Sabtu, 26 Maret 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 16)

Author story…

“Andwae, Yoseobie…. Aku tidak bisa menerimanya~!!” Hyunyoung roboh dan menangis sekencang-kencangnya, sementara Yoseob hanya bisa memeluk punggungnya.
“Mianhae, Hyunyoung-sshi….. jarang sekali terjadi kasus seperti ini, tapi aku yakin dia akan segera pulih.”
“Ottokke?? Keadaan seperti itu tidak mungkin pulih di dunia manusia, Yoseobie….” Jawab Hyunyoung sambil memeluk lututnya dan terus menangis, “Kalaupun pulih, kemungkinannya kecil…”


.....

Keesokan harinya..

“Annyeonhaseo Dongwoon-sshi, kamu masih sendiri disini?” tanya Miyoung yang pagi ini datang tanpa Yoseob, “Hyunyoung-sshi dan Yoseob-sshi belum datang?”
Dongwoon menggeleng sambil merapihkan meja kasir, “Ada berita buruk, jadi Yoseob hyung mungkin akan terlambat datang.”
“Mwo? Berita buruk apa?” tanya Miyoung terkejut, “Kalau yang masalah kecelakaan Hyunseung itu sih aku sudah tahu. Bahkan Yoseob menyuruhku pulang duluan karena Hyunyoung-sshi tidak mau pulang dari sana dan terus menangis. Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi disana.”
“Nah.. noona sudah tahu sendiri kan?” jawab Dongwoon sambil tersenyum nakal, “Lalu.. apa Yoseob hyung mengirim pesan pada noona untuk berangkat kerja duluan?”
Miyoung mengangguk sambil mengecek isi pesan, “Iya sih, dia menyuruhku untuk menemanimu di midimarket sementara ia akan masuk pada malam hari. Jadi kita tidak bertemu sama sekali deh.”
“Hahahahaha tapi noona benar-benar temani aku ya, hari ini aku juga tidak bisa bertemu Minri noona karena dia sedang melakukan training dari atasannya.” Jawab Dongwoon, “Oh iya, Kikwang-sshi sudah sembuh loh.”
“Jinjja? Wah.. cepat sekali ya. dia pasti terlalu sering memakan energy listrik rumahnya supaya cepat pulih, semoga tagihannya tidak terlalu mahal. Hahahaha” canda Miyoung.
Dongwoon tersenyum lagi dan membiarkan Miyoung absen dan mempersiapkan segalanya. Omona… sehari bersama Dongwoon? Pasti akan aneh sekali, secara kita memang kurang dekat satu sama lain. Batin Miyoung, ia menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, ottokke? Bisa bisa aku mati gaya nih kalau berada di dalam jangkauan namja arab itu~~
“Em… noona….” Panggil Dongwoon dengan suaranya yang besar; membuat sekujur tubuh Miyoung merinding dibuatnya, “Bagaimana kalau kita pergi ke pantainya Sunghyo noona, sehabis pulang kerja? Tidak ada salahnya kan?”
“Bolehkah? Apa kau punya banyak waktu? Kudengar kau sedang melanjutkan kuliahmu yang sempat tertunda itu kan?” tanya Miyoung.
“Gwenchana, aku kuliah malam hari ini. Kita bisa makan siang di pantai, dan ngobrol-ngobrol bersama dua penjaga pantai kita, hehehehe. Bagaimana?” jawab Dongwoon yang sedang mengetik sesuatu di komputer kasir.
Miyoung mengangguk penuh semangat, “Okeeeeeee mari kita bekerja supaya cepat pergi, ahahahaha~~!” jawabnya sambil mengangkat kotak-kotak di depan midimarket.

~~~~~

Yang Yoseob story…

To: My noona

Jagiya, aku masuk malam hari ini. Mianhae karena tidak bisa mengantarmu kerja. Hati-hati di jalan ya~^^


Aku mengirimkan pesan untuk Miyoung noona pagi ini, sambil menghela napas kulihat Hyunyoung masih berada disana; tertidur dengan punggung yang menempel di dinding dan lutut yang terlipat. Kemarin adalah hari yang berat baginya, ia sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa Hyunseung beberapa waktu yang lalu.
“Hyunyoung-sshi… ironaseo,… Hyunyoung-sshi.” aku mengguncang guncang pundaknya yang dingin, kulihat wajahnya terlihat kusam bekas air mata. “Kita harus pulang, atau petugas akan mengusir kita.”
Hyunyoung perlahan membuka matanya yang sipit dan bengkak, “Siraeyo… aku mau disini saja. Pulanglah Yoseob-sshi, tolong beritahu yang lain kalau aku ambil cuti hari ini.”
“Tidak bisa…. Kau harus pulang.” Jawabku sambil mengerutkan alis karena kesal, “Nanti semua bisa khawatir karenamu.”
Hyunyoung menepis pelan tanganku yang menempel di pundaknya, “Aku disini, sampai keluarga Hyun oppa datang. Aku sebenarnya ingin masuk, tapi mereka tidak memperbolehkanku karena aku bukan familinya.”
“Hyunyoung-sshi… jebal,” ucapku mulai kesal. “Unnie mu di surga bisa marah padamu kalau kamu membiarkan dirimu terpuruk seperti ini, ayo…. Pulanglah.”
Aku hendak menarik tangannya, tapi ia menepisnya lagi, “Yoseob-sshi kenapa kau tidak mengerti perasaanku?? Apa yang kau lakukan, atau… apa yang Miyoung unnie lakukan kalau ia berada di posisiku?! Pasti kau atau dia akan melakukan hal yang sama kan?? Kenapa kau malah menyuruhku pulang?! Bagaimana aku bisa pulang kalau Hyun oppa seperti…..”
Hyunyoung ambruk lagi dengan derai tangisnya yang menyayat hatiku, “Bagaimana bisa Yoseob-sshi…. bagaimana bisa?! Uhuhuhuhuhuhu…..”
“Tidak adakah sesuatu yang bisa membuat perasaanmu membaik?” tanyaku. “Kita sudah semalaman disini, dan kita sudah diperingatkan beberapa kali oleh petugas. Menurutlah, pulanglah. Aku tahu kau sedih, tapi paling tidak kau harus makan, mandi, dan lain-lain. Nanti kau bisa memintaku untuk mengantarkanmu kesini lagi kok.”
Hyunyoung tida menjawab dan kembali meringkuk di pojok dinding, “Sebentar lagi…. Sebentar lagi keluarga Hyun oppa akan datang, dan aku akan pulang.”
Beberapa saat kemudian, datanglah sekumpulan keluarga yang memang keluarganya Hyunseung hyung. Hyunyoung memperkenalkan diri, dan menjelaskan semuanya; membuat omonim menangis tersedu sedu di pelukan Hyunyoung….
“Hyunri noona… ottokajie? Kini dongsaengmu sedang mendapat musibah yang luar biasa mengerikan. Tolong bantulah ia di surga, noona.” Gumamku sambil mengepalkan kedua tangan, menunduk sembari memanjatkan doa, “Beritahukan ia jalan yang lurus, dan berikan ia ketabahan yang tiada bisa digoyahkan oleh siapapun.”
Dari kejauhan aku melihat Hyunyoung berjalan mendekatiku, lalu mengangguk pelan sambil membersihkan wajahnya,
“Kaja Yoseob-sshi… kita pulang.” Ia menggenggam tanganku seraya kekuatanku mulai terkumpul untuk melakukan teleport….

~~~~~

Yong Junhyung story…

“Lalu…. Bagaiman keadaan Hyunseung-sshi?” tanyaku saat Doojoon sedang mengawasi sekitar pantai dengan teropongnya.
“Aku tidak tahu, Hyunyoung-sshi belum pulang saat aku berangkat tugas.” Jawab Doojoon, “Biasanya kamu yang paling peka kalau terjadi sesuatu dengan Hyunyoung, kenapa kali ini kau tidak bisa mendeteksi keberadaannya?”
Aku ikutan menggeleng karena pertanyaan Doojoon barusan, “Molla, mungkin karena ia sedang berada dalam jangkauan Hyun….. jadi, ya bgitulah.”
“Bisa jadi sih,” jawab Doojoon, “Yak, kau bukannya berjaga disini.. malah mengobrol bersamaku~!! Kawa kawa kawa…”
Aku tersenyum sinis dan berkata, “Mianhanda, hari ini aku mau pulang cepat saja. Prakiraan cuaca mengungkapkan kalau hari ini tidak ada badai kok. Lagipula….. aku takut tubuhku semakin hitam.”
Doojoon memandangiku dengan tatapannya yang jenaka, “Hahahahah kau ini namja, masak kau takut kulitmu hitam? seperti yeoja saja.”
“Hahaha… aku tidak peduli.” Jawabku sambil menuruni tangga pos pengawasan, “Gyeseo….”
Sebenarnya aku berniat untuk pergi dari tempat ini bukan karena takut hitam atau menuruti kemalasanku memandangi laut yang biru…
Tapi aku harus ke sebuah tempat, mencurahkan seluruh perasaan yang kupendam selama ini.

