu langsung memukul dada oppanya pelan, “Jangan keluarkan 4D mu sekarang dong oppa, ini kan sedang romatis romantisnya~”
Mereka saling berpandangan dan…. Berciuman di antara awan-awan , semilir angin, langit hitam…. dan, tidak lupa cahaya bulan yang membuat semuanya menjadi indah…

Tamat.





Big thanks to:

Damar unnie yang tidak pernah lelah membaca karangan saya yang berjuta juta ini :)
Gomapta unnie ^^, keep support me for another fanfiction~

Sabtu, 28 Mei 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 24)

Shin Hyunyoung story…

“Yong Junhyung ibnida…”
“Ah…. Mianhae Hyunyoung-sshi…”
“Hhhhh Hyunyoungie… kau selalu membuatku sakit kepala kalau kau sedih... jangan terlalu banyak bersedih ya?”
“Aku tidak peduli, aku akan selalu ada untukmu Hyunyoung-sshi, aku akan selalu bersamamu.”
“Saranghae Hyunyoung, aku mencintaimu.”


Tiba-tiba aku teringat dengan semua kata-kata yang dilontarkan Junhyung oppa padaku, dan air mataku mengalir…. Mengingat kata yang terakhir…
“Hyuncat….. kenapa kamu menangis? Apa ada sesuatu yang membebanimu?” tanya Hyunseung oppa sambil mengusap air mataku, “Aku akan membantumu, jangan khawatir.”
Aku mengangkat kepalaku dari dada Hyunseung oppa dan berdiri, “Aku….. ingin bertemu Junhyung oppa.”
Dan sudah kuduga, Hyunseung oppa pasti akan merubah ekspresinya dan berkata, “Andwae…. Kau tidak bisa menemui dia.”
“Gomanhae!! Kenapa sih oppa selalu melarangku menemuinya?! Ada apa?? Kenapa aku tidak boleh bertemu dengannya?? Dia oppaku juga, Kittyoppa!!” seruku tersinggung, “Apa kamu tidak percaya kalau aku hanya mencintaimu?”
Hyunseung oppa terdiam dengan mata yang masih terbelalak dan bingung, “Aku percaya kamu…. Hanya masalahnya….. aku tidak bisa menjelaskan kenapa kamu tidak bisa menemuinya.” Ucap Hyun oppa, “Karena ini…. Perintah Doojoon-sshi.”
Aku menghentakkan nafas keras-keras, “Hah.. Doojoon oppa?! Jeolte aniiyo!! Junhyung oppa yang selalu menemaniku disaat kalian berdua tidak bisa, dan…. Sekarang kalian melarangku menemuinya?! Hah kalian pasti bercanda.”
Aku mengambil tas dan berlari ke teras sambil menggunakan sepatu, dibelakangku Hyunseung oppa memanggil dengan nada ketakutan, “Jebal, jangan bilang kau akan kerumahnya. Hyuncat~~ please, kau tidak akan mengerti kenapa kamu tidak boleh menemuinya lagi.”
“Maka itu aku mencoba mengerti dengan pergi kerumahnya. Jaelgeo~!!” ucapku sambil membanting pintu dan berlari menuju rumahku yang jaraknya lumayan dekat dari rumah Hyun oppa. Kuambil sepedaku dan kukayuh secepat mungkin.
Mianhae Kittyoppa, aku tidak mengerti juga… kenapa aku punya firasat yang kuat untuk menemuinya…. Bukannya aku tak mau menuruti perkataanmu, tapi…. Aku merasa Junhyung oppa sedang dalam bahaya. Aku… hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Batinku sambil terus mengayuh sepeda.
“Oh… Hyunyoung-sshi?? kau mau ke…. Kyaaaaa!!!”
Tanpa sadar aku menubruk dua orang di depanku yang ternyata adalah Yoseob dan Miyoung unnie, “Ah jesonghabnida unnie, gwenchana?”
“Aduh….. gwenchana Hyun-sshi.” ucap Miyoung unnie yang dibantu berdiri oleh Yoseob, “Kenapa terburu-buru sekali, memangnya mau kemana?”
“Aku mau ke rumah Junhyung oppa. Memangnya kenapa?” tanyaku sambil membetulkan sadel sepeda. Tapi yang kulihat Yoseob menggeleng dengan wajah yang takut.
