Jumat, 25 Mei 2012

Incredibly Mission (Level 3)

“Sera-sshi….” Panggil Chanyeol di belik meja kerjanya, tapi yang dipanggil tidak kunjung menyahut.
“Kim Sera~” panggilnya lagi, tak ada jawaban sampai akhirnya Chanyeol memutuskan untuk pergi ke meja kerja Sera dan…. Menemukan sekretarisnya sibuk menggambar. PLAK!! Chanyeol melempar Sera dengan gulungan kertas, “Yak!! Apa kerjamu disini untuk gambar-gambar?! Aku memperkerjakanmu bukan untuk hal sepele seperti ini!” Sera terkesiap, “Ah choisonghabnida sajangnim, ini tugas-tugas yang sudah saya selesaikan.” Ucapnya sambil mengelus kepala yang benjol, “Choisonghabnida….. saya terlalu antusias sehingga tidak mendengar panggilan.”
“Eo, siapa yang kau gambar?” tiba-tiba suara Baekhyun menggema di telinga Sera, membuat yeoja itu merinding dan langsung menyembunyikan gambarnya sembari menggeleng panik.
“Aniiya… bukan gambar siapa-siapa, tugas sekolahnya Sehun.” Jawab Sera gugup, “Me…. Memangnya kenapa?”
Baekhyun menggeleng, “Kukira bakat menggambarmu hilang semenjak kecelakaan itu, ternyata masih ada ya? aku senang~”
Mendengar hal itu, Sera tersenyum senang sementara Chanyeol berdecak. “Hah kenapa kau memuji anak ini? hemmm lihat ini, masih banyak laporan yang harus diketik ulang karena banyak yang salah ketik, kerjakan sekarang!” serunya sembari melempar kertas-kertas di meja Sera, yeoja itu tertegun melihat laporan bertumpuk karena kesalahan pengetikan yang ia lakukan.
“Masih sering salah ketik ya? kan kubilang mengetiknya hati-hati, tidak usah buru-buru asal benar.” Nasehat Baekhyun, “Kasihan kertas-kertas ini, nanti pasti dibuang. Kan sayang,”
Sera menggeleng cepat, “Tidak tidak, aku akan membawanya pulang untuk dijadikan coret-coretan atau sketsa gambarku. Tenang saja, aku juga tidak suka buang-buang kertas.” Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah.
“Hahahaha sepertinya kita sehati,” Jawab Baekhyun mulai canggung dengan pembicaraan mereka, ia menepuk pundak Sera pelan. “Ayo dilanjutkan mengetiknya, nanti kalau sudah selesai kita makan siang bersama. Mau kan?”
“Tapi… kalau sajangnim tahu bagaimana?” jawab Sera masih tergugup, “Nanti dia memukulku lagi dengan kertas-kertas.”
Baekhyun tersenyum tipis, “kan aku bisa mendengar semua keluhanmu, karena kita rekan kerja” ucapnya sambil mengacungkan jempol dan pergi, “fighting~” Dain yang ada dalam tubuh Sera menggumam dalam hati, Kenapa aku harus takut dengan pukulan-pukulan kertas itu? hah menyebalkan, kalau jadi Sera aku tidak bisa membentak atau melakukan hal kasar karena itu bukan siffat aslinya. Ah jinjja, malas sekali kalau ditahan tahan seperti ini~!!
“Yak kenapa wajahmu bertekuk tekuk seperti itu, tidak suka dengan perintahku barusan?!” tiba-tiba Chanyeol menyeletuk dari meja kerjanya sambil mengacungkan kepalan tangan, “Tidak baik bersungut sungut di depan bos, harus kau tahu itu!!”
“Choisonghabnida,” Dain kembali lembut seperti tadi, Ah aku lupa rasa kesal bisa tersalurkan dari ekspresi wajah, lain kali aku harus hati-hati, Gumamnya sambil melanjutkan ketikan, dalam waktu 20 menit semua laporan telah diselesaikan. Dain kini terbiasa dengan tuntutan kerja cepat ala Chanyeol sajangnim.
“Tidak ada yang salah lagi kan?” tanya Chanyeol sambil membaca-baca laporan baru, “Yasudah, nih belikan makan siang. Karena kamu kerjanya cepat hari ini kamu dapat bonus 20 menit buat makan siang.”

.....