.....

“Annyeonghaseo…. Sudah hampir setahun kita tidak bertemu ya.”
Aku memandangi pohon bertuliskan ‘Shin Hyunri’ yang menjulang tinggi diantara pohon-pohon yang lain. Hyunri juga salah satu sahabatku, aku, Doojoon dan Hyunri adalah sahabat sejak SMA. Seperti Hyunyoung, Kikwang, Yoseob, Sunghyo, dan Minri.
“Hyunri-sshi… you know, Doojoon miss you so much. Sudah beberapa kali ia mencari yeoja lain untuk pengganti hidupnya, tapi tak ada yang bisa menggantikanmu. Ia sangat menyesal telah melakukan hal itu padamu, Hyunri-sshi.” aku mengelus papan nama yang tergantung di pohon itu, “Sekarang…. Dongsaengmu sedang sedih karena namja chingunya…… mengalami kecelakaan. Dan…. Menurut naluriku sih namja itu kena amnesia.”
“Apakah aku harus bersuka cita karena musibah ini? Namja itu… adalah namja yang merebut Hyunyoung-sshi dariku~!!” ucapku dengan nada suara yang gemetar, “Tapi…. Apakah aku tega bersenang senang diatas penderitaan Hyunyoung-sshi? dongsaeng yang sudah kusukai sejak pertama kali aku mengenal keluargamu?”
Aku membalikkan badan dan bersandar di pohon Hyunri, “Mollaeyo…. Bahkan aku tidak tahu dimana Hyunyoung kini berada. Padahal….. aku selalu mendapat sinyal kalau ia sedang sedih atau menderita. Jebal, tolong aku mengetahui keberadaannya Hyunri-sshi….”
Aku menghela napas sambil mencabuti rumpun-rumpun liar yang ada di sekitar pohon Hyunri. Apa yang kulakukan? Mengadu pada malaikat putih yang sudah tidak bisa menolongku lagi, betapa bodohnya aku. Mungkin aku terlalu berharap chinguku yang satu ini kembali diantara kami bertiga, bersatu lagi seperti dulu.
“Hyunyoung-sshi….. dimana kamu? Jebal, let me now…..” aku memusatkan pikiran hanya pada wajahnya, lalu memejamkan mata…….
Dan beberapa detik kemudian, aku sudah sampai di….. rumah Hyunyoung-sshi, menemukan sosoknya yang mematung di depan tv dengan wajah yang lelah.

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

Jesonghabnida….. tapi kamu siapa?

Pikiranku melayang pada kejadian satu hari yang lalu, saat aku melihat keadaan Hyunseung oppa yang mengalami kecelakaan untuk yang pertama kalinya.

Tuan Hyunseung mengalami benturan yang cukup hebat di kepalanya, dan terjadi keretakan di bagian trisep kanannya. Mungkin keretakan itu tidak fatal, tapi benturan tersebut membuatnya mengalami amnesia temporer yang menyebabkan ia lupa akan beberapa hal yang ia ingat sebelumnya…

Yak, kenapa kau menangis? Apakah ada sesuatu yang membuatmu sedih? Ngomong-ngomong… apa kau kenal denganku? Kenapa kau selalu disini bersamaku? Namamu siapa?

Ya Tuhan…. Apakah aku kuat? Oppa yang paling aku sayangi selama 6 bulan belakang ini tiba-tiba mengalami kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan, salah satunya ingatan tentang aku… dan semua hal yang pernah kita lalui.
“Hyun… gwenchana?” aku segera menengok kea rah suara yang masuk dari pintu depan yang ternyata adalah Junhyung oppa, “Kapan kau pulang? Kudengar Hyunseung mengalami kecelakaan ya? bagaimana keadaannya?”
Aku menggeleng tak kuasa dan menangis lagi, aku takut sekali menghadapi kenyataan seperti ini. “Dia mengalami benturan yang cukup keras; menyebabkan ia amnesia temporer yang membuatnya lupa akan beberapa hal. Salah satunya tentang aku.”
Junhyung oppa memelukku tiba-tiba, “Gwenchanaseo, jangan sedih lagi…. Uljimma, ada aku yang akan selalu menemanimu.” Ucapnya sambil memegang kepalaku kuat-kuat, “Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu berhenti sedih?”
“Kem… kembalikan ingatan Hyun oppa,” jawabku lemah, “Jebal… Yoseob bilang amnesia adalah hal yang paling tidak mungkin di dunia kalian. Tapi, kenapa itu terjadi dengan Hyunseung oppa? Kenapa harus aku yang ia lupakan? Ia bahkan masih mengingat keluarganya, bahkan ia masih ingat Yoseob-sshi. ottokaji? Jebal… tolong aku, uhuhuhuhuhu~~~”
“Jinnjaeyo? Apa dia sudah pulang sekarang? Ayo kita tengok dia sesegera mungkin.” Ajak Junhyung oppa, “Memang benar apa yang dikatakan Yoseob. Malaikat jarang terkena amnesia, jadi aku tidak percaya dengan perkataanmu barusan.”
“Tapi… aku tidak bohong, oppa. Buat apa aku bersedih seperti ini kalau dia baik-baik saja?” ucapku sambil membersihkan wajah yang basah karena air mata, “Dia belum pulang, mungkin besok setelah administrasinya selesai. Aku akan merawatnya sampai ia bisa bekerja lagi di taman ria.”
Junhyung oppa menatapiku dengan pandangan tajamnya yang sinis, “Kenapa kau melakukannya? Apa kau yakin hatimu tidak akan terluka? Dia lupa padamu, Hyunyoung-sshi. bahkan dia juga lupa hubungan kalian berdua. Apa kau yakin akan merawatnya? Dia bisa saja menyukai orang lain tanpa hukuman, karena malaikat yang amnesia diperbolehkan memulai babak hidup yang baru, termasuk menyukai yeoja lain. Aku tidak rela ya kalau kau harus bersedih karena dia~!!”
Aku tertegun melihat dan mendengar Junhyung oppa yang berseru seperti itu. Aku menundukkan wajahku tanpa kekuatan dan berkata padanya, “Gwenchana, aku hanya ingin menolongnya saja. Itu keputusannya untuk memilih orang lain, semoga saja aku kuat menerimanya jika terjadi hal seperti itu.”

Bersambung...