“Mianhae Hyunyoung-sshi.” tangan Yoseob menerjang mataku dan….. tiba-tiba semua menjadi ringan dan gelap.

~~~~~

Sun Miyoung story…

“Mianhae Hyunyoung-sshi…”
Tiba-tiba Yoseob menutup mata Hyunyoung dan ia pingsan seketika. Aku yang melihatnya tak kuasa menahan takjub.
“Yoseob-sshi…. apa yang kamu lakukan? Kenapa Hyunyoung bisa pingsan begini???” tanyaku panik.
Namja chinguku mengangkut Hyunyoung dengan mudah di pundaknya, “Aku membuatnya pingsan. Kita tidak bisa melarang-larangnya lagi, karena ia pasti akan bersikeras kesana. Tadi aku mendengar telepati dari Hyunseung hyung kalau ia berniat pergi ke rumah Junhyung goon.”
Aku terkesiap mendengar perkataan Yoseob, “Yak… terus mau diapakan Hyunyoung yang sedang pingsan ini? Kita kan mau pergi ke…. Suatu tempat. Hyunseung sudah tidak bisa menghalaunya lagi, Doojoon sedang dirumah Junhyung. Minri sedang kerja dan Dongwoon sedang kuliah, ottokke??”
“Ya…. kita bawa saja dia bersama dengan kita,” ucap Yoseob santai. “Memangnya kita mau kemana sih?”
Ah… beginilah kalau mengajak pergi tidak memberitahu tujuannya. Rencana bisa berantakan~
“Ke rumah kedua orang tuaku.”

.....

“Omonim jesonghabnida…. Yeoja ini adalah dongsaengku, dia sedang sakit sehingga membawanya kemari, tidak apa-apa kan?” tanya Yoseob yang masih memanggul tubuh Hyunyoung; menyebabkan keterkejutan yang luar biasa diantara appa dan ummaku.
“Oh gwenchana nak….. yeobo, lihat namja chingunya Miyoung~ omona…. Ia kuat sekali ya??” puji umma berbisik bisik sambil menunjuk Yoseob, “Ototnya sampai bertonjolan begitu~~”
“Hem…. Dulu aku juga sering memanggulmu kalau kau terjatuh atau semacamnya,” ujar appa yang sepertinya merasa tersaingi *capek deh* “Apa…. Kau pernah diangkut olehnya seperti itu, Miyoungie?”
Aku yang syok mendengar pertanyaan appa hanya bisa geleng-geleng, “Aku… melarang Yoseob untuk melakukan itu terhadapku. Ehe… ehehehehehe. Aku permisi dulu mau mengecek keadaan dongsaengnya.”
Aku kabur dari hadapan appa dan umma yang menanyai hal-hal aneh kepadaku, lalu menghampiri Yoseob yang sudah menaruh Hyunyoung di tempat tidurku.
“Berapa lama lagi sampai ia tersadar? Sana… kamu mengobrol gih dengan appa dan umma.” Jawabku sambil melirik Hyunyoung yang masih terlelap. “Kan kamu yang minta aku untuk mengenalkan orangtuaku?”
Yoseob menggaruk kepalanya dengan malu-malu, “Oke Miyoungie…. Beritahu aku kalau Hyunyoung sudah sadar.” Jawabnya sambil mencium dahiku dan pergi ke ruang makan tempat orangtuaku sedang mengobrol.
Aku duduk di meja belajarku dan menatapi beberapa pigura foto dari masih TK sampai selesai perguruan tinggi, ah… rasanya rindu sekali.
“Hyunyoung-sshi…. mianhae, kami tidak akan membiarkanmu pergi kerumah Junhyung goon.” Ucapku pelan sambil menengok ke arah yeoja yang masih pingsan itu.”Beliau….. akan segera pergi. Pulang ke tempat ia berasal, dan………. Menerima semua hukuman yang dijatuhkan kepada dirinya. Ia….. takkan bisa kembali.”
Mataku menjadi panas… mengingat saat ia meminta maaf padaku, lalu kami mengobrol sebentar…. Dan tiba-tiba tubuhnya ambruk dan tak pernah bangun kembali.

~~~~~

Shin Hyunyoung story….

Mianhae, kami tidak akan membiarkanmu pergi kerumah Junhyung goon….. segera pergi…. Menerima semua hukuman yang dijatuhkan kepada dirinya…..
Ia….. takkan bisa kembali.


