Selasa, 26 April 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 18)

Yong Junhyung story…

“Hyunyoung-sshi? gwenchana?” tanyaku sembari mengantarnya ke midimarket pagi ini. Sudah hampir satu minggu Hyunyoung merawat Hyunseung karena mengalami amnesia temporer, dan kondisi Hyunyoung bukannya membaik malah memburuk. Ia kurang tidur dan selalu sibuk mengurusi namja sok polos tapi bodoh itu.
Hyunyoung mengangguk, “Nee.. gwenchanasimita. Waeyo oppa? Apa oppa merasa ada yang aneh dengan wajahku?”
“Emmmm…. Nee,” jawabku ragu-ragu, “Pipimu Hyun… pipimu, matamu..”
Hyunyoung langsung memegangi wajahnya dengan bingung dan ekspresi yang lucu dibalik wajahnya yang sedang mengalami banyak beban itu, “Waeyo? Apa jadi lebih gemuk?? Aish mungkin aku terlalu banyak makan.”
“Babo-ya…. pipimu itu makin kurus tau~!! Begitu juga dengan matamu, tuh.. ada lingkaran hitam dibawahnya.” Omelku dengan sebal, “Kan sudah kubilang selain menjaga Hyunseung, kau juga harus menjaga kesehatanmu dong! Nanti kalau kamu sakit, Doojoon akan sedih dan namja babo.. ah maksudku Hyunseung juga akan merasa bersalah tau~!!”
Wajah Hyunyoung yang tadi polos berubah menjadi agak pucat karena omelanku barusan, “Woah Junhyung oppa, kau mengingatkan aku pada guruku saat di SMA. Dia pemarah sekali, mirip sepertimu.”
“Huh, apa itu membuatmu senang nak?” ucapku. Namun yang ia lakukan hanya tertawa sambil menutupi mulutnya. Ia tertawa cukup lama sampai tiba saatnya kami hampir sampai di midimarket.
“Nanti… mau aku antar ke rumah Hyun lagi?” tanyaku ragu-ragu. Sebenarnya sih aku ingin menggaetnya pulang kerumah Doojoon sore ini, tapi aku yakin ia tidak akan mau dengan alasan si babo namja itu. Eisssssh kenapa disaat seperti inipun keuntunganku terenggut olehnya??!!
Tiba-tiba ada seseorang yang menarik narik lengan bajuku, “Oppa mendengarkan atau tidak sih? Aku sedang bicara nih~~”
“Ah mian, jadi…. Mau kujemputkah?” tanyaku memastikan. Sial, gara-gara mengingat si babo namja yang sok polos itu… aku jadi menyia-nyiakan suara Hyunyoung-sshi yang berharga *lebay dah*
Hyunyoung mengangguk pelan, “Akhir-akhir ini aku terkadang limbung dan sedikit pusing saat perjalanan pulang. Aku tidak mau jadi korban kriminal yang sedang marak saat ini, jadi aku pikir… ah kuharap oppa mau menemaniku.”
Aku mengacungkan jempol tanda setuju, lalu mulai mengait lengannya dan mengantarnya lebih dekat lagi ke midimarket, “Yak~ ini sudah musim semi, bersemangatlah. Aku yakin Hyunseung akan segera pulih kembali ingatannya, jadi jangan terlalu dipikirkan oke?”
“Nee, gamsahabnida oppa.” Ucap Hyunyoung dengan wajah yang…. Sangat susah digambarkan saking aku begitu terpana melihatnya, “Berkat oppa, aku bisa bertahan sampai sekarang ini. Gamsahabnida sudah mengurus Doojoon oppa dan menemani aku disaat kesulitan. Entah bagaimana aku harus membalasnya,”
Aku memegang pundaknya dengan mantap, “Yak.. tidak ada yang perlu dibalas. Yang penting kau tidak sedih lagi, aku paling tidak suka melihat seorang yeoja menangis. Apalagi yang dekat denganku,”
“Baiklah, doakan saja semoga aku semakin kuat ya oppa~” Hyunyoung berubah menjadi ceria lagi dan segera memasuki halaman midimarket, namun aku segera menahannya. Ada sesuatu yang tertinggal..
“Oppa, ada ap….”
Entah kenapa hari ini aku ingin sekali memeluk dan mencium keningnya, sehingga terpaksa aku melakukannya di depan umum…
Ah waeyo? Padahal dia tidak pernah memikirkanku, tapi kenapa aku semakin menyukainya?

~~~~~

Park Sunghyo story…