Sabtu, 19 Maret 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 15)

“Sunghyo-sshi, bagaimana keadaan Kikwang? Apa dia sudah sadar?” tanya Junhyung oppa di siang hari disaat kami sedang makan siang.
“Nee, rusuk dan tulang rahang yang waktu itu patah sudah hampir menyatu kembali.” Jawabku cukup antusias, karena Doojon oppa bilang hari ini Kikwang akan sembuh. Penyembuhannya cukup sederhana, berikan saja ruangan dengan penuh cahaya. Kikwang akan menyerap tenaga cahaya tersebut untuk menyembuhkan dirinya sendiri, begitulah cara malaikat hitam mengembalikan tulang-tulangnya yang patah.
“Oh… sebagai malaikat hitam yang baru, sepertinya kekuatannya untuk pulih lumayan cepat, aku salut dengan kemampuannya.” Puji Junhyung oppa. “Tidak seperti Doojoon hyung tuh, tidur diluar dalam keadaan dingin saja sudah hampir mati.”
“Yak, jangan bilang begitu oppa. Kemampuan malaikat hitam kan berbeda-beda.” Jawabku gusar, “Oh iya, kau tidak menjemput Hyunyoung-sshi?”
Junhyung oppa menggeleng sambil mencibirkan mulutnya, “Hari ini dia berniat pulang dengan Miyoung. Mereka sepertinya ingin ngobrol-ngobrol bersama.”
“Jinjja? Ternyata mereka sudah akrab ya?” ujarku tak percaya, “Oh iya, aku mau tanya oppa…. Sekarang hubunganmu dengan Hyunyoung-sshi itu apa?”
Junhyung oppa yang sedang sibuk memakan nasi gorengnya tidak mempedulikan omonganku barusan. Aku memonyongkan lidah dan mengguncang guncang lengannya, “Yak! Jawab pertanyaanku dong~~ oppa tidak tuli kan?”
Junhyung oppa memiringkan sedikit alisnya dengan pandangan tidak suka, “Hanya penciptaku yang tahu ada apa diantara kami berdua. Yang jelas aku tidak ingin memberitahukannya kepada siapa-siapa.”
Mwo? Jawaban apa itu? Sok misterius sekali sih *sigh* tapi aku jadi penasaran, apa aku harus mengorek keterangan dari oppa lebih dalam?
“Lalu….. apa Hyunyoung sering membicarakan hubungannya dengan Hyunseung oppa?” tanyaku ingin tahu.
“Hyun sering menelpon kalau kami sedang menghabiskan waktu berdua. Terkadang ia cerita kalau Hyun akan pulang beberapa hari lagi. Keluarganya menahan namja 4D itu disana, sehingga ia tidak bisa pulang. Dia bisa saja sih terbang kesini, tapi ia tidak berani.” Jawab Junhyung oppa panjang lebar, “Ngomong-ngomong, kenapa kau menanyakan hal itu?”
Aku menggeleng begitu Junhyung oppa menatap mataku. Gawat, oppa yang satu ini bisa membaca pikiran orang yang sedang menatapi dia, aku harus lebih berhati hati. “Anii…. Kupikir kalian berdua……. Yah oppa pasti tahu lah. Tapi aku yakin kalian tidak mungkin begitu, Hyunyoung bukan tipe yeoja yang gampang berpaling perasaannya.”
“Kenapa kau bisa begitu percaya?” tiba-tiba Junhyung oppa berkata demikian, membuatku tertegun sebentar. “Manusia bukan malaikat yang berpendirian teguh. Hati mereka berubah-ubah sesuai kemauannya, manusia juga lah yang membuat malaikat tak berdaya. Mereka membuat malaikat jatuh cinta…. Bahkan membuat malaikat mati hanya dengan kata-kata.”
Aku terdiam melihat kepergian Junhyung oppa yang berlalu dengan setumpuk uang makan di depanku. Ia sempat tersenyum nakal sesaat sebelum ia pergi.
Benarkah manusia bisa berbuat seperti itu? Dan…. Apa kira-kira yang akan dilakukan Junhyung oppa terhadap hubungan Hyunseung oppa dan Hyunyoung-sshi?

~~~~~

Min Minri story….

“Silahkan dipilih barangnya~~” ucapku ramah kepada para pelanggan. Kali ini di jam shiftku agak sepi karena Kikwang dan Hyunseung oppa tidak ada, sebetulnya aku merasa agak kesepian… tapi mau bagaimana lagi~
“Minri-sshi…. Kenapa hari ini para pembelinya sepi ya?” Tanya seorang karyawan yang menggantikan Kikwang di meja kasir, “Apa karena ini hari kerja?”
Aku menggeleng. Biasanya selalu ramai kok meskipun hari kerja, barang-barang yang kami jual tergolong murah dan unik sehingga banyak yang minat. Tapi… kenapa sekarang jadi sepi? Tumben sekali~
“Mungkin karena tidak ada Kikwang-sshi.” Jawab salah satu karyawan yang membagikan balon ke anak-anak, “Mayoritas para remaja wanita kemari hanya untuk menemui Kikwang. Mereka membeli barang yang murah, dan sengaja berlama lama di depan kasir untuk melihat Kikwang. Bahkan aku pernah melihat mereka menguntit Kikwang yang hendak makan siang di sebuah restoran di dalam taman ria.”
“Jinjja? Apa mereka tidak tahu ya kalau Kikwang sudah punya yeoja chingu?” tanyaku sambil memutar mutar gulali yang sudah dibungkus. “Atau mungkin mereka tidak peduli?”
Si pembawa balon mengangkat pundaknya, “Bisa jadi. Ahhhhh aku iri dengan Kikwang-sshi, kapan ya aku bisa dikelilingi yeoja seperti dia? Kalau sudah bergantian shift dengannya, pasti pembeli menjadi berkurang drastis.”
“Hahahahaha kau dengar tidak? Kikwang kan habis dipukuli orang, mungkin saja ketampanannya berkurang dan giliranmu yang dikerumuni para yeoja.” Kata si petugas kasir sambil tertawa jahil. Aku menghampirinya dan menyikut rusuknya.
“Yak, jangan bilang begitu dong~~ kasihan tahu.” Ucapku kesal. “Apa kalian yang membuatnya bonyok seperti itu?? Benar tidak??”
Si kasir langsung menggeleng geleng dengan wajah pucat, “A… aniiyo~!! Aku menginap dirumahnya dan tidur waktu Kikwang dihajar itu~!! Sumpah, aku tidak bohong. Benar kan?”
“Be… benar sekali.” Jawab si pembawa balon itu sambil mengeryitkan alisnya, “Kami mabuk berat dan tertidur. Lihat nih, tidak ada bekas luka kan di tangan kami berdua??”
“Iya, tidak ada kok. Berarti kalian tidak bohong,” jawab Dongwoon yang tiba-tiba muncul di belakang si pembawa balon, “Noona, apa sudah waktunya pulang?”
Aku agak terkejut melihat kedatangan Dongwoon yang selalu tiba-tiba itu, tapi aku mencoba untuk membiasakannya. “Belum belum….. kamu bantu oppa ini deh membagikan balonnya, tidak apa-apa kan?”
Dongwoon mengangguk, “Nanti tunggu aku di danau kapal bebek ya. See you noona.”
Seraya Dongwoon merebut balon dari tangan si karyawan, oppa itu berkata. “Minri-sshi…. Apa kau yakin kalau namja itu lebih muda darimu? Kenapa wajahnya terlihat tua?”
“Aku yakin kok, dia kan masih mahasiswa.” Jawabku mantap, “Sementara aku sudah lulus, kami hanya berbeda satu tahun kok.”
Si kasir mengangguk angguk, “Hooooh dia tampan ya? Coba kalau dia mau kerja disini, mungkin popularitas Kikwang akan menurun drastis karena namja itu, hehehe… ngomong-ngomong, dia orang Korea? Kenapa wajahnya agak berbeda ya?”
“Dia punya sedikit keturunan arab, makanya wajahnya agak kebarat-baratan.” Jawabku terus menerus, “Aish.. kenapa kita malah membicarakan dia?! Ayo kerja kerja~~ annyeonghaseo…. Silahkan masuk.”
Sambil bekerja, aku kembali memikirkan perkataan sang karyawan penjaga kasir itu, apakah baik kalau Dongwoon bekerja disini?
“Ah jangan deh, nanti bukannya kerja.. kita malah pacaran. Ahahahaha~~” jawabku pada diri sendiri.