Aku terbangun dari pingsanku. Sialan, pasti Yoseob membuatku pingsan saat ia menutup mataku. Persis seperti kejadian di bianglala waktu itu….
Tapi… kenapa aku merasa mendengar suara Miyoung unnie ya saat aku pingsan tadi??
Dan ngomong-ngomong….. ini dimana?
Kulihat Miyoung unnie sedang duduk di sebuah meja belajar sambil bersenandung kecil. Aku berjalan mendekatinya dan…… menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan sesuatu.
“Seandainya saja aku bisa ke tempat Junhyung untuk mengiringinya. Mungkin beban yang ditanggung olehnya akan sedikit berkurang,” jawab Miyoung unni sambil menghela napas berkali-kali, “Tapi…. Aku tidak tega melihat prosesi pengirimanmu ke…..”
Aku membekap mulut Miyoung unnie dengan cepat. Karena ia panik dan berusaha menjerit, kupitar kursi nya menghadapku. Kupandangi matanya dengan pandangan memohon, “Jebal….. jangan beritahu Yoseob kalau aku sudah sadar. Ia akan membuatku pingsan lagi, aku tidak mau…”
Miyoung unnie mengangguk dengan mata yang berkaca kaca, lalu aku mulai bertanya. “Kenapa semua orang melarangku ke rumah Junhyung oppa? Marebwa unnie, jebal…”
Aku melepas tanganku dari mulutnya dan membiarkan unnie berbicara, “Hyunyoung-sshi…. yang kami lakukan ini hanya semata-mata supaya kau tidak bersedih.”
“Apa yang terjadi?? Aku tadi mendengar unnie mengatakan… kalau ia tak bisa kembali. Memang ia kemana?” tanyaku semakin penasaran, “Tolong jujur padaku, aku tidak mau dihalangi dan dibohongi lagi.. unnie mengerti kan perasaan seorang yeoja kalau dibohongi??”
Tak terasa mataku memanas dan air mataku tumpah. Miyoung unnie hanya mengangguk sambil memegangi pundakku, “Hyun.. yang harus kau lakukan setelah mendengar ini adalah…. Menguatkan hatimu.”
“Nee… asal unnie jujur padaku.” Jawabku tegas, “apa yang terjadi dengan Junhyung oppa, Miyoung unnie?”
“Hhhhhhhhhhhh Yoseob pasti akan memarahiku setelah ini.” Keluh Miyoung unnie, “Junhyung….. akan kembali ke Negara kegelapan tempat appanya berasal, dan ia akan menjalani semua hukumannya. Ia… tak akan pernah kembali Hyun-sshi….. ia ditakdirkan untuk mati hari ini.”
Jantungku berdetak cepat mendengar perkataan unnie, jadi ini sebabnya mereka tak mau memberitahuku dan hanya menghalangiku?? “Jahat…. Kenapa tidak bilang dari awal?? Kenapa semuanya menyembunyikan ini dariku?! Kalau kalian bilang sejak awal, mungkin aku… mungkin aku tidak sesedih ini~!!”
“Mianhae Hyunyoung-sshi… Doojoon yang menyuruh kami. Jebal, kuatkan perasaanmu. Kamu tidak bisa kesana, kekuatan kegelapan milik Junhyung terlalu kuat. Kau yang belum pernah diserap energinya oleh beliau bisa mati kalau mendekatinya~~!!” rujuk Miyoung unnie dengan mata memohon, “Jebal… jangan kesana. Ingatlah, kau masih punya kami semua…. Kau masih punya Hyunseung yang mencintaimu. Jebal~!!”
Aku melepaskan tangan unnie perlahan dan membuka jendela kamarnya untuk segera pergi, “Tapi… hidupku tak akan pernah seindah ini kalau tidak diwarnai oleh Junhyung oppa. Aku harus merebutnya dari tangan petinggi kegelapan. Aku……. Harus membawanya kembali kesini, ke dunia ini.”

.....