“Nee? Kau mencium dan memeluknya di depan umum? Apa tidak terlalu berbahaya? Kalau ada yang lihat bagaimana?” tanyaku sangat syok mendengar cerita Junhyung oppa barusan.
“Ah mamolla, akhir-akhir ini ia terlihat makin ringkih dan lemah saja. Jadi… entah kenapa ia terlihat sedikit imut di pandanganku dan….. ah biar saja lah, namanya juga refleks~!!” seru Junhyung oppa sambil tersenyum menunjukkan gusi dan gigi-giginya yang kecil. Baru pertama kali aku melihatnya segembira itu. Aku harap hari ini aku tidak mengucapkan hal yang bisa membuatnya bad mood seharian, yah semoga saja…
“Yak yak yak~~ apa yang kau lakukan terhadap dongsaengku hah? Seenaknya saja kau,” tiba-tiba Doojoon oppa datang dengan keadaan yang sudah berkeringat dan bau matahari, “Pemanasan di pagi ahri, menyegarkan loh. Kau harus mencobanya sekali-kali Sunghyo-sshi.”
Aku mengangguk mengiyakan saran Doojoon oppa yang tidak ada hubungannya sama sekali itu, “Hajiman…. Tidak apa-apakah melakukan hal itu terhadap kekasih malaikat lain?”
“Yak….. ini masalah hati, aku tidak peduli kalau nanti Hyunseung marah dan menjadi malaikat hitam lalu Doojoon menjadi malaikat putih. Soalnya aku sudah menyukai dia sejak ia belum kenal dengan babo namja itu, jadi tolong mengertilah..” jawab Junhyung oppa yang wajahnya sudah hampir berubah menjadi bad mood.
“Ah kureyo?” jawabku dengan ragu. “Apakah oppa berani melakukannya, meskipun oppa… omo omo~!! Siapa sia, yang berjalan bersama kumpulan yeoja itu huh?!”
Aku melihat seorang namja yang tidak lain adalah Kikwang yang sedang berjalan bersama beberapa yeoja yang sepertinya karyawan sejawatnya.
“Ottoke? Kau mau menghampirinya?” tanya Junhyung oppa sambil menatapi kerumunan itu dengan cuek, “Kau tidak akan memutuskannya kan? Kikwang memang orangnya begitu, dia selalu memperlakukan para yeoja dengan baik dan blablablablablabla…..”
Aku meninggalkan Junhyung oppa yang mengoceh dan Doojoon oppa yang ternganga karena aku pergi dari dapur dan segera menghampiri Kikwang dengan letupan emosi yang siap meledak.
“Ige mwoya?!” aku mengagetkannya dengan suaraku yang agak berat, “Irroke? Kau bilang kau bekerja keras di taman ria dan sekarang kau pergi dengan semua karyawan yang ma-yo-ri-tas yeoja? Irroke?”
Tanpa kuduga, Kikwang malah menyapaku dengan wajah yang berseri seri, “Oh jagiya. Untung kau disini, mana restoranmu? Aku ingin mengajak chinguduel ku makan disana. Kau akan memberikan diskon kan padakuuuuu?”
“Mwoya? Kau punya kekasih? Yeoja ini kah?” tanya salah satu yeoja itu, “Kau pasti bercanda Kikwang-sshi… tak mungkin yeoja bermuka keruh seperti ini kekasihmu.”
“Bukannya kamu masih sendiri ya Kikwang-sshi?” tanya yeoja yang lain, “Yak! Jangan mentang-mentang teman kami ulzzang, sehingga kau menganggapnya namja chingu~!! Seenaknya saja!”
“Yak! Kalau tidak percaya tanya saja sama Minri-sshi?! kalian chingunya juga kan, kenapa tidak ajak dia biar semua jelas?” tanyaku menahan sedikit emosiku.
“Hah buat apa dia diajak, toh dia sibuk ini bersama namja arab itu di taman ria. Sampai-sampai mereka tidak sadar kalau kami meninggalkan mereka,” jawab salah satu yeoja, “By the way, bisakah kamu minggir? Kikwang-sshi butuh udara segar dan pemandangan yang bagus hari ini.”
Aku tak sanggup menahan emosiku sampai-sampai aku berkata, “Yak apneun namja~!! Kamu ini babo atau apa sampia-sampai kau biarkan aku di bully temanmu sendiri hah? Gomanhaja, aku muak dengan kepolosanmu yang hanya membuat kita berdua celaka! Kita akhiri saja semua hubungan kita~!!”
Aku berlari menjauhi kerumunan sialan itu tanpa memperdulikan teriakan Kikwang yang memanggilku berkali kali

~~~~~

Min Minri story….