~~~~~

Sun Miyoung story…

Mwo? Ige mwoya??
Hyunyoung terkejut melihatku yang ada di belakangnya; memperhatikan foto-foto yang sedang ia lihat-lihat di dompetnya.
“Itu siapa? Hyunseung kah?” tanyaku memastikan, namja yang ada di foto itu terlihat sedikit jutek dengan senyuman sinis, dan mereka terlihat akrab. Apakah itu si 4D?
Hyunyoung menggeleng geleng cepat sembari memasukkan fotonya terburu-buru, “N… nee, itu memang Hyun oppa. Dia berpose agak jutek di foto itu, memang kenapa unnie?”
“Anii… kupikir itu Junhyung goon. Wajah mereka agak mirip sih,” jawabku yang memang curiga dengan foto barusan. Seandainya Yoseob bisa mengambilkannya untukku~~
“Ahahahaha gotcha~” tiba-tiba Yoseob melintas dibelakang Hyunyoung dan merebut dompet yeoja itu. Otomatis Hyunyoung langsung menjerit karena terkejut.
“Ah Yoseob-sshi kembalikan~~!! Kembalikan~!! Jebal, kembalikan~!!” Hyunyoung menggapai gapai dompet yang dipegang Yoseob, namun tak sampai. Mereka melakukan kegaduhan sesaat hingga tanpa sengaja Yoseob menjatuhkan foto-foto dari dompet Hyunyoung.
“Oooooo, ternyata memang bersama Junhyung goon, aku sudah tahu kok. Hahahaha.” Jawab Yoseob yang otomatis membuat Hyunyoung malu dan wajahnya memerah. “Kau ya, bukannya berfoto bersama Hyunseung terlebih dahulu, malah berfoto dengan Junhyung goon. Memang ada apa sih diantara kalian?”
Hyun menggeleng geleng kuat, “Tidak ada apa-apa diantara kami berdua. Sungguh deh, kami hanya sering menghabiskan waktu bersama. Junhyung oppa-lah yang selalu menemaniku disaat Doojoon atau Hyunseung oppa tidak ada.”
“Yak yak yak.. kalian tidak selingkuh kan?” tanyaku curiga. “Yosoeb bilang malaikat yang dicurangi bisa langsung mati atau menjadi malaikat hitam dalam hitungan detik. Hati-hati loh, ya kan Yoseobie?”
Yoseob mengangguk angguk pasti, “Lebih baik kau jujur pada kami. Sebenarnya kau lebih menyukai siapa sih, Junhyung goon atau Hyunseung? Lebih baik segera mengetahuinya daripada terlambat.”
“Kalian ini~~ apa-apaan sih pertanyaan itu?” jawab Hyunyoung tidak suka, “Sudah pasti aku lebih menyukai Kitty.. eh maksudku Hyunseung oppa.” Jawab Hyunyoung, “Percayalah, aku dan Junhyung oppa hanya teman baik. Aku menganggapnya oppa dan ia menganggapku dongsaeng, bukan apa-apa kan?”
“Kamu yakin dia hanya menganggapmu dongsaeng? Hati-hati Hyun… malaikat hitam itu penuh tipu daya, apalagi Junhyung adalah malaikat hitam yang murni.” Ucapku was-was, “Mungkin saja Jun bilang begitu, tapi niatnya tidak seperti ia katakan. Lebih baik kau jaga jarak dengannya, Hyunyoung-sshi… sebelum terlambat.”
Hyunyoung tertegun mendengar pernyataanku barusan, lalu mengibas-ngibaskan tangannya, “Aish kalian ngomong apa sih? Aku dan oppa baik-baik saja, kami sering berteleponan. Dia bilang dia tidak berani terbang malam karena takut identitasnya terkuak oleh orang-orang, jadi aku memakluminya.”
“Yasudah kalau kau berfikir begitu, ayo kita pulang. Bahkan Dongwoon sudah mendahaului kita lebih dari 30 menit yang lalu.” Jawab Yosoeb sambil merangkul pinggangku. Kami berjalan bertiga menuju rumah kami masing-masing, tapi sebelumnya kami mengantar Hyunyoung terlebih dahulu.
“Nah… sudah sampai deh ki…. Eh, Doojoon hyung?!” Yoseob melihat Doojoon oppa yang terkapar di taman rumah Hyunyoung dan kami segera menghampirinya.
“Oppa… kenapa lagi?! Apa yang terjadi? Gwenchana??” Tanya Hyunyoung yang matanya berkaca-kaca, tapi Doojoon oppa tidak menjawab juga. Nafasnya memelan sedikit demi sedikit….

~~~~~

Shin Hyunyong story..

Haru jongil mweol haetneunji gi eogi anna
Ni jeonhwa maneul gidaryeo amu geotdo halsuga eobseo
Neomu bogo shipeunde nae nune
Ajik kkaji ni moseubi seon myeong hande

He eojingeol moreun chingudeuri useumyeo
Ni soshigeul naege mureo boneunde
Ibyeoriran mari naegen neomu nat seoreoseo
Amu mal haji mothaesseo

Ajigeun ibyeoreul mot baeweoseo
Ajigeun seupeumeul jal mollaseo
Ajigeun geudaega nae gyeoteul tteonado
Mideo jijiga anha nunmuri heulleo naeriji anha

Ajigeun ibyeol norael deureodo
Seulpeuji anha geojitmal gata
Ajigeun geureonde jogeumsshik neukkyeo jyeo
Nunmuri goyeowa ije shijagin gabwa….


“Oppa, irona… ironaseo~~ jebal~!” aku mengguncang guncang tubuh Doojoon oppa yang terlihat membeku seperti mati. Ada apa ini? Sepertinya ia terlihat baik-baik saja, tapi kenapa dia tiba-tiba terkapar seperti tadi?
“Sepertinya… ada masalah dengan Hyunseung.” Jawab Yoseob, “Kondisi fisik Doojoon hyung baik-baik saja, tapi tiba-tiba ia terkapar seperti itu. Menandakan kalau ada sesuatu yang terjadi dengan pasangannya.”
Aku cukup terkejut dengan perkataan Yoseob barusan, “Jangan bercanda, Yoseobie~ kemarin kan Hyun oppa baik-baik saja. Tidak mungkin terjadi sesuatu dengannya~!!”
“Yak.. yak… lihat nih, ada berita kecelakaan.” Ucap Miyoung unnie sambil menunjuk TV dan membesarkan volumenya.

Annyeonghaseo, selamat sore para pemirsa. Kini ada berita dari provinsi X dimana terjadi kecelakaan antara sebuah mobil sedan dengan sebuah truk. Mobil yang dikendarai rusak parah, namun korban selamat dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Berikut identitas dari korban tersebut.

Aku sangat terkejut melihat wajah Hyunseung oppa di layar TV. Aku hanya bisa menggeleng dan menutup mulutku saking syoknya, “Tidak…. Itu pasti bukan oppa.”
“Itu… Hyunseung.” Sahut Doojoon oppa yang sudah sadar, “Tubuhku merasakan ada suatu bencana yang menimpanya, sebaiknya kamu segera ke rumah sakit itu.”
“Tapi…. Bagaimana caranya kesana?” tanyaku bingung, “Aku tidak tahu dimana rumah sakitnya, dan diantara kalian tidak ada yang bisa menyetir mobil kan? Kita naik apa kesana?”
“Terbang saja dengan Yoseob, bisa kan?” ujar Miyoung unnie yang memegangi tangan Yoseob penuh harap. “Dia bahkan bisa berteleport, secara dia murni malaikat putih. Bagaimana, mau?”
Aku mengangguk cepat tanpa pikir panjang lagi, “Unnie, tolong jaga oppaku ya dirumah. Aku akan segera pulang bersama Yoseob.”
Miyoung unnie mengangguk seiring Yoseob membuka sayapnya; menyebabkan seluruh ruangan dipenuhi dengan cahaya putih yang menyilaukan mata.
“Kaja, Hyunyoung-sshi.” Yoseob meraih tanganku diluar ruangan, dan kami segera terbang…
Ya Tuhan… semoga oppa baik-baik saja….

Bersambung...

Song: Yet -B2st-

Minggu, 06 Maret 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 14)

Park Sunghyo story…

“Noona… mianhae, jeongmal mianhae… aku tidak akan melakukannya lagi.” Ucap Dongwoon sambil memeluk tubuh Minri yang jauh lebih pendek darinya dengan lambat namun pasti. Sementara yang dipeluk hanya menunduk, sepertinya ia menahan tangis.
Aku menahan nafas melihat adegan mereka yang terlihat seperti di drama-drama yang ada di TV, dan itu semua mengingatkanku pada Kikwang-sshi..