“Hyunyoung-sshi!! apa yang kau lakukan disini?! Junhyung tidak ada disini!!” Doojoon oppa menerima kehadiranku dengan wajah yang ketakutan dan penuh emosi, “Jebal, pulanglah kerumah. Masakkan aku makanan yang enak buat makan malam nanti ya??”
“Kojimal~!! Aku tahu Junhyung oppa disini!” seruku sambil menepis tangan Doojoon oppa, “Aku tahu dia berbaring di…………. Junhyung oppa!!!!”
Aku melihat tubuh Junhyung oppa yang perlahan-lahan menghilang terbakar api dari yang muncul dari tulisan-tulisan di tubuhnya. Kikwang dan Sunghyo yang ada disana langsung menghalauku.
“Andwae!! Jangan mendekatinya, kau bisa terbakar hawa panasnya dan mati!” seru Kikwang
“Benar kata Kikwang, menjauhlah Hyunyoung-sshi…. kau bisa mati karena kamu belum pernah memberikan energimu padanya~!!” Sunghyo mendorongku jauh-jauh dari ruangan itu sekuat tenaga, “kau masih punya kehidupan yang menantimu, jangan biarkan hawa oppa menggerogoti nyawa dan energy…. Oh Hyunseung oppa?”
Kulihat di depan rumah ada Hyunseung oppa, Yoseob dan Miyoung yang datang dengan nafas yang terengah engah, “Maafkan aku hyung, Miyoung dipaksa memberitahukan semuanya oleh Hyunyoung.”
Hyunseung oppa mengangguk lalu mendekatiku dan menarik pergelangan tanganku, “Sudah kubilang kan? Aku….. tidak ingin membuatmu bersedih lagi.”
Tangisku meledak saat Hyunseung oppa mendorongku ke pelukannya, “Hajiman… hajiman… aku tidak ingin Junhyung oppa pergi. Andwaeyo~!! Jebal, bantulah dia agar ia bisa hidup kembali. Uhuhuhuhu~”
Hyunseung oppa mengelus kepalaku, lalu menengadahkan tangannya di udara… dan berkumpulah semua cahaya yang menaungi kami semua. Termasuk cahaya dari hati para malaikat putih yang suci.
“Susullah dia…. Akhir-akhir ini ia selalu memanggilmu lewat tato dan pikiran-pikiran kami semua, mungkin juga melalui semua kenanganmu.” Ucap Hyunseung oppa sambil mengalungkan sesuatu di leherku. “Kalung ini adalah lenteramu untuk kembali ke dunia ini. Bawalah Junhyung kembali….. kalau itu membuatmu bahagia.”
“Hajiman…. Jarang sekali ada manusia biasa yang berhasil ke negeri kegelapan dan kembali ke dunia ini. Tidak apa-apakah?” tanya Kikwang dengan suara yang khawatir.
Awalnya Hyunseung oppa terlihat ragu-ragu….. namun dalam sekejap, ia langsung mengangguk. “Kalung ini sudah terisi dengan penuh cahaya. Aku percaya kalau Hyunyoung akan menemukan jalan pulang ke pelukanku, karena aku mencintainya dan aku mempercayainya.”
“Gam…. Gamsahabnida oppa~!! Huhuhuhuhuhu mianhae sudah memaksamu, aku… merasa sangat bersalah.” Aku memeluknya erat-erat, “Saranghae oppa… jeongmal saranghaeyo..”
Hyunseung oppa melepas pelukannya, lalu Doojoon oppa ganti memelukku, “Semoga berhasil Hyunyoung-sshi… cepatlah pulang. Aku pasti akan merindukanmu, kau satu-satunya keluargaku.”
Teman-temanku dan Miyoung unnie juga bergantian memelukku, “Jebal….. jangan sampai kau tidak kembali dan meninggalkan kami untuk selamanya. Kami tidak bisa membayangkan kesedihan kami.”
“Kau selalu saja nekad seperti ini, Hyunyoung-sshi… sejak kita SMA dulu.” Ucap Yoseob sambil memelukku, “Tapi…. Itulah cirri-cirimu. Menandakan kalau kau cukup berani menghadapi semuanya, termasuk kematian. Itulah dirimu.”
“Hati-hati ya Hyunyoungie… pulanglah sambil membawa Junhyung goon dengan keadaan yang utuh,” Kikwang gentian memelukku, “Aku yakin kau pasti bisa.”
Tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat dari dalam kamar Junhyung oppa, dan saat dibuka…. Terlihat lubang yang besar berwarna merah menyedot semua yang ada di sekitarnya.
“Ppali…!! Itu portal menuju Negara kegelapan, masuklah kesana dan kamu akan segera sampai.” Hyunseung oppa memelukku erat sekali, “Aku percaya padamu Hyunyoung-sshi.. cepatlah kembali, aku.... sangat mencintaimu. arrajie?”
Aku mengangguk dan mencium bibir oppa cukup lama, “Nee, nado saranghae oppa. Aku pasti kembali.”
Setelah itu… aku segera berlari melewati portal yang gelap dan membuat kepalaku berputar-putar

Bersambung...