Sore harinya…

“Sera-sshi… rumahmu dimana?” tanya Baekhyun yang hari ini pulang bersama Sera, “Dirumahmu ada siapa saja, apa kau punya binatang peliharaan?”
“Emmmm kurasa tidak, rumahku…. Em dimana ya? aku agak lupa hahaha~” jawab Sera linglung, Dain belum ingat jalan yang harus ia lewati kalau pulang atau berangkat kerja, “Makanya aku mau jemput dongsaengku di cafe soalnya dia yang menuntunku pulang setiap hari.”
Baekhyun mengangguk dan mengikuti Sera masuk ke dalam café, disana mereka disambut ramah oleh Sehun. “Noona sudah pulang ya, kok lebih cepat?”
“Bos-ku hari ini sedang berbaik hati hehehehe, berapa jam lagi sampai shift-mu selesai?” tanya Sera, “Hai Luhan, selamat sore.”
“Senang sekali melihatmu yang ceria, Sera. Ngomong-ngomong siapa namja itu, pacar barumu?” tanya Luhan mengintip dari balik dapur. Sera menggeleng dan Baekhyun menjelaskan,
“Bukan, aku rekan kerjanya. Kami berada di satu divisi, aku manajernya Park Chanyeol sajangnim sementara Sera sekretarisnya.”
“Oh… masih muda sudah jadi manager? hebat sekali,” puji Luhan sambil keluar dapur dan membuka apron yang ia gunakan lalu menaruhnya di gantungan, “Mau kubikinkan sesuatu sebelum kami pulang?”
“Tidak usah, nanti Sehun harus mencuci gelas lagi. Kan kasihan,” jawab Baekhyun. Tiba-tiba HPnya berdering tanda pesan masuk, ia membacanya dan ekspresi wajah yang sedikit berubah. “Sera-sshi, sepertinya aku tidak bisa pulang bersamamu hari ini karena Chanyeol mencariku heheehe sampai besok~” ucapnya sambil keluar dari pintu kafe, membuat Sera tertegun.
“Kurasa ada yang jantungnya berdebar debar dari tadi,” celetuk Sehun, “Aku tak percaya namja itu mau mengantar noona pulang, kalian jadi akrab ya semenjak kecelakaan itu?”
Sera menyikut adiknya yang sedang mengelap meja, “Yak, kenapa kau meledekku terus? Gomanhae~” jawabnya malu-malu, membuat Sehun semakin senang.
“Hei Sehun, sampai kapan mau kamu lap terus meja-nya? ayo absen dan pulang.” Tegur Luhan yang sudah berganti baju, “Aku harus pergi ke tempat Xiumin jadi kunci kamu bawa ya? Besok kamu harus datang lebih pagi, mengerti?”
“Baiklah hyung sampai besok.” Jawab Sehun setelah “Bagaimana keadaanmu hari ini noona, apa kepalamu masih sakit seperti kemarin-kemarin?”
Sera menggeleng dengan senyum, “Sudah tidak lagi, ayo cepat absen dan pulang. Aku lelah sekali.” Ucapnya sambil keluar kafe diikuti Sehun.
Saat di perjalanan menuju rumah, tiba-tiba seorang namja berteriak kea rah Sehun, “Yak Sehun-ah, pem bolos!! Rasakan kau, kini Playstation-mu jadi milikku. Appa yang mengambilnya karena kau tidak bayar uang sewa Hahahaha~~” katanya sambil memeletkan lidah, Dain yang ada di dalam tubuh Sera merasa terganggu.
“Siapa sih dia, kenapa dia mengenalmu?” tanya Sera yang mulai ketus, “Menyebalkan sekali,”
Sehun tidak melakukan apa-apa, hanya menarik Sera ke belakangnya. “Sudah biarkan saja, dia anak pemilik kontrakan yang sudah kita tinggalkan beberapa bulan yang lalu. Omongannya tidak ada yang benar karena dia memang agak gila.” Jawab Sehun. “Hei Kim Jongin, aku tidak bolos karena aku pergi kerja sekarang. Bukan seperti kamu yang menghabiskan uang appa-mu karena percobaan bunuh diri-mu!”