“Kalau diingat ingat, sudah berapa minggu kau tidak bertemu Kikwang, Sunghyo-sshi?” tanya Junhyung oppa yang berdiri disebelahku, ikut menyaksikan Dongwoon dan Minri yang masih berpelukan.
“Molla, sudah lama sekali sepertinya. Kami hanya berkontak lewat telepon, dan itu tidak membuatku puas sama sekali.” Ungkapku dengan perasaan yang kecewa.
Junhyung oppa menepuk nepuk pundakku, “Kenapa tidak kau temui saja? Taman ria masih buka kok sampai jam 10.”
“Molla, tubuhku terlalu lelah untuk pergi kesana sekarang.” Jawabku sambil memijat tangan kananku, “Oppa… apakah menjadi malaikat hitam, bisa mengubah sifat seseorang?”
Junhyung oppa mengangguk, “Nee…. Lebih baik kamu berhati-hati Sunghyo-sshi, Kikwang itu agak sedikit plin plan. Dia bisa dimanfaatkan oleh orang orang disekitarnya.”
“Aku tahu… tapi… kalau misalnya tidur dengan orang lain, atau melakukan sesuatu yang jahat…. Bisakah seperti itu?” tanyaku sambil menggigit jari, “Sumpah… Junhyung oppa, kau membuatku takut dan pesimis.”
“Meskipun kenyataannya pahit, tapi…. Memang mayoritas malaikat hitam pernah melakukannya, itu terdorong dari rasa nafsunya. Tapi kalau tidak berdasarkan cinta…. Tidak apa-apa kok, ia akan baik-baik saja.” Jawab Junhyung oppa santai. Dengan kesal aku menyentil dahinya sehingga ia terkejut.
“Akh, apaeyo~!! Kenapa kau menyentilku?” kata Junhyung oppa. “Aku jujur nih, bukannya mau menghasutmu.”
“Tapi kau membuatku pesimis~~” kataku sambil berjalan keluar area pantai, “Oppa, bisa antarkan aku sampai taman ria? Jebal….”
Junhyung oppa menggaruk kepalanya, “Tapi… aku harus menjemput Hyunyoung di midimarket, ottoke?”
“Aish, kenapa sih oppa lebih perhatian sama Hyunyoung-sshi? aku sedang butuh bantuan nih.” Protesku sambil berdecak kesal, “Kau yang menyuruhku ke taman ria, dan sekarang saat aku berniat kesana dengan bantuan oppa, kau malah menolaknya. Oppa jahat~~”
Aku menggembungkan pipi dan berdiri membelakangi Junhyung oppa yang kebingungan dengan sikap ngambekku yang jarang kuperlihatkan, “Ah arraseo…. Nee, aku antarkan deh.”
Junhyung oppa mengembangkan sayap hitam kelamnya di tempat yang tidak terlihat. Ia mengangkatku dan mulailah perjalanan kami di langit *cie elaaaah*
“Yeoboseo Kikwangie…. Apa kau masih disana?” tanyaku lewat mailbox HPnya yang sepertinya mati, “Aku sedang dalam perjalanan ke taman ria. Aku kangen sekali denganmu, mari kita bertemu.”
Aku menutup pembicaraan dan menaruh HP di tasku. Junhyung oppa kemudia berseru, “Yak, jangan melakukan hal ceroboh seperti itu lagi ya. HPmu bisa saja jatuh tadi, kita kan sedang terbang~~”
“Ahahahaha,.. aku lupa, padahal oppa sudah sering sekali mengantarkanku seperti ini.” Kataku sambil tertawa tawa garing, “Nah kita sudah sampai.”
Junhyung oppa menurunkanku dan segera menghilang entah kemana. Kumasuki pintu rahasia menuju ke dalam taman ria dan mulai mencari Kikwang.
“Kikwangie…. Apa Kikwang sudah pulang?” tanyaku ke petugas shift malam yang berjaga di toko Kikwang. Namun si petugas berkata ia sudah pulang dari 2 jam yang lalu.
Jinjja? Tapi…. Bagaimana cara aku kerumahnya? Rumah Kikwang sangat jauh dari sini, dan Junhyung oppa sudah menghilang entah kemana. Aku tak bisa memanggilnya kembali~~~

.....

Aku mencari nomor telepon rumah Kikwang dan segera menghubunginya, tapi tidak diangkat. Kemungkinan Kikwang belum pulang, jika ia sudah ada di rumah ia pasti akan menyalakan mailbox HPnya.
“Aish jinjja, kemana sih namja babo itu?” perasaanku sudah ketar ketir karena HP dan telepon rumahnya tidak diangkat. Aku percaya ia tidak selingkuh atau melakukan hal-hal yang dikatakan oleh Junhyung oppa saat kita masih di pantai tadi, tapi… KEMANA DIA?!?!
Drrrrrrt drrrrrrrrrrrrt tiba-tiba HPku bergetar. Ada telepon dari….. Minri-sshi?
“Yeoboseo?” aku mengangkat teleponnya dengan perasaan yang bingung. Kenapa Minri menelpon malam malam begini?
“Sunghyo-sshi, kau dimana?” tanya Minri dengan nada suara yang ketakutan. “Dongwoon tadi menelponku dan berkata kalau wajahnya tiba-tiba lebam lebam tanpa rasa sakit. Ia tidak tahu nomormu, jadi ia menyuruhku untuk menelponmu. Kau mengerti kan artinya apa?”
Jantungku berdebar-debar cukup keras. aku tahu, jika malaikat sedang terluka maka pasangannya akan mendapatkan luka yang sama di tempat yang sama. Itu berarti Kikwang dalam bahaya~!!!
Aku berlari keluar taman ria dan berteriak teriak memanggil Kikwang, “Kikwangie… Kikwangie… kau dimana?!”
Saat aku menengok ke sebuah pohon yang cukup tinggi, bisa kulihat Kikwang yang tersungkur disana. Tidak bergerak sama sekali.
Aku berlari dengan mata yang panas dan jantung yang berdebar-debar, “Kikwang, Kikwangie?! Gwenchana?!”
Kuhampiri Kikwang yang wajahnya lebam lebam penuh luka. Ia tidak bergerak sama sekali, astaga… apa yang harus kulakukan?! Aku mengangkat wajahnya dan menepuk nepuk pipinya dengan emosi.
“Kikwang, bangunlah….. Kikwangie~!!” jawabku dengan air mata yang bercucuran, “Ada apa denganmu, kenapa kau lebam-lebam seperti ini?! Seseorang tolong Kikwang~~!!!!”
Begitu aku berteriak, tiba-tiba muncul cahaya putih yang cukup menyilaukan dari kegelapan. Ternyata itu adalah Yoseob, syukurlah datang satu bantuan.
“Sunghyo-sshi, bersabarlah…” jawab Yoseob sambil memeriksa keadaan Kikwang, “Ia hanya dipukuli sampai pingsan. Ada beberapa orang yang memerasnya, tapi ia mantan malaikat putih… tidak bisa melakukan hal-hal yang kasar, tepatnya belum bisa.”
Jeongmal? Kenapa bisa terjadi hal seperti ini? Setahuku Kikwang adalah namja yang polos dan tidak pernah berbuat jahat kepada orang lain, kenapa ia harus mengalami hal seperti ini??
“Baiklah, bawa saja ia kerumahku Yoseob-sshi.” jawabku sambil mengusap pipi yang basah karena airmata yang bercucuran. “Kikwang.. bertahanlah, aku tahu kau malaikat. Tapi…. Malaikat bisa mati kan? Aku tidak mau kau mengalami hal itu. Mian, tadi aku berfikir yang tidak tidak tentangmu….. mianhanda.”
Aku memeluk Kikwang sambil masih bercucuran airmata. Dasar Kikwang bodoh, kenapa ia tidak melawan? Kenapa ia belum bisa beradaptasi dengan status barunya sebagai malaikat hitam? dia bisa saja membunuh orang orang yang telah menjahatinya itu~~!!!
“Lebih baik kita cepat, Sunghyo-sshi. Dongwoon sudah datang untuk membantu kita.” Ujar Yoseob yang membentangkan sayapnya di kegelapan –melindungi kita dari hujan- aku mengangkat Kikwang mengangkutnya di pundakku, untung saja Kikwang cukup ringan untuk aku bawa sehingga para malaikat tidak usah kerepotan membantuku.
Dalam penerbangan menuju rumahku (?) kurasakan Kikwang kembali bernafas pelan pelan. Syukurlah, aku tahu ia cukup kuat untuk bernafas lagi. Meskipun saat ini ia tidak cukup kuat untuk membuka matanya.