Tok tok tok….
“Nuguseo?” gumamku bingung, “Siapa yang malam-malam datang kemari?”
Aku mendekati pintu rumahku pelan-pelan. Appa dan ummaku sudah tertidur, semoga saja aku tidak membangunkan mereka.
“Nugu? Eh?” aku terkejut melihat Sunghyo yang duduk tersungkur di depan rumahku, “Yak~ ini sudah mau jam 12 malam. Kenapa kau tidak pulang dan… aish apa kau mabuk? Kau bau alkohol~!”
Sunghyo tidak menjawabku, ia hanya mengigau ngigau sambil mengatakan, ‘Minri-sshi…. Kikwang-sshi Minri-sshi…. Kikwang-sshi.’
“Eh buseommariya? Kalau mau bicara yang jelas~” pekikku di depan pintu karena aku tak sanggup mengangkut Sunghyo yang lebih berat dariku.
“eheu eheu… babo namja eheu eheu eheu~~” Sunghyo menangis pelan sambil memukul lantai berkali-kali; membuatku panik karena aku tidak ingin orang tuaku bangun.
“Kita ke rumah Dongwoon saja bagaimana?” usulku pada Sunghyo. “Mungkin kebingunganmu bisa berkurang disana.”

.....

“Mwoya?! Noona putus dengan Kikwang hyung??” tanya Dongwoon tak percaya, “Ottokaji, ceritakan pada kami dong.”
“Ah molla molla molla, biarkan saja apneun namja sialan itu berkumpul dengan para yeojanya~ uhuhuhuhuhuhu sialan, sialan~!! Uhhuhuhuhu…” Sunghyo hanya mengatakan hal itu berkali-kali sambil mengetukkan dahinya ke meja, sehingga Dongwoon memutuskan untuk mengangkutnya ke kamar tidur dan membiarkannya menangis sampai lega.
“Noona, ottokke? Kurasa Sunghyo noona sangat frustasi saat ini, jadi ia tidak bisa cerita kepada kita berdua.” Ujar Dongwoon sambil menggaruk kepala, “Bagaimana kalau kita biarkan ia istirahat, lalu besok kubawa noona ke midimarket untuk menceritakannya pada kita?”
Aku mengangguk, “Oke… kalau begitu aku segera pulang ya? aku takut appa dan umma mengira aku kabur dari rumah untuk menemuimu, beliau mengatakan untuk mengurangi hubungan kita selama kamu sedang menjalani tes, gwenchanaseo?”
“Nee gwenchana, bagaimana kalau aku antar pulang pakai sayap putihku? Aku belum pernah mencobanya.” Ucap Dongwoon dengan tawa yang jahil.
“Anii, gwenchana.. aku bisa pulang sendiri.” Jawabku tegas, “Besok kan hari pertamamu ujian, kau harus segera tidur dan jangan lupa belajar. Nee?”
Dongwoon mengangguk dan memelukku, “Hanboman noona… sekali saja, tidak baik seorang yeoja pulang di tengah malam sendirian. Apalagi kalau itu yeojaku.”
“Gamsahabnida Dongwoonie, kau selalu perhatian padaku. Nan nomu joahae~” jawabku sambil memeluknya balik, “Kaja, antarkan aku ke rumah.”
Sayap putih Dongwoon melebar dan memancarkan cahaya remang remang yang romantis. Aku bersiap untuk segera bertransformasi dan memegang pinggangnya erat-erat.
“Ah jakkamannyo noona,” tiba-tiba Dongwoon menundukkan wajahnya dan….. ia mencium bibirku dengan mantap; seakan ia tidak bisa menjauhiku barang seharipun.
Astaga… baru kusadari kalau Dongwoon adalah namja yang seposesif ini~

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

“Hyunyoung-sshi… kau sudah pulang?”
Terdengar suara Hyunseung oppa dari dalam apartemen sesaat sebelum aku benar-benar sampai di depan pintunya, bersama Junhyung oppa.
“Yak, sepertinya dia butuh bantuanmu.” Jawab Junhyung oppa yang tadi berjanji akan mengantarku pulang, dan syukurlah ia bisa menepati janjinya. Padahal Sunghyo saat ini lebih membutuhkannya daripada aku, “Masuklah, sampai ketemu besok ya.”
Aku menatapi punggung Junhyung oppa yang….. entah sengaja atau tidak, mencium keningku sekaligus memelukku begitu erat. Oke, mungkin ia bilang itu karena refleks, tapi kenapa ya rasanya berbeda?
“Hyunyoung-sshi? ppali kawa…” panggil Hyunseung oppa yang ternyata sedang duduk di sofa sambil menonton TV.
“Annyeonghaseo oppa, kau butuh sesuatu?” tanyaku “Apa oppa sudah makan? Aku ambilkan sedikit nasi dan lauk ya. mau kan?”
Hyunseung oppa mengangguk dengan wajah polosnya itu. Memang sih sedih, tapi…. Yang harus kulakukan hanyalah menunggu sampai ingatannya pulih kembali.
“Hyunyoung-sshi… kemari kemari~ kenapa begitu lama?” tanyanya dengan nada yang bertanya seperti anak kecil, “Lihat lihat… video klip boyband ini lucu sekali, ada dance battlenya juga lagi. Judulnya apa ya?”
Aku menaruh makanan di depan Hyunseung oppa sambil melihat layar TV yang sedang menyanyikan lagu Beautiful oleh boyband B2st, “Judulnya Beautiful oppa, yang menyanyi Beast. Ada apa?”
“Anii… aku suka lagu ini, So beautiful my girl.. U oh oh girl U oh oh girl, Sigani jinado.” Ia tersenyum sambil menyanyikan lagu itu, “Nuguboda naega deo deo deo.. Neoreul akkyeojulge my girl modu da julge, Neo U neoege U eege oh oh.. Yak~!! Ayo bernyanyilah~!!”
Aku menggeleng malu, “Gwenchana.. baru pertama kali aku mendengar oppa bernyanyi. Lanjutkan saja,”
Tiba-tiba….. rasa sesak kembali menghampiri dadaku ketika Hyunseung oppa bernyanyi, “Jigeumboda naega deo deo deo… Neoreul saranghalge my girl, you you you my girl.
Ah…. Ia menyanyikan lagu itu tepat di sebelahku, tepat disebelah yeoja chingunya yang terlupakan sementara karena kehilangan seperempat ingatannya. Apa aku bisa cukup sabar menunggu hingga ia pulih kembali?
“Eh eh? kenapa kau menatapiku terus? Apa ada nasi di mulutku?” tanya Hyunseung oppa yang sudah menyelesaikan nyanyian yang keluar melalui suaranya yang halus, “Ah… entah kenapa aku merasa sangat senang mendengar lagu itu. Semoga saja aku bisa menyanyikannya kepada seseorang yang kusayangi nanti,”
Aku mengangguk dengan dada yang agak sesak. “Apa….. ada seseorang yang sedang kau sukai oppa? Bukannya kau sekarang jarang keluar rumah?”
“Memang sih…” ucap Hyunseung oppa sambil mengingat ingat dengan agak susah, “Sepertinya aku mempunya seseorang yang sangat kupercayai di sisiku, seseorang yang selalu kupanggil ‘kucing kesayangan oppa’… seseorang yang aku cintai.”
Wajah Hyun oppa berubah menjadi sedikit mendung, “Ah hajiman, ottokke…? Aku benar-benar lupa tentang kenangan masalalu ku, benar-benar menyebalkan. Sungguh Hyunyoung-sshi, aku tidak suka meninggalkan kenanganku begitu saja di jalan.”
Aku termenung mendengarkan Hyunseung oppa. Meninggalkan kenangan begitu saja di jalan? Ottokaji?
Ah…. Peduli amat dengan ucapannya barusan, tapi ucapannya barusan meyakinkanku kalau sebentar lagi ia akan segera pulih dan kembali mengingatku.

Bersambung..

Senin, 04 April 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 17)

Sun Miyoung story…

“Welcome home, Hyunseung-sshi~~!!!!”
Yoseob melemparkan confetti kea rah Hyunseung yang baru saja pulang dari rumah sakit. Keadaannya terlihat sudah membaik meskipun kini dahinya masih dibalut oleh perban.
“Oh… gamsa… gamsahabnida Yoseob-sshi.” jawab namja itu dengan matanya yang bundar. Ia terlihat seperti bayi yang baru lahir kembali, “Em…. Siapa yeoja yang disebelahmu ini? Yeoja chingumu?”
Yoseob mengangguk, “Nee, dia adalah Sun Miyoung noona. Masa kau lupa?” tanya Yoseob. “Oh iya, kau tidak lupa dengan Doojoon, Junhyung goon, Dongwoon dan Kikwang kan?”
“Nee… nee… aku masih ingat,” jawabnya sambil tertawa. “Tapi… siapa yeoja yeoja yang bersama Kikwang dan Dongwoon itu?”
Minri mendekati Hyunseung dan menjabat tangannya pelan, “Ini aku Min Minri, oppa. Kita dulu teman satu tempat kerja di taman ria. Oppa menyukai taman ria kan?”
Ia mengangguk dengan wajah seperti anak kecil, “Nee… pasti menyenangkan kalau ke taman ria. Kita bisa bermain sepuasnya kan?”
“No.. no… hyung, kita bekerja disana. Tapi sama menyenangkannya kok disana.” Jawab Kikwang, “Kau membagikan balon kepada anak-anak yang ada disana. Membuatnya tertawa, menyenangkan bukan?”
Kutatapi Hyunyoung yang berdiri di belakangnya dengan senyum yang miris dan pahit, semua orang juga tahu kalau Hyunseung mengalami amnesia temporer. Tapi yang membuatku terkejut, karena ia juga lupa dengan Hyunyoung dan semua kenangan yang mereka lalui. Sehingga membuat Hyunyoung harus mengulang semuanya dari awal, aku salut padanya yang sampai saat ini masih bertahan untuk tersenyum. Meskipun aku tahu rasanya pasti sangat menyakitkan.
“Gwenchana, Hyunyoung-sshi?” tanyaku sambil merangkul pundak dan mengelus elus punggungnya. Sementara ia hanya mengangguk angguk pelan sambil tersenyum tipis.
“Nee, gamsahabnida unnie.” Jawabnya getir, “Semuanya pasti akan kembali seperti semula, aku yakin.”
Hyunyoung berjalan menghampiri Hyunseung oppa dan berkata, “Oppa, mulai hari ini aku yang akan menjaga oppa di rumah. Kalau butuh bantuan, panggil aku saja ya. oke?”
“Oh kureyo, gamsahabnida Hyunyoung-ah. Padahal kita baru seminggu bertemu, tapi kau sudah baik sekali padaku.” Jawab Hyunseung, “Mungkin aku tidak akan bisa membalas budi kepadamu.”
Suasana di rumah Hyunseung tiba-tiba berubah menjadi muram. Wajah Sunghyo berkaca-kaca, Minri menundukkan kepalanya, bahkan Doojoon menghembuskan napas berkali kali.
“Aniiyo… oppa tidak usah mengatakan hal seperti itu,” jawab Hyunyoung dengan nada yang agak berat sekaligus menyiratkan kekecewaan, “Ayo kita makan malam. Yoseob-sshi, kau sudah memasakkan makanan untuk oppa kan?”
“Oh tentu saja~!! Mari kita makan, kaja kaja… jangan malu-malu, silahkan Hyunseung-sshi~!” ujar Yoseob sambil menuntun Hyunseung yang masih melihat lihat pemandangan di sekitarnya, “Miyoung noona, kaja.”
Aku mengangguk sambil terus menatapi Hyunyoung yang kelihatan berubah sejak kecelakaan itu. Ia menjadi lebih pendiam, bahkan di dekat Junhyung yang selalu membuatnya tertawa dan gembira.
Saat kami tiba di ruang makan, Yoseob menyiapkan makanan untuk kami. Bibimbap yang terlihat segar dan enak.
“Terimakasih untuk makanannya, mari makan semuanya.” Hyunseung mengambil sendok dan mulai makan diikuti dengan yang lainnya.

~~~~~

Yoon Doojoon story…

“Mwo? Kau mau tinggal serumah dengan Hyunseung?” ucapku yang benar benar terkejut dengan keputusan Hyunyoung, “Lalu aku bagaimana?”
“Oppa bisa tinggal sebentar kan dengan Junhyung oppa? Jebal… di saat beliau masih rapuh seperti ini, ia tidak boleh dibiarkan sendirian.” Jawab Hyunyoung dengan tekad yang kuat.
Aku terdiam mendengar perkataan dongsaengku ini. Begitu mengejutkan, ia masih mau berurusan dengan namja yang bahkan lupa dengannya; dengan semua kenangan manis bersamanya.
“Baiklah kalau begitu, tapi kamu yang bicara sama Junhyung goon ya?” jawabku santai, “Kan yang menyuruhku tinggal disana kamu.”
Hyunyoung mengangguk sambil memberskan beberapa pakaiannya, “Aku pasti akan menelpon oppa kalau suatu kali aku hendak pulang kerumah. Jadi jangan khawatirkan aku, arra?”
Aku tidak tahan lagi dengan ekspresi wajahnya yang berpura pura tegar itu. Aku mencengkram pundaknya kuat-kuat dan berkata, “Hyunyoung-sshi, benarkah kau akan baik-baik saja? Hyunseung melupakanmu, bahkan melupakan semua tentang kalian berdua. Apakah kau akan kuat?”
Sudah kuduga, Hyunyoung meneteskan airmatanya dengan nafas yang tersenggal senggal, “Mollaeyo oppa. Tapi…. Hanya ini satu-satunya cara untuk mendapatkan yang aku punya kembali. Aku harap dengan seringnya aku berada didekatnya, ia bisa mengingatku kembali.”


.....

“Doojoon-sshi, benarkah ia tidak bisa mengingat seluruh yeoja yang hadir saat ini?” tiba-tiba Junhyung membuyarkan lamunanku, “Ia bisa mengingat kita dan ia juga bisa ingat kalau ia adalah malaikat sayap putih, tapi… kenapa ia tidak bisa mengingat para yeoja itu?”
Aku menggeleng, “Mollaeyo, mungkin para petinggi tidak membiarkan kecelakaan itu merusak bagian otaknya yang berhubungan dengan keluarga dan para malaikat yang ia kenal. Buktinya ia tidak ingat dengan tetangga-tetangga di sekitar rumahnya, ia hanya mengalami amnesia temporer.”
Junhyung mengangguk angguk, lalu mendekati Hyunseung. “Yak Hyunseung-sshi…. kau ini malaikat hitam atau putih?”
“Aish aish…… kenapa kau membicarakan hal itu keras-keras di depan yeoja?” diluar dugaan, Hyunseung merespon dengan keterkejutan yang luar biasa, “Kalau mereka tahu kan bisa gawat~~”
Aku mendekati mereka berdua dan menepuk pundak Hyunsueng, “Tenang saja, semua yeoja yang sudah jadi yeoja chingu para malaikat sudah tahu kok. Jadi…. Kau ini malaikat hitam atau putih?”
“Tentu saja malaikat putih, apa tato ku sudah berubah menjadi warna hitam? apa kau bisa memberitahuku?” tiba-tiba Hyunseung membuka punggungnya sebentar, lalu terkesiap lagi.
“Astaga, Hyunyoung kan dongsaengmu ya Doojoon-sshi? apa dia salah satu yeoja chingu dari kawanan kita? Apa dia tahu kalau kita malaikat?”
Junhyung dan aku cukup terkejut dan baru sadar kalau ia juga lupa bahwa Hyunyoung adalah yeoja chingunya, “Anii anii…. Kau malaikat putih kok. Kalau kau malaikat hitam, berarti aku jadi malaikat putih dong? Tapi aku masih hitam seperti ini. Hahahaha…”
Setelah bercakap cakap sebentar, aku dan Junhyung pamit pulang karena besok ada tugas di pantai yang menunggu sejak pagi.
“Doojoon-sshi, menurutmu bagaimana?” ungkap Junhyung dengan wajah yang puas. Seakan ia berhasil mendapatkan sesuatu.
“Menurutku apa?” tanyaku yang tidak mengerti.
Junhyung tertawa dan berkata, “Bukankah ini saat yang tepat untuk merebut hati Hyunyoung dari Hyunseung?”

~~~~~

Min Minri story….

“Noona… aku mau tambah lagi.” Ucap Dongwoon dengan mangkuk yang mengacung di depan wajahku sehingga membuatku terkejut.
Aku menggeleng gelengkan kepala dan berkata, “Dongwoon-sshi, kamu sudah makan 3 mangkuk dan belum kenyang? Aish kau tidak malu apa sama Hyunyoungie?”
Hyunyoung tertawa dan mengambil mangkuk Dongwoon, lalu mengisinya dengan semangkuk nasi penuh, “Gwenchana, nasinya masih banyak kok. Kalau tidak dihabiskan bisa terbuang, lagipula Dongwoon memang makannya banyak kok, makanya kau harus belajar masak yang enak-enak untuk Dongwoon, Minri-sshi.”
Aku memanyunkan mulutku. Kenapa Hyunyoung malah membela Arabian namja ini sih? Aku kan hanya ingin menasehatinya secara tidak langsung untuk tahu malu~~
Aku memencet mencet pundak Dongwoon dengan setengah kesal, “Kureyo? Ehehehehe tapi….. ini kan disediakan untuk kedatangan Hyunseung oppa, bukan untukmu Dongwoon-sshi. a-rra-jie??”
“Oh gwenchana, min… minri-sshi?” ucap Hyunseung oppa sambil memastikan apakah ia memanggilku dengan nama yang tepat, “Dongwoon goon sangat membantuku. Aku tidak bisa menghabiskannya sendiri.”
Aku mengacungkan jempol dan mengikuti Hyunyoung yang sedang mencuci piring di dapur, “Mau aku bantu? Kau tampaknya kelelahan sekali Hyunyoung-sshi.”
“Gwenchana, Sunghyo dan Miyoung unnie tadi sudah membantu sedikit. Pasti sisanya bisa aku kerjakan sendiri.” Jawab Hyunyoung yang memang tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang lelah.
Kalau diingat ingat, seminggu ini Hyunyoung seringkali menitikkan airmata jika mendengarkan perkataan Hyunseung oppa yang terkadang membuatku ngilu. Ia suka mengatakan ‘Sebenarnya, siapa sih kamu ini?’ ‘Kenapa kau selalu menemaniku setiap kali?’ ‘Apa kau saudara dekatku?’ atau ‘kenapa kau bisa tahu makanan kesukaanku dan mayoritas hal pribadiku?’ ‘Jangan bilang kalau kau ummaku.’ Terdengar konyol memang, tapi hal itu sangat menyakitkan hati Hyunyoungie.
“Noona, kenapa malah termenung seperti itu? Apa kau kekenyangan?” Dongwoon muncul dari ruang makan sambil mencium pipiku dan mencuci mangkuk bekas makannya, “Yoseob hyung ternyata ahli masak ya? aku tidak menduga kalau makanan buatannya enak-enak.”
“Jinjja? Ini buatannya Yoseob-sshi? wah dia sepertinya belajar banyak dari unnie.” Ungkap Hyunyoung dengan antusias, “Mereka selalu melakukan wisata kuliner dan mengumpulkan beberapa resep makanan. Miyoung unnie suka sekali memasak.”
Aku menyangkutkan lenganku ke lengan Dongwoon sebelum ia pergi ke ruang makan lagi, “Aku juga ikut masak tahu. Apalagi Sunghyo-sshi, ia yang memberitahu kami semua apa yang harus kulakukan.”
“Kureyo?” tanya Dongwoon dengan wajah terkejutnya yang berpura-pura, “Apa aku harus memberikan satu kissu untuk noona karena makanannya yang enak?”
Aku tertegun dengan perkataan Dongwoon yang dengan jahil mendekati wajahnya kea rah wajahku. Untung saja aku berhasil menghalaunya, “Aigo…. Arabia namja, mulutmu bau kimchi. Lagipula tidak enak sama Hyunyoung-sshi, tahu~~ dasar tidak sopan.”
“Nee… nee, mianhae.” Jawab Dongwoon dengan senyumnya yang sudah ‘membunuh’ ku berkali-kali, “Apa aku harus minta maaf pada…… noona?! Hyunyoung noona?!”
Kami otomatis berlari menghampiri Hyunyoung yang terkapar di bawah tempat cuci piring dan mengangkutnya ke ruang tamu. Hyunseung oppa menghampiri kami dengan wajah yang panic dan bingung,
“A…. ada apa? Apa yang terjadi dengan Hyunyoung-ah?”

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

Aku jadi teringat beberapa jam yang lalu, sebelum aku menjemput Hyunseung oppa di rumah sakit. Aku pergi berkunjung ke makam unnie yang nyaris semusim tak aku hampiri.
Aku duduk dibawahnya, lalu hanya terisak dan berkali kali mengatakan ‘Ottokke unnie? Berikan aku kekuatanmu untuk menghadapi semuanya.’
Apa yang kau lakukan kalau Doojoon oppa mengalami hal yang sama dengan Hyunseung oppa, unnie? Bisakah kau bertahan? Bisakah kau tersenyum untuknya, padahal sebenarnya kau menderita karena ia hanya menganggapmu orang yang baru datang ke kehidupannya?
Lalu….. kini yang kulihat hanya bayangan unnie yang menghampiriku dengan senyumnya yang miris…
Ia seperti mengucapkan sesuatu…. Tapi… waeyo? Kenapa aku tak bisa mendengarnya?


“Irona… irona Hyunyoung-ah. Gwenchana?”
Kubuka mataku, apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sofa tertidur seperti ini? Bukannya aku tadi ada di dapur sedang mencuci piring?
“Apa ini semua salahku, sehingga kamu terkapar seperti tadi?” tanya Hyunseung oppa dengan wajah yang bingung dan polos, “Sepertinya kamu terlalu memaksakan diri untuk merawatku, apa lebih baik kupanggil Doojoon untuk……..”
Aku langsung menggeleng kencang, “Aniiyo, jebal…. Gwenchana oppa, mungkin aku hanya sedikit capek. Tapi jangan khawatir, aku akan menemani oppa kok disini.”
Hyunseung oppa diam dan menyamankan duduknya di sofa sembari menurunkan kakiku dari pahanya. Kulihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam, “Oppa, sudah malam sekali. Kenapa oppa tidak istirahat?”
“Babo ya~~ mana bisa aku tidur kalau ada seseorang yang pingsan karena kelelahan mengurusiku,” ujar Hyunseung oppa. “Kenapa kau melakukan hal ini padaku?”
Aku tertegun mendengar perkataan Hyunseung oppa barusan, “Apa oppa keberatan kalau aku berada di sisimu?”
“Aniii bukan seperti itu,” ucap Hyunseung oppa sambil menggaruk garuk kepalanya, “Entah kenapa…. Setiap kali aku melihatmu, aku jadi teringat akan sesuatu. Tapi aku juga tidak tahu apa itu, bisakah kau beritahu aku?”
Hyunseung oppa menyentuh pipi dan bawah mataku perlahan, membuat jantungku sedikit berdesir karenanya, “Apa….. ini sudah terbentuk sejak dulu? Kantung mata ini? Kenapa aku merasa pernah melihatnya?”
“Hmmmmmmmh….” Aku memejamkan mata dan menggenggam pergelangan tangan Hyunseung oppa yang masih memegangi bawah mataku, “Mollaeyo oppa, aku tidak mengerti kenapa…. Kau bisa…….”
Nafasku mulai tak beraturan dan lagi-lagi tangisku meleleh, “Ah jesonghabnida. Aku merasa sedang sensitive akhir-akhir ini, sehingga aku sering sekali menangis.”
“Tapi….. kamu selalu menangis jika berada di dekatku, waeyo?” tanya Hyunseung oppa, “Apa yang terjadi? Kenapa tidak kau ceritakan saja? Apa aku pernah berbuat jahat padamu sehingga kau menangis seperti ini?”
Aku mengusap mataku sambil menggeleng, “Tidak mungkin oppa jahat padaku, bahkan…. Kita baru saja saling mengenal.”
Hatiku terasa sakit sekali mengucapkan hal itu. Seandainya oppa tahu bahwa sesungguhnya aku adalah yeoja chingumu….
Dan seandainya oppa tahu kalau aku menyesal karena telah melupakanmu sesaat ketika kau pergi waktu itu….

Bersambung..