Tiba-tiba anak yang namanya Kim Jongin itu datang menyerbu Sehun, “Berisik, aku tidak menghabiskan uang appa. Bilang saja kau iri karena orangtua-mu sudah meninggal kan?!”
Mendengar itu, emosi Dain meledak dan keluarlah sifat aslinya. “Hei nak, berapa umurmu?”
“Hah aku? Umurku 18 tahun, kenapa?” tanyanya ketus. Tak sabar lagi, Dain mencengkram baju anak itu geram. Namja nakal itu berubah wajahnya jadi ketakutan.
“Pernahkah kau diajarkan orangtua-mu untuk berbicara seperlunya?” tanya Dain dengan suara mengancam, “Kau sudah dewasa kan, jaga mulut sialanmu itu atau kau akan kehilangan apa yang kau miliki sekarang apapun itu.”
Sehun terkejut dengan perilaku noona-nya, “Noona, apa kamu tidak enak badan, ada apa denganmu?” tanyanya sembari namja aneh tadi meronta-ronta karena kerah bajunya belum dilepaskan oleh Dain yang ada di dalam Sera.
“Le…. Lepaskan aku yeoja aneh, lepaskan aku michinyeon!!” katanya kasar, Dain yang sadar karena nyaris melewati batas emosi Sera langsung melepaskannya. “Bicara sekali lagi bocah aneh!!” Dain mengacungkan kepalan tangannya, “Kau mau mati hah?!”
Namja bernama Jongin itu lari terbirit-birit, “Sial, siapa yeoja ini? gara-gara kecelakaan itu Sera berubah jadi orang lain, dia bukan Sera noona lagi. Mengerikan!!” katanya. Sehun menatap tajam kea rah Jongin berlari lalu menatap kakaknya dengan wajah heran.
“Biasanya noona Cuma melewati gangguan Kai dengan wajah terganggu, kenapa sekarang seperti ini?” tanya Sehun, “Noona memang seperti…… orang lain.”
Dain menelan ludah, bagaimana kalau ada yang tahu bahwa sesungguhnya aku bukan Kim Sera? “Yah…. Kurasa aku cukup trauma dengan apa yang telah menimpaku, jadi sudah saatnya mengambil aksi dan membela diri kan?” jawab Dain setengah gugup, “Aku tidak bisa bela diri, tapi dengan perkataan kurasa cukup.”
Sehun mengangguk meskipun ia masih heran dengan kelakuan noona-nya, “Sejak kapan noona belajar makian seperti tadi? Kurasa itu kasar dan tidak pantas untukmu.”
Aduh, kenapa Sehun banyak menanyakan hal seperti ini? batin Dain lagi, “Kurasa aku belajar dari film dan serial drama di TV, banyak makian yang keluar dari ibu mertua yang kesal kepada menantunya hahahaha~” jawab Dain garing.
“Oh baiklah tapi jangan sering-sering, tak cocok.” jawab Sehun tersenyum tipis, “Kai itu temanku waktu SMA, tapi dia tidak lulus dan stress. Apalagi setelah mengetahui aku punya peringkat tertinggi untuk ujian akhir, dia beberapa kali mencoba bunuh diri tapi berhasil diselamatkan.” Jelas Sehun. “Dia sering membuatku kesal tapi itu semata-mata karena butuh perhatian.”
Dain mengangguk, “Haruskah aku minta maaf kepada appa-nya karena bicara kasar? Sepertinya dia syok saat aku mengepalkan tinjuku ke arahnya,” tanya Dain sambil garuk kepala
“Tidak usah, dia tidak pernah cerita ke appa-nya kalau dia tidak terluka atau cedera.” Jawab Sehun, “Dia mungkin kaget karena biasanya noona sembunyi si belakangku dan diam saja, tapi sekarang… noona melawannya hehe~”
“Kurasa begitu,” jawab Sera sambil menguap. “Kaja kaja…. Aku mengantuk nih, ingin cepat-cepat bertemu kasur~”