~~~~~

Sun Miyoung story….

“Mwo?? Kikwang cedera karena dipukuli orang?” kata Hyunyoung saking terkejutnya. Aku menoleh melihat dia dan Yoseob yang sedang berbincang bincang masalah kemarin malam.
“Nee. Sekarang ia dirawat di rumah Sunghyo. Dasar, mantan malaikat putih itu masih belum bisa berdaptasi dengan keadaannya yang sekarang. Mungkin saja sekarang ia malaikat hitam, tapi tingkah lakunya masih seperti malaikat putih. Bahkan tangannya tidak terluka, menunjukkan kalau ia tidak bertahan ataupun melawan.” Yoseob berceloteh panjang lebar mengomentari Kikwang.
Aku menghela nafas mendengar berita kemarin malam. Sungguh menyesakkan dada, Kikwang saat ini masih belum sadar karena peristiwa pemukulan tersebut dan Sunghyo tahu malaikat pun bisa mati dan bereinkarnasi. Memang sih, malaikat bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Tapi itu pasti butuh waktu yang cukup lama melihat keadaan Kikwang yang memang terluka parah.
“Yaaa begitulah, oh iya ngomong-ngomong bagaimana keadaan Hyunseung saat ini? Dia sudah kemabli bekerja?” tanya Yoseob.
“Belum…. Dia masih di rumah keluarganya. Tapi 2 hari yang lalu ia kerumahku sih,” jawab Hyunyoung. “Di malam hari, menggunakan sayapnya.”
Dengan sayap? Wah…. Aku tidak tahu kalau malaikat bisa seperti itu *ya punya sayap bisa atuh~~* tapi pasti menyenangkan melihat sosok orang yang kita sukai dengan sayap yang bercahaya. Apalagi sayap Yoseob, aku yakin cahayanya lebih terang daripada sayap malaikat lain. Secara ia adalah anak dari ketua para petinggi di kahyangan sana.
“Noona, kau menguping ya?”
Aku meloncat ketika mendengar suara Dongwoon yang besar dibelakangku, “Aigoooo kau mengagetkanku, Dongwoon-sshi~~!! Tidak kok, aku sedang….. nih, mencatat harga. Tinggal beberapa barang lagi nih.”
“Oh.. nee, lagipula sebentar lagi kita harus segera pulang kan?” tanya Dongwoon. “Lihat, Junhyung goon bahkan sudah menunggu Hyunyoung noona di depan midimarket.”
“Oh, jinjja?” tanya Hyunyoung sambil menengok nengok kea rah luar, “Jakkaman… aku akan menyuruhnya masuk.”
Aku yang sudah selesai menghitung stock barang yang baru datang langsung menyerahkannya ke Yoseob, “Nih, totalnya juga sudah dihitung ya disini. Aku mau ganti baju dulu dan pulang.”
“Noona…. Kenapa terburu-buru?” tanya Yoseob sambil mencengkram lenganku, “Mau makan malam denganku tidak? Aku yang bayar.”
Yoseob menatapiku menunggu jawaban, tapi yang dipikiranku adalah…… sayap putih bercahaya, punggung Yoseob, symbol berwarna merah di punggungnya, saat ia mengambil ciuman pertamaku, dan……
“Noona, sadarlah~~!! Apa yang kau pikirkan sih??” Yoseob menepuk nepuk pipiku hingga aku tersadar dari lamunan kotorku *hahahahahaha*
“Oh, baiklah kalau begitu.” Jawabku malu-malu, “Aku… ganti baju dulu ya.”

.....

“Noona…. Ada yang kau pikirkan akhir-akhir ini?” tanya Yoseob dalam perjalanan kami menuju restoran, “Kenapa noona jadi lebih diam dan…. Aneh begini sih?
Aku terkejut mendengar kata-kata Yoseob, “Aneh? Aniiyo… aku merasa biasa saja. Kenapa kau bisa bilang aku jadi lebih pendiam?”
“Ya….. terlihat seperti itu sih.” Jawab Yoseob sambil mengayun ayunkan genggaman tangannya ke depan dan ke belakang dengan semangat, “Kita mau makan dimana nih enaknya?”
“Eng…. Kenapa tidak makan dirumahmu saja Yoseobie?” tiba-tiba aku mengeluarkan ide gila ku. Kerumah Yoseob?? Hum…. Pasti aku mengharapkan yang tidak tidak~~
“Ke rumahku? Tapi… aku tidak bisa memasak noona, kenapa tidak ke restoran saja?” tanya Yoseob.
Aku menggeleng sambil tersenyum geli, “Gwenchana… aku ingin memakan masakan kita berdua. Jadi nanti aku akan membantumu memasak, bagaimana?”
“Oh… boleh-boleh saja sih.” Kata Yoseob sambil menggaruk garuk kepalanya, “Kita belanja dulu atau bagaimana? Aku tidak punya banyak bahan makanan untuk dimasak.”
“Aish tidak usah buang-buang uang buat beli bahan makanan, pakai saja yang ada. Oke?” jawabku sambil mengacungkan jempol, disusul dengan Yoseob yang mengacungkan jempol juga.

.....

1 jam kemudian….

“Yoseobie…. Sudah jadi nih~!!” aku mengangkat panci yang panas dari kompor dan menaruhnya di atas meja kayu di depan TV apartemen Yoseob, “Apartemenmu ternyata sama dengan Kikwang ya? pantas saja aku merasa familiar, kenapa tidak memberitahu dari awal sih?”
“Tidak apa-apa, biar jadi kejutan saja untuk noona.” Yoseob duduk di depan panci yang masih mengepul ngepul dan mulai mengambil seporsi ramyun pedas. Aku pergi ke lemari es untuk mengambil air dingin dan segera bergabung dengan Yoseob untuk makan.
“Terima kasih untuk makannyaaaaaa~~~~!!” ucap kami serempak dan kami mulai menyendok ramyun sambil mengeluh ngeluh karena kepedasan.
“Noona, aku punya permainan yang seru..” ucap Yoseob disela sela makan, “Bagaimana kalau kita menyantap satu helai ramyun bersama?”
Jantungku melejit saat Yoseob menyiapkan satu helai ramyun di piringnya. Nanti kalau ramyunnya sudah habis kan, bakal….. *dirty think* “Nee, tapi kalau ramyunnya sudah habis….. jangan diteruskan ya.”
Yoseob mengangguk sambil cengar cengir dan ia mulai menaruh ujung ramyun di dimulutku, “noona harus menatap mataku dan jangan sampai ramyunnya jatuh. Kalau bisa, sisakan sepanjang 1 centi ya. hahahahaha”
Yoseob menaruh ujung ramyun yang satu lagi di mulutnya, lalu kami mulai memakannya pelan-pelan…. Pelan-pelan….. pelan-pelan….
Dan kini wajah Yoseob sudah dekat sekali dengan wajahku. Rasanya mataku berkunang-kunang, astaga… ottokke??? Apakah kita akan berkissu?!?!?!
Tesss…..
“Oooooooh ramyunnya putus,” jawab Yoseob sambil menarik sisa ramyun di mulutku. “Hemmmm lumayan, nyaris 1 senti.”
Mwo?? Aku nyaris mati sakit jantung karena melihat wajahnya dan sikapnya hanya biasa-biasa saja?!
PLAK!! Aku memukul pundak Yoseob hingga ia terkejut dan mengelus-elus pundaknya dengan bingung.
“Noona~~ kenapa aku dipukul?! Aku salah apa?!” tanya Yoseob dengan muka penuh tanda tanya..
“Babo-ya~!! tadi kau hampir saja membuatku sakit jantung dan reaksimu hanya biasa-biasa saja?! Sudah pernah melakukan permainan inikah dengan yeoja lain??” jawabku bingung.
Yoseob mengusap mulutnya, lalu menatapku dan memegangi pipiku, “Kelebihan seorang malaikat adalah…. Ia mampu menahan kegelisahannya. Sebenarnya aku sih juga merasa deg-degan, tapi aku tahan.”
Yoseob mencium mataku dan hasilnya adalah…. Mataku pedih karena bekas ramyun dari mulut Yoseob.

Bersambung..

Kamis, 03 Maret 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 13)

Min Minri story….

“Minri… apa yang kau lakukan?!”
“Minri-sshi……. Kenapa kau lakukan hal seperti itu menjijikkan!”
“Minri, uljimma~!! Jangan tunjukkan mukamu di rumah ini lagi, pergilah~!! Kau sudah kotor~!!”


“Hukkkkkkkk~~!!!” tubuhku mengejang mendengar teriakan-teriakan yang ada di kepalaku. Dongwoon yang sedang sibuk mengurusi ‘urusannya’ segera memberhentikan pekerjaannya dan mengeccek keadaanku.
“Noona… ada apa?” tanyanya khawatir. “Apa kau merasa sakit?”
Aku menggeleng lemah sambil memegangi kepalaku, “Anii…. Bagaimana kalau kau pakai celanamu dulu? Aish… kau membuatku semakin sakit kepala.”
“Apa yang terjadi?” Tanya Dongwoon yang sibuk mencari celananya, “Kenapa tiba-tiba noona kejang seperti itu? Apa kamu sakit?”
Aku menggeleng sambil mencari celanaku yang hilang entah kemana, kutarik selimut untuk menutupi tubuhku, “Lagi-lagi aku termakan pesonamu, Dongwoon. Aku bilang kita tidak bisa seperti ini terus, tapi kenapa kamu terus melakukannya padaku?”
“A….. aku tak mengerti perkataanmu noona. Apa maksudnya?” tanyanya lagi sambil menarik risleting celananya naik dan mendekatiku, “Apa hubungannya dengan hubungan kita?”
“Jelas saja ada hubungannya~!!” jawabku ketus. “Aku kemarin mendengar Kikwang berbincang dengan Sunghyo di telepon. Katanya kau menjadi malaikat putih karena bisa membuat seseorang yang dicintainya menyerahkan seluruh jiwa raganya. Apa kamu memperdayaku? Memanfaatkanku?!”
Aku menarik bajuku dan memaikainya dengan gusar. Sambil menyibak rambut, aku mencari tas dan bergegas ke pintu keluar, tapi Dongwoon menarikku dan aku menghempaskan tangannya berkali-kali hingga kini ia menarikku ke pelukannya dan aku tidak mampu melawannya lgi.
“Niga saranghandamyeon, Minri-sshi.” Ucapnya sambil menatapku tajam. “Aku tidak bermaksud memperdayamu, aku melakukannya demi cinta. Aku….. aku tergila-gila padamu noona. Aku sangat menyukaimu, jebal…… jangan marah lagi ya.”
Aku menatapnya dengan marah sekaligus sedih, tanpa terasa suaraku gemetaran saat berkata padanya.
“Kalau kau mencintaiku, kenapa kau terus-terusan membuatku melakukannya bersamamu? Kita ini masih belum punya status resmi, Dongwoon-sshi. Kamu masih namja chinguku, bukan suamiku~~!! Tapi… kenapa kamu tidak pernah memikirkan…. Masa depanku… sama sekali?”
Tanpa terasa, air mataku menetes di pipi membasahi ujung bibirku. Dan Dongwoon hanya menatapiku bingung, “Aku… aku tidak mengerti perkataan noona.”
“Ya…. Kau tidak akan mengerti, karena kamu bukan manusia.” Jawabku dingin. “Kamu hanyalah malaikat hitam yang mencuri hatiku. Dan mencuri semua milikku~!!”
Aku melepaskan genggaman tangannya yang kokoh dan bergegas menuju pintu keluar, namun Dongwoon menarikku lagi hingga aku terkunci di pelukannya.
“Aku tidak bermaksud ingin mencurinya, noona~!! Sudah kukatakan. Aku menggilaimu, bukan karena ingin menjadi malaikat putih~!!” jawabnya ketir. “Mianhamnida….. tolong jangan pergi, tetaplah bersamaku noona.”
Tangan Dongwoon mendorong kepalaku menuju ke wajahnya dan mulai mencium bibirku lagi, namun kudorong tubuhnya dan aku segera meraih kenop pintu keluar.
“Tidak lagi, Dongwoon…. Aku tidak akan termakan ciumanmu lagi. No more…” jawabku kasar dan segera pergi membanting pintu.

.....

“Oh Minri-sshi~~~!! Ada apa? Kenapa wajahmu merah padam seperti itu?” Sunghyo yang habis memasak buru-buru menghampiriku di meja pelanggan dengan wajah yang khawatir, “Kamu mau pesan sesuatu?”
“hhhhk~~ aku… mau jus kelapa saja, gamsahabnida.” Jawabku sambil menarik ingus, “Tapi… aku mau mencari Doojoon oppa dulu, tunda saja dulu pesananku tadi. Kamu lakukan saja tugasmu, nanti aku kembali.”
Sunghyo mengangguk dengan wajah yang kalut, “Arraseo…. Hajiman….. gwenchanaseo?”
“Nee, gwenchana. Aku pergi dulu ya, nanti aku kembali.” Jawabku sambil bangkit dari kursi restoran tempat Sunghyo magang, dan berlalu.
Kususuri pinggir pantai yang ramai sambil mengelap elap hidungku yang tak berhenti mengeluarkan ingus dan mataku yang membengkak kutekan-tekan lembut. Dari jauh, kulihat Doojoon oppa sedang berada di pos pengawasan sambil memegang teropong. Kudekati pos itu dan menyapanya dari bawah.
“Annyeonghaseo oppa~~” aku mendongakkan kepala dan berteriak. Untung saja Doojoon oppa cepat merespon dan segera turun menemuiku.
“Annyeong Minri-sshi~~ ada apa kesini? Kenapa kau sendirian? Mana Dongwoon?” Tanya Doojoon oppa
Air mataku mengembang lagi mendengar kata-kata Dongwoon di telingaku, “Oppa…. Apakah semua malaikat hitam, selalu membuat wanita pujaannya takluk…. Dan memberikan segalanya?”
Doojoon oppa sepertinya sudah mengerti pembicaraanku, Ia menyuruhku duduk di sampingnya, “Ada apa dengan kalian berdua? Apa kalian bertengkar?”
“Hanya… sedikit berselisih paham.” Jawabku sambil mengusap air mata yang jatuh, “Aku mendengar pembicaraan Kikwang dan Sunghyo-shi. Mereka bilang Dongwoon menjadi malaikat putih karena aku telah tidur dengannya. Apa dia memanfaatkanku oppa? Apa ia hanya menginginkan sayap putih sehingga ia tidak memikirkan perasaanku? Aku mencintainya oppa, tapi yang ia lakukan setiap bersamaku hanya menciumku dan membuatku berakhir di tempat tidur, menghancurkan apa yang aku miliki pelan-pelan. Aku….. aku benci kenyataan ini. Uhuhuhuhuhu~!!!”
Doojoon oppa mengelus elus pundakku sambil berkata, “Tidak semua malaikat hitam tidur dengan seorang wanita demi sayap putih. Terkadang mereka hanya ingin memuaskan wanita itu, contohnya aku.” Katanya dengan berat hati. “Sesungguhnya aku merasa sangat menyesal saat melakukannya di musim dingin demi mendapatkan bayaran. Itu sama saja aku mengecewakan Hyunri-sshi yang sudah tenang disana.”
“Jadi… dia semata-mata melakukannya… karena perasaan suka dan cinta?” tanyaku tak percaya, “Benarkah demikian?”
Doojoon oppa mengangguk, “Dia mempelajari semua keburukan itu dari malaikat sayap hitam yang lain, percayalah. Dongwoonie adalah namja yang sangat polos dan mudah diperdaya, dia tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu.”
“Apakah malaikat yang sudah mempunyai pasangan, bisa merubah pasangannya?” tanyaku sambil menatapi deburan ombak yang cukup besar.
“Bisa saja…. Asal pasangan itu belum melakukan hal yang membuat dua pihak terluka secara permanen.” Jawab Doojoon oppa, “Jadi… dia melakukannya denganmu karena ia tidak mau mengganti pasangannya. Dia hanya mau denganmu.”
Aku memeluk Doojoon oppa penuh suka cita, “Gamsahabnida oppa, besok aku akan menemuinya dan minta maaf padanya. Tentu saja kami akan berjanji satu sama lain untuk tidak melakukan hal itu lagi.”
Doojoon oppa mengangguk sambil menatapi lautan yang penuh dengan gemuruh ombak. Lalu ia menunjuk ke tengah pantai,
“Sebaiknya kau pulang bersamaku saja nanti. Lihat disana, ada Hyunyoung yang sedang bermain jetski bersama Junhyung.”

~~~~~

Shin Hyunyoung story….


“Hyunyoung-sshi, kaja~!!” panggil Junhyung oppa yang hari ini mengajakku pergi ke pantai tempatnya ia berjaga jaga sekaligus tempat Sunghyo mengerjakan part time nya di musim semi sampai musim gugur. Kali ini Junhyung oppa mengajakku bermain motorboat, sangat seru dan cukup membuat jantung berdebar-debar.
“Apa sudah waktunya oppa berjaga-jaga lagi?” tanyaku was-was,
“Anii… aku baru ingat kalau kau belum makan. Ikutlah denganku, nanti aku traktir.” Jawab Junhyung oppa. “Sunghyo-sshi, dua porsi jajangmyeon untuk dua orang.”
Sunghyo berteriak dari dapur dan mulai memasak, lalu kami mulai bercakap-cakap kembali. “Hemmmm bagaimana? Apa kau senang setelah beberapa hari menghabiskan musim semi di midimarketmu?”
Aku mengangguk angguk senang, “Nee joahae. Gamsahabnida sudah ‘menculikku’ bersama Doojoon oppa, hahahahaha.”
Memang benar apa yang kukatakan barusan, Doojoon dan Junhyung oppa memang menculikku sejak tadi pagi. Mereka mempengaruhi aku untuk ikut bersama mereka di pantai, padahal aku ingin menghabiskan hari ini seharian dirumah karena bekerja itu sangat melelahkan sekali.
“Tapi… tidak apa-apa kan kalau aku sering-sering main kesini? Oppa pasti akan selalu menemaniku dan tidak berjaga di sekitar pantai, akan sangat merepotkan ya?”
“Jangan bilang seperti itu, aku kemari untuk bekerja semampuku. Jadi tidak mungkin kalau kau datang terus aku pergi bersamamu terus-terusan.” Ungkap Junhyung oppa. “Sering-sering saja main kesini, sekalian menjadi penjaga pantai tambahan, hahahahaha.”
“Enak saja, lebih baik Hyunyoung membantuku di restoran daripada panas-panasan bersamamu, benar kan Hyunyoung-sshi?” tanya Sunghyo yang membawa nampan berisi dua jajangmyeon yang mengepul-ngepul, “Tadi Minri kesini, kalian tidak melihatnya?”
Aku menggeleng takjub, “Anii…. Benarkah ia kesini?! Astaga, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya.”
“Tenang saja, ia bilang ia akan kembali bersama Doojoon oppa nanti. Jadi kalian bisa berbincang bincang melepas kangen.” Jawab Sunghyo sambil berbisik, “Selamat makan ya.”
“Nee gamsahabnida~~!!” ujar kami senang, dengan segera kulahap habis jajangmyeon itu karena rasa lapar yang luar biasa. Tapi… baru kusadari bahwa Junhyung oppa belum menyentuh jajangmyeonnya sama sekali.
“Op… oppa~!! Jesonghabnida, ak sangat lapar sampai-sampai aku tidak menyuruh oppa makan terlebih dahulu~~ mianhae, jeongmal mianhae…”
“Gwenchanaseo, kamu mau porsi punyaku?” Junhyung oppa mendorong piringnya ke depan wajahku, namun aku tidak bisa menerimanya karena sudah kenyang.
“Mian… aku sudah kenyang, makan sajalah jajangmyeon itu.” Aku menggeser piring itu kembali ke depan wajahnya, tapi yang ia lakukan hanya tersenyum dengan senyuman nakalnya.
“Nee, aku akan memakannya.” Jawabnya sambil mengangkat sumpit dan mulai menyumpit mie nya. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, kemana ya Minri-sshi?
“Emmmm kau mencari sesuatu?” tanya Junhyung oppa dengan mulut yang agak penuh. Otomatis aku langsung menggeleng cepat karena aku takut akan merepotkannya.
“Makanlah saja dulu oppa, aku hanya melihat lihat sekitar, apakah Minri-sshi didekat sini.” Jawabku. Seketika HPku bergetar dan kulihat nomor yang menelponku, Kittyoppa…
“Oppa, jakkamanyo… ada yang menelponku.” Aku berjingkat keluar dari rumah makan dengan berat hati, dan segera mengangkat teleponnya, “Yeoboseo Kittyoppa~~”
“Yeoboseo Hyuncat.” Jawabnya dari seberang sana, suaranya sangat merdu dan bening. Membuat dadaku berdesir desir, “Bagaimana kabarmu disana? Mian… aku belum bisa pulang, keluarga besarku menahanku untuk tinggal beberapa hari lagi. Tidak apa-apa kan Hyuncat?”
“He-em,” jawabku seadanya. Entah kenapa hari ini aku sedang tidak mood menghadapi suaranya meskipun hati ini juga berdesir hebat.
“Hyun-sshi…. apa kamu merindukan aku?”
DEG!! Kenapa tiba-tiba ia menanyakan hal itu padaku?! “Nee. Memang kenapa?”
“Kalau mau, nanti malam aku bisa terbang ke rumahmu sekitar pukul 12 malam. Mau kan?” tanya Hyunseung oppa. “Aku juga merindukanmu, jadi hanya inilah cara supaya bisa bertemu denganmu.”
“Nee, kuusahakan ya. takutnya aku mengantuk,” jawabku sekenanya, “Aku harus pergi oppa, annyeong.”
Aku mematikan teleponku saat Junhyung oppa sudah membayar semua makanan dan datang menghampiriku, “Telepon dari siapa?”
“Emmmmm…… namja chinguku.” Jawabku malas-malasan. Dan sudah kuduga, wajah Junhyung oppa berubah menjadi kaku.
“Oh…. Kapan dia pulang?” tanyanya agak ketus, tapi aku tidak memperdulikannya dan kutarik tangannya.
“Mollaeyo, dia tidak memberitahu. Bagaimana kalau kita cari Minri-sshi saja? Kaja oppa~”

.....

Pukul 12.00

“Hyuncat….. Hyuncat….”
Aku terbangun melihat cahaya putih berpendar dibalik jendela kamarku. Kubuka jendelanya, dan menemukan Hyunseung oppa yang tersenyum dengan sayap putihnya yang masih belum tertutup.
“Kittyoppa….. annyeong,” jawabku sambil memeluknya, tak ada lagi yang bisa kukatakan karena aku mengantuk sekali. “Tidak apa-apakah kalau kesini? Apa tidak ada orang yang akan melihat?”
“Anii, makanya aku kemari sekitar pukul segini.” Jawab Hyunseung oppa sambil mengelus elus rambutku dengan lembut, “Kau baik-baik saja kan? Jangan sampai terkena flu dan sakit ya, Hyuncat-ku~~”
Aku mengangguk sambil mengucek ucek mataku yang pandangannya buram karena masih mengantuk, “Kittyoppa, aku mengantuk sekali. Bisakah kita masuk ke dalam, temani aku tidur~~”
Hyunseung oppa segera menggiringku masuk ke dalam kamar dan menyuruhku masuk ke dalam selimut, sementara ia duduk disamping tempat tidurku, “Akan kutemani sampai kamu tidur, bagaimana?”
Aku tak menjawabnya karena sudah merasa nyaman oleh elusan elusan lembut di kepalaku oleh tangan *atau entah bulu sayap* Hyunseung oppa, aku menaruh tanganku diatas tangannya yang lebar.
“Kittyoppa, cepatlah pulang.” Jawabku dengan wajah yang pura-pura sedih, “Aku sendirian disini, hanya teman-teman dan oppa oppaku lah yang menemani. Cepatlah pulang~~”
Hyunseung oppa mengusap sebelah mataku sehingga entah kenapa rasanya mataku menjadi berkurfang mengantuknya. Ia mencabut satu bulu dari sayapnya yang berkilauan.
“Kalau kau ingin mengatakan sesuatu padaku, tulislah dengan bulu ini, dan aku akan membalasnya.” Jawab Hyunseung oppa. “Aku tidak bisa selalu menelponmu, jadi… berkomunikasilah dengan pena sayap ini.”
Ia memberikan bulu itu di tanganku dan mencium dahiku lembut, yang entah kenapa membuatku……. Menjadi sangat mengantuk, dan sangat mengantuk….

Bersambung...