Tao menatap jam-nya khawatir, ia ambil HP-nya dan memencet nomor telepon sahabat yang dia tunggu dari tadi.
“Do Kyungsoo, kenapa kau tidak segera kemari? Aku terlambat kuliah nanti!” sergahnya kesal, namun yang ia dengar malah makian dari yeoja yang sepertinya adalah umma Kyungsoo.
“Kamu mau kerumah Dain lagi, bagaimana dengan tugas-tugasmu?! Lihat hasil ujian tengah semester-mu, semuanya C!! kalau beasiswa-mu dicabut bagaimana, kau mau berhenti kuliah?!” makinya tak henti, “Sahabat memang penting tapi kuliahmu lebih penting!! Sudah berapa kali kamu bolos karena menemani Dain?!”
Tao menelan ludah, “Kyungsoo…. Apa kau disana?”
“Nee,” jawab Kyungsoo sambil menarik nafas, “Kau dengar kan apa yang umma-ku ucapkan? Beliau memberiku kuliah tambahan setiap aku pulang dari rumah Dain jadi… kurasa mulai sekarang aku tak bisa menemaninya secara teratur, mianhae~”
“Lalu aku harus minta tolong siapa? Rumah Dain selalu sepi, tidak ada keamanan atau pembantu. Aku takut dia dalam bahaya nanti,” jawab Tao khawatir.
“Telepon Chen hyung saja,” usul Kyungsoo, “Tapi jangan paksa dia karena dia sibuk dengan model-model lain. ah…. Kurasa Chen hyung tak bisa.”
Tao menghela napas, “Cepat beritahu aku supaya aku bisa menghubungi beliau sekarang.”
“Menghubungi siapa?” tanya seseorang dibelakang Tao yang ternyata adalah Kris, “Huang Zitao, kamu tidak kuliah?”
“Suho hyung saja, dia cukup bertanggung jawab kalau masalah jaga menjaga.” Jawab Kyungsoo bersamaan dengan kedatangan Kris, “Sudah ya, aku ada tugas menumpuk. Sampai nanti,”
Telepon mati dan Tao masih diam, “Em…. Kenapa anda bisa kenal saya? Apa kita mengenal satu sama lain?” ia buka mulut setelah Kyungsoo tak bicara lagi di telepon. “Dain cerita dia punya dua sahabat dan salah satunya berkebangsaan China seperti aku,” jawab Kris berkharisma, “Kenalkan, aku Kris. Dain sering jadi partner-ku maupun Suho.” Katanya sambil mengangkat tangan Tao dan menjabatnya.
“Jadi….. Suho itu juga model?” tanya Tao bingung, “Maaf aku tidak mengerti,” Kris mengangkat tangannya perlahan, “Tidak apa, memang dunia permodelan itu membingungkan. Ngomong-ngomong kau tidak kuliah?”
“Em… kurasa aku terlambat, aku tidak bisa meninggalkan Dain sebelum ada orang lain yang menjaga. Tadi aku sudah telepon Chen tapi dia sedang sibuk dan terserang flu, sekarang aku mau menghubungi Suho.” Kata Tao, ia hendak memencet HPnya tapi langsung dihentikan oleh Kris.
“Hari ini aku tidak ada jadwal, bagaimana kalau aku saja?” tanya namja itu, “Aku dan Dain teman dekat, kau harus mempercayaiku.”
Tao gamang dengan ucapan Kris, “Apa kau bisa kupercaya? Aku tak terima kalau motifmu meminta persetujuan karena kita sesama orang China.”
“Tidak tidak…… aku memang teman baik Dain, kau bisa cek di galeri HP-nya. Banyak sekali foto kami berdua,” jawab Kris tenang, “Ngomong-ngomong bisakah kau bicara lebih sopan? Kau ini didi-ku.”
Wajah Tao berubah pias, “Maaf, kukira kita seumuran. Baiklah, kupercayakan Dain pada gege. Aku pulang kuliah agak larut jadi kalau mau pulang tolong beritahu Chen atau aku.”
Kris mengacungkan jempol, “Lebih baik kau segera berangkat kuliah, jalanan padat sekali.” Katanya tenang, Tao mengangguk dan pergi setelahnya. Kris tersenyum, kini hanya dia dan Dain berdua.
“Wajahmu pucat sekali Hwang Dain, ekspresimu pudar dan senyummu hilang…. Bagaikan meninggalkan dunia namun tak rela,” ucap Kris menelusur wajah Dain yang pucat, “Kurasa…. Kau pergi ke tempat dimana kau punya tugas berat disana, benarkah demikian?”
Tentu saja Dain tak menjawab karena ia koma, Kris yang menyadarinya Cuma tertawa kecil. “Tentu saja kau tidak bisa jawab karena kau sedang koma, terkadang aku memang bodoh hihihi maaf.” Ucapnya, lalu dielus rambut dan pipi Dain lembut. Mata Kris menatap karibnya itu dengan binaran melankolis.
“Cepatlah sadar, banyak yang merindukan kehadiranmu… termasuk aku.”

.....

“Kurasa aku akan terserang flu, bisakah kau sembuhkan sekarang?” tanya Dain di mimpi tidur sore-nya, ia bertemu Lay yang wajahnya terlihat senang kali ini.
“Hari ini kau melakukan hal yang luar biasa, Sera disana sedang memperhatikanmu sekaligus melakukan introspeksi diri untuk menyesuaikan keadaan yang akan ia hadapi nanti,” jelas Lay, “Maukah kau kuajak jalan-jalan ke tempat tubuhmu berada? Tak ada yang akan melihat kok,”
Wajah Dain tertekuk lagi, “Tidakkah kau dengar permintaanku, aku nyaris terserang flu!! Tolong sembuhkan~!!” serunya ketus, membuat rambut Lay terbang karena energi yang Dain keluarkan didepannya.
“Oh kau minta kesembuhan? Level kehebatanku belum sampai disana, aku masih malaikat pemula yang menemani seseorang menjalankan tugas~” jawab Lay sembari menari di depan Dain, membuat yeoja itu semakin kesal.
“Kalau aku pilek dan tidak bisa menjalankan tugasmu bagaimana, kau mau tanggung jawab hah?!” serunya lagi, “Ah jinjja, kenapa kau menjengkelkan sekali Lay?? Hentikan tarian anehmu didepanku!”
Dain yang tidak sabar menarik narik baju putih Lay sehingga nyaris copot, “Eiiiiii mau kau apakan bajuku? Baju malaikat ini sangat berharga, jangan kau nodai.” “Kau mau mati hah??” sergah Dain sambil mengepalkan tangannya dan Lay melebarkan tangannya didepan yeoja itu.
“Malaikat tidak bisa mati karena dia tidak hidup,” jawabnya tenang, “Pukulanmu takkan menyakitiku, jadi lebih baik hentikan ancamanmu karena semuanya percumaa~~” Dain memanyunkan mulutnya, “Menyebalkan, kalau begitu ajak aku jalan-jalan saja deh. Cepat~!!”
Tiba-tiba Lay membalikkan badannya, “Waktuku untuk bicara padamu sudah habis, cepat kau bangun!!” jawabnya sambil mendorong tubuh Dain dan membuatnya bangun ke alam nyata.



Keesokan harinya…

“Haaaaaatsyiiiiiiiiiiiiii~!!” Sera bersin sekerasnya, ia menggosok hidung dengan kesal. “Kenapa tidak bisa disembuhkan, ah mengganggu sekali penyakit ini. haaaa….. haaaaaaaaaaaaaatysiiiiiiii~!!”
“Kurasa ada seseorang yang butuh perlindungan hari ini,” ucap suara berat sambil memilin rambut Sera lembut, “Ayo kita ke dokter~~”
Bulu kuduk Sera berdiri mendengar suara yang ternyata milik Chanyeol, “Ah kkapjaggiya, ternyata ada sajangnim. Maaf aku sedang sibuk, masih ada laporan yang belum selesai.”
“Tapi kesehatanmu itu nomer satu, ayo kita ke dokter.” Ajak Chanyeol, “Oh iya…. Dulu saudaraku pernah sekolah dokter dan aku diajarkan ilmu-nya sedikit, mungkin bisa kupraktekkan kalau kau bersedia.” Jawabnya sambil membalikkan kursi Dain dan mendekatinya, “Wah lihat hidung merah ini, pasti gatal sekali.”
“Emmmmmm mianhae, aku tak mengerti apa yang sajangnim ucapkan.” Ucap Sera mencoba tenang, Chanyeol memilin rambut Sera dengan wajah mengganggu yang nakal, membuat yeoja itu berdebar debar. “Berhenti mengangguku jebal~”
“Mwo, kenapa kau bilang aku mengganggumu? Aku kan…. Hanya mengajakmu ke dokter, atau kau mau kita main dokter-dokteran?” tanya Chanyeol dengan wajah semakin jahat, Dain yang ada di dalam tubuh Sera berpikir. apa yang harus kulakukan supaya sajangnim mesum ini berhenti?
“Permisi, satu paket makan pagi dan kopi caramel untuk Park Chanyeol,” tiba-tiba seseorang datang dari luar kantor yang ternyata adalah Xiumin. “Chanyeol-ah… apa kau disitu? Chanyeol-ahhhh~~”
Dain menghela napas dalam hati, untung saja Xiumin datang. Betapa tidak enak ya kalau Baekhyun oppa tidak ada disini, aku bisa dijadikan sasaran terus menerus, batinnya. “Yeogi, Chanyeol sajangnim sedang bersamaku.”
“Oh baru kalian berdua yang ada di kantor?” tanya Xiumin mengintip ke meja kerja Sera, “Chanyeol-ah, makan pagimu sudah kutaruh di meja ya. mau bayar sekarang apa nanti?”
Sementara Chanyeol pergi, Dain bertanya tanya lagi. Begitukah kelakuan Chanyeol kalau sedang lapar? Aneh sekali~

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar