Sabtu, 19 Februari 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 12)

Shin Hyunyoung Story….

“Hyunyoung-sshi, irona…… Hyunyoung-sshi, ironaseyo……”
Aku mengerjapkan mata satu dua kali, lalu menguceknya pelan. “A… apa yang terjadi? Bagaimana dengan keadaan Junhyung oppa?”
“Dia sudah tidak apa-apa kok, kemarin ia segera pulang setelah kondisi tubuhnya lebih baik,” jawab Doojoon oppa, “Mian. Aku lupa bilang kalau Junhyung-sshi adalah malaikat hitam yang…. Berbeda dari malaikat hitam yang lain, berbeda denganku ataupun Kikwang yang sekarang ini.”
Aku termenung melihat wajah oppa, meskipun aku tahu dia adalah malaikat hitam juga.. tapi aku tidak mengerti apa yang ia bicarakan. “Maksudnya bagaimana oppa?”
“Aku dan Kikwang… berubah menjadi malaikat hitam karena pasangan kami, misalnya Hyunseung-sshi dan Dongwoon goon. Kami tidak diberikan beban karena menjadi malaikat hitam.” jelas oppa, “Tapi… Junhyung-sshi berbeda. Ia punya sejarah hidup yang menyedihkan sehingga ia harus berubah menjadi malaikat hitam.”
“Kalau begitu… bisakah oppa ceritakan padaku?” tanyaku tanpa basa-basi. Tapi sayangnya oppa menggeleng kuat-kuat,
“Aku harus segera ke pantai karena Junhyung hari ini tidak masuk.” Katanya, “Aku harus berangkat, makan paginya ada di dapur ya.”
Sebelum Doojoon oppa pergi, aku bertanya lagi. “Oppa, apakah Junhyung oppa tinggal sendiri?”
“Nee.” Jawab oppa sambil mengikat tali sepatunya, “Memang kenapa?”
“Bolehkah aku minta alamatnya? Aku berniat untuk menjenguknya sehabis pulang kerja.”

.....

“Kau yakin tidak perlu kami temani?” tanya Yoseob. “Dia malaikat hitam, Hyunyoung-sshi. pure dark wings, energimu bisa terhisap oleh kekuatan kegelapannya.”
“Gamsahabnida, tapi aku bisa sendiri kok. Aku hanya minta diantarkan sampai ke tempat tinggalnya saja.” Jawabku antusias. “Lagipula, bukannya kau ada kencan dengan unnie? Benar kan?”
Miyoung unnie yang mendengarnya langsung menyambar pembicaraan kami berdua, “Aniiyo, kami memang selalu pulang berdua, Hyunyoung-sshi~~!! Jadi… kau tetap mau diantarkan sampai rumahnya saja?”
Aku mengangguk, “Nee, soalnya waktu itu aku pernah dibawa ke danau dekat rumahnya.. tapi aku lupa lokasi tepatnya dimana.”
“Oh.. ngomong-ngomong tentang danau, tuh…. Sudah terlihat danaunya.” Kata Yoseob sambil menunjuk ke arah yang ternyata memang ada danau disana. “tinggal ke kiri sedikit, dan kamu akan menemukan rumah luasnya yang sepi. Maklumlah dia tinggal sendirian.”
“Arraseo, gomapsimita Yoseob-sshi, unnie… hati-hatilah di jalan.” Aku menunduk dalam-dalam mengantar kepergian mereka, lalu menarik nafas dalam-dalam sembari mencari rumah Junhyung oppa.
Drrrrrrt…. Drrrrrrrrrrrrttt…. Loh, siapa ini yang telepon?
Saat kulihat layar HP, astaga~~~ dari Hyunseung oppa~!! Ottokke? Nanti ia bisa menuduhku yang tidak-tidak karena pergi ke rumah Junhyung oppa, padahal aku hanya ingin menengoknya~~
Tapi…. Kalau tidak kuangkat angkat, ia pasti akan menelponku berkali kali, mengirimkan pesan yang penuh dengan kecurigaan atau hal semacamnya *confused*
Sambil memandangi layar HP, aku menghembuskan nafas dalam dalam…. Lalu menuju ke pinggir danau, dan… mengangkat teleponnya.
“Yeoboseo?”
“Oh, jagiya… kenapa mengangkat teleponnya lama sekali?” sudah kuduga, Hyunseung oppa pasti akan mengatakan hal semacam itu~~ “Kau pergi ke suatu tempat?”
“Anii……. Aku tadi sedang menyebrang jalan, kalau mengangkat teleponmu bisa berbahaya.” Bohongku. “Ada apa oppa?”
Diseberang sana oppa tertawa dengan suara khasnya, “Aku merindukanmu Hyun-sshi…. sangat merindukanmu.”
“Ahahahah… jeongmal?” jawabku kaku, rasanya aneh sekali kalau mendnegar oppa memujiku seperti itu (?) “Tapi…. Tadi oppa bilang aku… Hyun-sshi?”
“Nee, kita sama-sama mempunyai nama tengah Hyun kan? Jadi aku iseng memanggilmu Hyun-sshi, hehehehe.” Jawabnya dengan tawa yang lugu. “Kau punya ide bagus untuk nickname kita berdua?”
Astaga, kenapa dia malah meminta nickname disaat saat seperti ini~!@##$#@@?><”L{$#@!!
“Em….. bagaimana kalau oppa memanggilku Hyuncat, dan aku memanggil oppa Hyunyaoma?” jawabku sambil menatapi kucing liar yang sedang minum di danau, “aku suka kucing, dan oppa mirip dengan kucing. Ehehehe…”
“Mwo? Kittyoppa? Terdengar lucu, gwenchana.” Diluar dugaan, ia menyetujui nickname yang kubuat asal-asalan itu, “Pasti akan senang kalau memanggilmu Hyuncat daripada Market mania~”
Eh, kok dia ingat julukanku di midimarket sih? “Oh nee, aku juga suka kalau memanggilmu Hyunyaoma.” Jawabku garing. “Ngomong-ngomong, aku harus pergi sekarang. Mianhae.”
“Ah…. Sayang sekali, padahal aku ingin mengobrol agak lama denganmu.” Ujar Hyun oppa. “Jaga dirimu Hyuncat, jangan selingkuh ya~~~”
Aku mematikan telepon, lalu berbalik kea rah rumah Junhyung oppa yang sepi itu. Kubuka pintu pagar, dan pelan-pelan kuketuk pintunya.
“Silyehabnida….” Jawabku sopan. “Oppa, ini aku Hyunyoung.”
Tidak diduga, terdengar suara Junhyung oppa dari dalam rumah. “Masuk saja, maaf aku tidak cukup kuat untuk membuka pintunya.”
Aku menuruti perkataan Junhyung oppa dan segera mencari keberadaannya. Tidak lebih dari 10 hitungan, kutemukan dia di depan TV dengan ruangan yang digelapkan. Bahkan dapur dan kamar mandi di gelapkan.
“Annyeonghaseo oppa, aku membawa bubur hangat untuk kau makan.” Jawabku seceria mungkin. “Tapi… ngomong-ngomong dapurnya dimana ya? kenapa sangat gelap sekali?”
“Hemat listrik, uangku tidak cukup untuk menyalakan lampu di rumah seharian. Jadi kuputuskan untuk mematikan lampu yang tidak dipakai.” Jawab Junhyung oppa. “Tidak usah repot-repot, duduklah disebelahku sini. Aku merasa lega ternyata ada juga orang yang mau menjengukku.”
Pelan-pelan aku duduk di lantai ruang TV Junhyung oppa, dan mendekati tubuhnya yang berselimut tebal, “Apakah…. Oppa merasa dingin, setelah….. kejadian yang kemarin malam?”
Dalam remang-remang TV, Junhyung oppa tersenyum. “Selimut membuat peringatan-peringatan yang tertulis di tubuhku ini berkurang rasa sakitnya.”
Aku celingukan berusaha melihat tulisan di lengan kanannya, “Bisakah oppa menceritakan padaku… apa yang terjadi tadi malam, sesudah aku pingsan?”
“Tulisan yang terukir di tubuhku ini mengeluarkan siksaannya.” Jawab Junhyung oppa, “Dan disaat itulah tanpa kusadari kekuatan kegelapanku menyerap energy dari seluruh media, termasuk manusia. Itu juga sebabnya kau pingsan, keputusan yang bagus untuk menelpon Doojoon-sshi cepat-cepat…. Hanya dia dan Kikwang yang bisa menolongku.”
Aku mendengar hal itu dengan hati yang sakit sekali. Kutarik lengan kirinya dan kusenderkan kepalaku di pundaknya yang berotot, semoga saja oppa tidak melihatku menangis..
“Seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuk membuatmu tidak mengalami hal ini, pasti akan kulakukan oppa….”

~~~~~

Sun Miyoung story…

“Yoseobie…. Apa kamu tahu sebab Kikwang menjadi malaikat hitam?” tanyaku saat perjalanan pulang setelah mengantar Hyunyoung.
“Minri pasti menyerahkan jiwa dan raganya ke mantan malaikat hitam yang mudah memperdaya manusia itu.” Jawab Yoseob, “Dongwoon adalah pasangan dari Kikwang-sshi. jadi apabila Dongwoon berubah menjadi malaikat putih, otomatis Kikwang akan menjadi malaikat hitam.”
Aku mengangguk angguk tanda mengerti, “Jadi… kalau berubah seperti itu, tidak berarti ia berdosa kan?”
Yoseob tersenyum lalu berkata. “Biar kujelaskan semua ya noona? Menjadi malaikat hitam bisa dengan 3 cara : dilahirkan sebagai malaikat hitam, pasangannya menjadi malaikat putih, atau ia melakukan kesalahan di masa lalunya sehingga ia menjadi malaikat hitam. arra?”
“Ooooooh jadi, malaikat hitam pun menjadi malaikat putih dengan cara seperti itu?” tanyaku lagi.
“Agak sedikit berbeda,” jawab Yoseob. “Mereka menjadi malaikat putih bukan karena mereka melakukan kebaikan. Tapi karena kekasihnya mau memberikan jiwa dan raga kepada malaikat itu, contohnya dengan melakukan hubungan dengan sang malaikat sebelum mereka menikah.”
Wajahku tiba-tiba memerah mendengar perkataan Yoseob barusan, “Jadi maksudmu…. Dongwoon dan Minri…. Melakukan hal itu??”
“Bisa jadi.” Kata Yoseob dengan muka yang polos. “Kalau aku tidak seperti itu ya~~ aku adalah reinkarnasi manusia terdahulu yang memiliki kebaikan yang begitu banyak. Dan orangtuaku juga keduanya adalah malaikat putih.”
“Oooooh jangan-jangan appamu adalah salah satu petinggi dalam kumpulan malaikat putih?” tebakku asal.
“Kok tahu sih? Malah appaku ketuanya.” Jawab Yoseob sambil menggaruk garuk kepalanya, “Ngomong-ngomong… kenapa kamu menanyakan hal itu terus sih noona? Apa kamu penasaran dengan kehidupan malaikat?”
“Auhhhh auuhhhhhhh nee, aku memang penasaran. Tapi… jebal~~~ lepaskan pipiku dari kedua tangan nakalmu iniii~~~” keluhku karena Yoseob mencubiti pipiku keras-keras. tapi bukannya ia melepasnya, malah semakin mencubit sambil tertawa girang.
“Oke kalau mau ku ceritakan, tapi….. Oh, ada yang jual mawar. Jamkkamanyo~~” jawabnya sambil berlari ke tukang jual bunga itu dan membeli setangkai mawar putih, “Buatmu noona~”
Aku terkejut dengan pemberian namja chinguku, meskipun hanya satu.. tapi aku merasa senang sekali. “Oh gomawo jagiya, kamu romatis sekali~~”
“Mwo? Tadi noona memanggilku apa?” tanya Yoseob terkejut, “Jagiya?”
Aku menggeleng geleng grogi dengan wajah yang memerah karena malu, “A…. anii…. Mungkin kau salah dengar, aku tidak memanggilmu seperti itu.”
Untungnya, Yoseob termakan omonganku dan langsung melupakan even barusan, “Oke…. Jadi, mau cerita dari mana?”
Aku memegang megang bunga mawar dari Yoseob dan memilin milin tali yang terikat di ujung mawarnya, “Dari awal juga boleh boleh saja. Tapi ceritanya sambil duduk ya, aku capeeek~~”
“Arrajie,” jawab Yosoeb sambil menggiringku ke tempat duduk terdekat. “Jadi, menjadi malaikat itu bermacam macam caranya, ada yang berasal dari reinkarnasi manusia terdahulu… ada juga yang murni malaikat, dan ada juga manusia yang berubah menjadi malaikat sesudah ia mengalami sesuatu misalnya kecelakaan tragis atau ketika ia beranjak dewasa.”
Aku mengangguk anggukan kepalaku tanda mengerti, “Dari semua malaikat yang aku tahu, siapa saja yang murni malaikat?”
“Junhyung goon, hanya dia.” Jawab Yoseob. “Kalau yang kecelakaan itu Kikwang-sshi dan Hyunseung-sshi, sisanya dari reinkarnasi.”
“Em……. Jadi, malaikat pun bisa jadi manusia dong?” tanyaku lagi dibalas dengan anggukan Yoseob. “Oh iya, siapa pasanganmu? Kudengar dengar setiap malaikat mempunyai pasangan dengan warna sayap yang berbeda kan?”
“Nee…. Pasanganku adalah Junhyung goon.” Jawab Yoseob. Tanpa sadar aku menutup mulutku karena tidak percaya.
“Junhyung-ah? Malaikat hitam yang hendak merebut Hyunyoung dari Hyunseung-sshi?” tanyaku lagi. “Apakah tidak menakutkan?”
“Ahahahahahahaha aniiyo…. Sebenarnya Junhyung goon adalah malaikat yang baik dan tidak jahat sama sekali. Takdirnya yang sangat menyedihkan itu yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Meskipun ia malaikat hitam, sebenarnya perasaannya sehalus malaikat putih.” Ucap Yoseob. “Kau sudah lihat dia kan? Kau lihat tulisan di lengan kanannya? Itu adalah sebuah siksaan bagi para malaikat yang melakukan kesalahan di masa lalunya.”
“Mwo? Apakah Junhyung pernah melakukan sebuah kesalahan sehingga dia diberikan hukuman seperti itu? Dan… apakah tulisan itu berpengaruh pada tubuhnya?”
Yoseob mengangguk, “Nee… kesalahan yang menggemparkan dunia kami. Tulisan itu akan membakar tubuh sang malaikat pelan-pelan, dan biasanya tulisan itu memanas pada saat malam hari.”
Memanas? Membakar? Bagaimana rasanya jika aku seperti Junhyung goon? Kenapa beban orang yang aku kenal terkadang sangat berat? Memang, seharusnya aku bersyukur terhadap apa yang aku hadapi.
“Yoseobie… apakah ada cara untuk melepaskan tulisan yang seperti kutukan itu dari tubuhnya?”
“Biasanya sih tidak ada,” jawab Yoseob. “Tapi….. hanya dengan jatuh cinta pada seorang manusia atau malaikat sejenisnya, dan menjadi pasangan pun juga bisa menghilangkan kutukan itu.”
Aku berpikir sebentar, “Lalu… apa yang terjadi kalau ia tidak mendapatkan pasangan hidupnya itu??”
Tiba-tiba Yoseob mendekatkan wajahnya dan membelalakkan matanya, “Mereka akan mati, dan tidak bereinkarnasi lagi.”
“Astaga, kau menakutiku Seobie~~!!” dengan refleks aku mendorong wajah Yoseob menjauh dari wajahku, kelakuannya tadi sangat lucu~~ “Kasihan juga ya pasanganmu itu. Makanya kamu jangan melakukan sesuatu yang bisa membuatmu dapat kutukan ya.”
“Makanya kamu juga jangan selingkuh dong noona.” Jawab Yoseob sambil mengelus elus rambut panjangku. “Nanti kalau aku dapat kutukan, kamu juga pasti kena kutukan.”
“Mwo? Andwae…. Aku tidak mau dapat kutukan.” Jawabku dengan wajah yang malu, “Lagipula…. Mana mungkin aku selingkuh? Aku benci hal-hal yang berbau seperti itu sejak aku mengenal yang namanya cinta.”
“Hahahahahaha yasudah, jangan marah-marah seperti itu dong~” kata Yoseob sambil mulai mencubiti pipiku lagi, “Nanti noona manisnya hilang kalau marah-marah.”
Mwo?? Apa yang ia katakan?? “Yak, dongsaeng~!! Jangan ngegombal seperti itu sih, ah jinjja aku tidak biasa kalau dipuji puji seperti itu~~”
“Nee nee arraseo,” jawab Yoseob sambil menepuk nepuk kepalaku. “oh iya, sebelum aku mengantarkan noona ke rumah.. aku mau tanya. Noona suka bunganya tidak?”
Aku mengangguk sembari kami berjalan menuju pagar rumahku yang sudah dekat, “Nee jeongmal gomawo Seobie. Aku duluan ya, soalnya aku mau menaruh bunganya di kamar.” Jawabku sambil membuka pintu pagar yang dikunci.
“Miyoung noona…. Ada yang ingin kusampaikan padamu lagi.” Yoseob berkata lagi. Aku menengok ke arahnya dan tiba-tiba…..
Ia mengecup bibirku,
“Saranghae noona-ku sayang~!! Sampai besok ya!!” katanya berlari sambil tertawa-tawa. Aku yang masih syok hanya memegangi bibirku, lalu berteriak…
“Yak, dasar kau apneun namja~~!!!” wajahku terasa panas sekali, “tapi….. nado saranghaeyo~!!! Sampai besok~~”

Bersambung..

Senin, 14 Februari 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 11)

Shin Hyunyoung story…

“Aku tidak peduli mau dia ada atau tidak, aku akan selalu bersamamu Hyunyoung. Saranghae Hyunyoung, aku mencintaimu.”
“Lihat saja nanti, Hyunyoung tahu antara siapa yang peduli padanya atau tidak. Tunggu tanggal mainnya, dan kelak nanti aku akan membuatmu menjadi malaikat hitam, Hyunseung.”


“Darling, gwenchana? Kenapa kau tidak bicara?”
Aku tersadar dari pikiranku yang melayang layang ke peristiwa dua hari yang lalu, Hyunseung oppa sedang menelponku dan aku malah bengong seperti ini…
“Nee, aku sedang sibuk mengerjakan urusanku karena sebentar lagi aku pulang.” Jawabku sambil memikat kepalaku yang pusing.
“Arraseo, jaga dirimu baik-baik ya. aku akan pergi seminggu karena dongsaengku akan diwisuda.” Jawab Hyunseung oppa, “Aku harus pergi sekarang.”
Aku menutup telepon dan segera keluar dari ruang ganti untuk mengisi absen, kalau tidak cepat-cepat gajiku bisa dipotong nantinya.
“Hyunyoung-sshi, kau pulang duluan?” tanya Miyoung unnie. “Kau tidak bersama kami?”
“Gamsahabnida, aku harus segera pulang dan memasak untuk Doojoon oppa.” Jawabku sambil membuka pintu midimarket.
Saat kubuka, terlihat Junhyung oppa yang sedang berdiri tegak di depan midimarket…
“Annyeong Hyunyoung-sshi… bagaimana kabarmu?”
Aku segera berkilah dan tidak menghiraukan Junhyung oppa yang tadi bicara padaku. Saat aku hendak melewatinya, ia dengan gampang menggenggam tanganku dan mencegatku.
“Jebal, lepaskan oppa. Aku tidak ingin bicara denganmu saat ini.” Tukasku kesal. Namun ia masih menggenggam tanganku kuat-kuat, meskipun tidak terasa sakit sama sekali.
“Yak, ayo kita pulang bersama. Aku tidak bawa motor, jadi.. jalan kakilah bersamaku.” Jawab oppa tanpa menghiraukan perkataanku barusan. “Temani aku, sekali aja.”
Aku menatapnya penuh kekesalan. Mengingat perkataannya 2 hari yang lalu sudah membuatku pusing dan kalut, rasanya tidak akan mudah memaafkan atau bicara dengannya lagi seperti dulu.
“Apakah karena aku malaikat hitam……. Yang berkonotasi negative dan mayoritas dijauhi umat manusia, sehingga kau tidak mau bicara… bahkan menghabiskan waktu sebentar bersamaku?” tiba-tiba Junhyung oppa menatapiku dalam-dalam, matanya berkaca-kaca dan tersirat permintaan tolong di dalamnya, “Jebal, temani aku pulang…. Kali ini saja.”
Aku menatapi mata itu dengan nafas yang tersenggal senggal dan mata yang juga berkaca-kaca, pandangannya yang kejam membuatku goyah dan membuat jantungku berdebar debar…… kenapa bisa seperti ini?
“Oh….. memang, Yong Junhyung bahkan tidak pernah beruntung sejak ia tumbuh dewasa.” Jawabnya mengejek diri sendiri, “Bahkan yeoja terdekatnya sampai menjauhi mahluk ciptaanNya yang hina ini. Arraseo, aku pulang duluan.”
Junhyung oppa berjalan menjauhiku dan membalikkan punggungnya menuju arah pulang yang sama denganku. Namun entah kenapa, melihat mata Junhyung oppa yang berkaca kaca tadi……
Aku berlari untuk menyusul oppa dan menggaet tangannya sehingga ia terkejut, lalu aku mulai menyamakan jalanku dengannya.
“Wa… waeyo? Kau tidak perlu memikirkan perkataanku barusan.” Jawab Junhyung oppa ketus.
“Aniiyo, aku tidak memikirkannya.” Jawabku tak kalah ketusnya, “Pokoknya kita pulang bersama saja…”

~~~~~

Sun Miyoung story…

“Benar-benar mencengangkan.” Komentar Yoseob yang wajahnya menempel di jendela midimarket, “Hyunyoung-sshi pulang dengan Junhyung goon~!!”
Aku menoleh kea rah namja chinguku itu, “Jeongmal? Apakah akan baik-baik saja? Ngomong ngomong, kenapa kau belum ganti baju sih?! Kita kan mau pulang~~”
“Jakkamannyo, sebentar lagi aku ganti baju. Tadi sudah absen kok.” Jawab Yoseob. “Tergantung kepada Hyunseung hyung nya saja, kalau ia tahu mungkin ia akan berang. Tapi setahuku Hyunseung hyung adalah namja yang polos dan sedikit cuek, jadi….. rasanya akan baik-baik saja.”
“Apakah boleh? Persaingan antara malaikat hitam dan putih seperti itu?” tanyaku ragu. “Bisa-bisa diantara kedua malaikat itu, ada yang mati.”
“Kalau para petinggi di atas sana bilang, kejadian ini jarang terjadi.” Jawab Dongwoon yang sudah ganti baju dan mendorong Yoseob ke ruang ganti. “sudah tugas malaikat hitam menggoda dan merebut hal-hal kepunyaan malaikat putih. Meskipun terkadang dua pihak itu juga bekerja sama, seperti aku dan Yoseob hyung dulu.”
“Tapi… kalau perebutan masalah cinta, apakah diperbolehkan?” tanyaku lagi. “Dan…. Bolehkan malaikat lain membantu salah satu dari keduanya?”
“Kejadian perebutan masalah cinta antara dua malaikat berbeda itu sangat jarang. Apalagi Junhyung goon yang sudah digariskan menjadi malaikat hitam sejak ia tumbuh dewasa, yang lebih sering itu… perebutan cinta antara 2 malaikat putih atau hitam. dan sepertinya kali ini para petinggi menyetujuinya.”
“Mwoya, menyetujui hal seperti itu?!” ujarku syok. “Tapi… bagaimana perasaan Hyunyoung kalau salah satu dari mereka tiada?! Junhyung adalah teman dekatnya, sementara Hyunseung namja chingunya, ottokaji?!”
“Mollaeyo noona, sudahlah jangan pikirkan hal itu.” Sahut Yoseob yang baru saja keluar dari ruang ganti. “Semuanya terletak di dalam keputusan Hyunyoung-sshi. Dia yang akan memutuskan segalanya, kaja.. kita pulang.”
Yoseob menarik tanganku dan mengajakku pulang, tapi pikiranku masih sedikit resah dengan perkataan Dongwoon dan Yoseob barusan…

“Kejadian perebutan masalah cinta antara dua malaikat berbeda itu sangat jarang. Apalagi Junhyung goon yang sudah digariskan menjadi malaikat hitam sejak ia tumbuh dewasa, yang lebih sering itu… perebutan cinta antara 2 malaikat putih atau hitam. dan sepertinya kali ini para petinggi menyetujuinya.”

“Semuanya terletak di dalam keputusan Hyunyoung-sshi. Dia yang akan memutuskan segalanya,”


Memutuskan hal yang begitu rumit seperti itu? Apakah Hyunyoung bisa? Aku saja yang lebih senior darinya tidak mampu kalau berada di posisinya~
Ottokke? Pasti Hyunyoung akan lebih kalut daripada hari ini. Tadi saja saat pulang, ia menerima telepon dari Hyunseung-sshi dengan wajah yang letih dan galau.
“Noona, kau masih memikirkan yang tadi?” tiba-tiba Yoseob menarikku ke pelukannya sehingga aku terpekik saking terkejutnya. “Jebal, malaikat adalah mahluk yang kekal. Tidak mungkin mereka mati begitu mudah, mereka pasti akan bereinkarnasi secepat mungkin. Lagipula.. ini bukan urusan kita.”
Wajahku memerah karena Yoseob memelukku begitu erat sehingga aku sulit bernafas, kata-kata Yoseob yang barusan terngiang ngiang lagi di kepalaku…..
Bukan urusan kita? Hyunyoung itu hoobae sekaligus chinguku, tentu saja aku juga turut prihatin terhadapnya…

~~~~~

Park Sunghyo story..

“Mereka diributkan oleh para petinggi loh, betapa eksisnya mereka.”
Aku menengok kea rah namja chinguku yang akhir-akhir ini makin apneun saja sejak menjadi malaikat hitam, tapi meskipun menjadi malaikat hitam.. ia terkadang maish terlihat polos. Haha
“Apa yang mereka bincangkan?” tanyaku yang sibuk mengganti channel TV yang dari tadi progamnya itu-itu saja.
“Kasus yang dialami oleh Hyunyoung-sshi sangatlah langka. Perebutan perasaan antara malaikat hitam dan putih, hemmm sangat menarik.” Jawab Kikwang, “Yak, bisakah kau tetap di satu channel saja? Mataku pusing melihat layar TV yang kamu ganti terus menerus.”
Aku yang sudah bosan, langsung mematikan layar televisi dengan kesal. “Tidak ada yang pantas untuk ditonton. Yasudah, kamu ceritakan saja deh masalah Hyunyoung itu.”
Kikwang duduk di sebelahku dan merangkul pundakku, “Jadi…. Selama ini para petinggi hanya menemukan kasus perebutan cinta oleh kedua malaikat yang sepihak, putih putih dan hitam hitam. tapi baru kali ini para petinggi menemukan kasus seperti mereka bertiga, dan mereka membiarkannya.”
“Lalu… kenapa Junhyung oppa bersikeras untuk mendapatkan hati Hyunyoung, yeobo?” tanyaku lagi.
“Molla, mungkin Junhyung goon sudah menyukai Hyunyoung-sshi jauh sebelum yeoja itu menyukai Hyunseung-sshi.” jawab Kikwang. “Menyatakan cinta kepada orang yang disuka dan dibalas perasaannya oleh si yeoja, itulah satu-satunya cara untuk merubah sayapnya. Dulu, Junhyung goon adalah malaikat putih.”
“Jeongmal? Kenapa sekarang.. ia menjadi malaikat hitam?” tanyaku cukup terkejut. Kupikir sejak awal Junhyung oppa adalah malaikat hitam.
“Kure… dia berubah menjadi malaikat hitam sejak ia menginjak usia remaja, perubahan yang menggemparkan seluruh jagad, Sunghyo-sshi.” “Appa dan umma beliau juga, memiliki kisah cinta yang sebenarnya sangat terlarang. Makanya, aku terkadang merasa kasihan terhadap Junhyung goon.”
Aku menatap Kikwang yang mengelus elus dahiku lembut sehingga aku merasa sedikit mengantuk, “Bolehkan aku tahu? Aku kan sudah maklum kalau kalian semua adalah malaikat dengan sayap yang berbeda-beda.”
“Hemmmmmm kau selalu ingin tahu semuanya, jagiya.” Jawab Kikwang sambil mencium keningku lembut sekali, “Nanti kamu juga tahu kok. Bahkan, kita semua akan tahu suatu hari nanti. Hari dimana Hyunyoung memutuskan segalanya.”
Aku masih termenung memikirkan kata-kata Kikwang barusan. Apakah sanggup, Hyunyoung memutuskan siapa yang akan ia pilih? Junhyung oppa adalah sahabat dekatnya saat yeoja itu baru saja kehilangan unnienya, sementara Hyunseung oppa adalah namja chingunya. Apakah bisa?
“Kikwangie….” Panggilku, “Kalau kamu menjadi Hyunyoung, siapakah yang kamu pilih? Sang malaikat hitam selalu menjagamu disaat unnienya sudah tak bisa menjaganya lagi, sementara sang malaikat putih adalah seseorang yang baru kamu sukai kurang dari satu tahun. Siapa yang kamu pilih?”
Ia bukannya menjawab pertanyaanku dengan jelas, malah mencubiti pipiku, “Yak, kenapa kamu membandingkanku dengan Hyunyoung? Dia yeoja, sementara aku namja. Aku pasti memilih sang malaikat putih, karena namja itu egois… namja jarang memikirkan perasaan orang di sekitarnya.”
Aku tertawa geli sekali mendengar pernyataannya yang polos, “Oh, jadi kamu mengakui ya bahwa kaum namja itu memang egois?”
“Yak, aigooooo kau menjebakku lagi Sunghyo-sshi~~!!” jawabnya dengan wajah yang merona karena malu, “Ah jinjjaeyo, kau ini selalu saja~~”
Aku bangkit dari pangkuannya, memeluk lehernya, dan menciumi bibirnya…. Begitupun Kikwang yang membalas ciumanku sambil tersenyum menyembunyikan rasa malunya.

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

“Annyeonghaseo….”
“Nee, selamat datang Hyun… oh, kau bersama Junhyung-sshi?” tanya Doojoon oppa yang menyambut kepulanganku, tepatnya kedatanganku dan Junhyung oppa.
Aku mengangguk tanpa suara, kini perasaanku merasa tidak nyaman kalau bersama Junhyung oppa. Bahkan kami tidak berbicara satu sama lain, tangan kami bergandengan. Tapi kami tidak menatap wajah satu sama lain, sungguh kaku.
“Em….. kau tidak bersama Hyunseung? Kemana dia?” tanya Doojoon oppa yang bolak balik ke dapur mengambil makan malam untukku.
“Aniimnida.” Jawabku singkat. Keberadaan Junhyung oppa di sekitarku membuatku bungkam tanpa suara sama sekali. “namja chinguku pergi ke rumahnya untuk menghadiri wisuda kelulusan dongsaengnya.”
“Oh.. arrajie,” jawab Doojoon oppa, “Silahkan dimakan makanannya, kalau kau butuh aku telepon saja. Aku mau keluar sebentar, jenuh sekali dari tadi di rumah saja.”
Aku mengangguk sambil mengangkat piring dan menyendok lauk-lauk, sementara Junhyung oppa masih berada diseberangku. Berdiri tanpa bergeming, sperti Lucifer..
“Oppa tidak makan?” tanyaku dingin. “Apa oppa ingin segera pulang?”
“Kau mengusirku?” balasnya dingin. “Aku ingin menunggumu makan, karena aku ingin mengakui sesuatu padamu.”
Junhyung oppa berlalu sambil membuka jaketnya, terlihat sebuah tulisan tertera di lengan kanannya. Lalu terlihat tulisan berbentuk diagonal di dada kirinya. Ia tidak membuka t-shirtnya, namun terlihat jelas karena pakaiannya yang tipis itu.
“Oppa….” Aku mengunyah bulat bulat makan malamku dan segera menghabiskannya, “Apa itu.. yang ada di dadamu, dan di lengan kananmu?”
Junhyung menatapku dari kejauhan, “Oh.. jadi akhirnya kau mau bicara padaku? Kalau mau, lihat saja kesini.”
Aku merasa tersinggung dengan perkataannya barusan, tapi didorong rasa penasaran, aku memutuskan untuk mendekatinya. Terukir tulisan latin di lengan kanannya, dan di sekitar tulisan itu memancarkan warna merah yang menyala, saat kupegang pun rasanya panas sekali.
“Apa arti dari tulisan ini oppa? Apa kau bisa mengartikannya?” tanyaku bingung. Junhyung oppa tidak menjawab, namun beberaoa saat kemudian tubuhnya bergetar getar kecil.
“Mo….. mollaeyo….” Katanya dengan gigi yang beradu. “Tulisan ini terukir bukan mauku, ini semacam hukuman untukku karena masa laluku yang tidak…. Baik..”
Aku yang melihat oppa tidak berhenti gemetaran, menjadi panik dan ketakutan. “Op.. oppa, apa yang terjadi? Kenapa kau gemetaran seperti ini?”
“Jam berapa ini?” tanya Junhyung oppa sambil masih gemetar. “Oh, jam 9 malam… gwenchana, setiap jam 9 malam setiap hari… tulisan tulisan hukuman ini mengeluarkan hawa panas yang sangat menyiksa.”
Aku menelan ludah, jadi ini sebabnya Junhyung oppa hanya bisa menemaniku tidak lebih dari jam 9 malam? Dia… merasakan kesakitan ini sendirian dirumahnya? Setiap hari?
“A…. ada yang bisa aku lakukan untuk mengurangi hawa panasnya?” tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca. “Yak oppa, adakah sesuatu yang bisa mengurangi rasa sakitnya?!?!”
Tangan kiri Junhyung oppa menggapai tanganku sambil gemetaran, “Kalau aku jatuh atau mati sekarang…. Tolong beritahukan oppamu, tolong beritahu Kikwang, tolong beritahu…..”
Suara Junhyung oppa tidak terdengar lagi, badannya makin terguncang hebat dan lampu-lampu di rumah menyala dan redup begitu seterusnya.
“Oppa?! Yak oppa?!!” airmataku yang dari tadi tertahan, jatuh di pipiku. Aku mencari-cari HPku untuk menelpon Doojoon oppa, ketika kulihat…. Sayap kegelapan meredupkan seluruh cahaya di rumah….

Bersambung..

Senin, 07 Februari 2011

The Dark and The Light Wings (Chapter 10)

Shin Hyunyoung story..

Malaikat itu terbagi menjadi 2 jenis. Yaitu Malaikat bersayap Putih dan Malaikat bersayap Hitam..
Setiap malaikat dilahirkan berpasangan dengan malaikat lain. Jika terlahir satu malaikat putih, pasti akan terlahir malaikat hitam pula…
Malaikat putih bisa menjadi malaikat hitam karena amal perbuatannya, begitu juga dengan malaikat hitam. Mereka juga bisa menjadi malaikat putih….
Malaikat sebenarnya tidak boleh jatuh cinta, tapi jikalau sudah terlanjur…. Ia tidak boleh meninggalkan orang yang ia cintai itu. Meskipun yang merebut orang yang mereka adalah sesama malaikat…
Malaikat yang mendapatkan pesan di tubuhnya, lambat laun akan mati. Karena tulisan-tulisan itu adalah hukuman dari sang penciptaNya, karena malaikat itu sudah melakukan dosa…


“Selamat datang di perkumpulan kami, Hyunyoung-sshi.” Ujar Sunghyo esok paginya saat aku sedang bekerja, “Aku tidak menyangka, kamu akan masuk ke perkumpulan kami secepat ini.”
“Maksudmu bagaimana Sunghyo-sshi?” tanyaku sambil membereskan kerjaanku dan tidak lupa mengecek daftar pemasukan yang tadi diberikan oleh Yoseob. “Perkumpulan apa?”
“Haaaaah, kau tidak tahu ya kalau Kikwang, Yoseob, Dongwoon dan orang-orang disekitarmu adalah malaikat?” tanya Sunghyo. “Simbol itu, symbol di punggung mereka adalah pintu keluarnya sayap-sayap mereka. Kalau tidak percaya, coba buktikan.”
Aku mengacuhkan perkataan Sunghyo dan memberikan list kepada Yoseob dan Miyoung unnie yang dari tadi sibuk bercanda sambil bekerja *gimana caranya?* namun Sunghyo tetap saja mengikutiku.
“Hyunyoungie… kau tidak percaya padaku? Perkataanku barusan, kau tidak mempercayainya?” tanya Sunghyo emosi. Entah, antara emosi dan bingung.
“Aniiyo… hanya saja, aku sedikit pusing dengan kenyataan-kenyataan seperti itu.” Suaraku memelan karena ada seorang pembeli yang datang. “Aku hanya percaya bahwa malaikat itu hanya di dongeng-dongeng, tapi sekarang…. Namja chinguku ternyata malaikat. Bersayap putih pula.”
“Loh, bukannya itu hal yang bagus? Sayap putih menandakan kalau mereka benar-benar polos, tidak pernah bohong, dan suci.” Jawab Sunghyo dengan suara yang memelan pula.
“Aku tidak peduli itu.” Sergahku. “Masalahnya, kudengar dengar dari mitos… malaikat putih mudah sekali sakit hati, mudah sekali terluka dan kecewa. Bahkan mungkin saking polosnya, mereka akan melukai diri mereka sendiri dan….. mungkin ia bisa jadi malaikat hitam karena kesalahanku.”
“Yak, malaikat hitam itu tidak sepenuhnya jahat. Mereka hanya tidak beruntung, seperti Kikwang.” Jawab Sunghyo. “Dongwoon akan tetap malaikat hitam dan Kikwang akan tetap jadi malaikat putih, jikalau Minri tidak memberikan seluruh jiwanya pada Dongwoon.”
Jiwa? Batinku. “Maksudnya jiwa itu…. Bagaimana Sunghyo-sshi?”
“Yak, kenapa kau jadi 4D seperti ini sih?” sentak Sunghyo. “Minri-sshi sudah memberikan seluruh jiwanya kepada Dongwoon. Minri sudah tidur dengannya~~”
Aku terbelalak. Minri-sshi tidur dengan Dongwoon? Terdengar tidak mungkin. “Kau tahu dari mana? Tidak mungkin kan Dongwoon memberitahumu?”
“Aku tahu dari Kikwang. Malaikat hitam bisa mendapatkan sayap putih kalau ia berhasil membujuk orang yang ia cintai untuk memberikan jiwanya pada sang malaikat. Tapi itu juga tidak berarti malaikat itu bisa meninggalkannya begitu saja, mereka bisa mati jika melakukan hal seperti itu.
“Sepertinya semuanya serba kompleks ya?” aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. “Baiklah, yang penting aku tahu beberapa info tentang orang-orang bersayap ini.”

.....

Beberapa jam kemudian..

“Yak, kau apakan tatooku?” tanya Hyunseung oppa. Ups…. Aku yang awalnya ingin mencoret coret punggungnya, jadi batal deh…
“Yak, kenapa kau mencoret coretnya seperti ini?! Astaga… kau seperti anak kecil~~!!” oppa mencubit pipiku dan mencekikku dan menggelitik pinggangku.
“Kyaaaa kyaaaaaa stop stop~~!! Ampun oppa… ampun~~!!” aku tertawa tawa karena kelakuan namja chingu ku yang lucu ini. Aku membalas menubruknya dan kembali menggelitiknya. Kami berdua tertawa dan berteriak bersama, sangat menyenangkan.
“Yak, pasangan baru. Bisakah kalian diam sebentar?! Aku ngantuk nih~~” keluh Sunghyo yang sudah ada di dekat sofa tempat kami bersenda gurau. “Mwo? Kenapa tattomu jadi ada kumisnya begitu oppa? Wakakakakaka~~!!!”
Sunghyo menertawakan punggung Hyunseung oppa yang tadi kucorat coret dengan spidol warna merah, sementara yang ditertawakan sibuk mencari cermin untuk melihat apa yang terjadi. Dan otomatis wajahnya langsung memerah dan BLAR!! Terkembanglah sayap putih dari punggungnya.
“Waaaaah~~ keren sekali sayapmu oppa, aku belum pernah melihat sayap milik malaikat lain sebelumnya.” Komentar Sunghyo. “Yak, bantu dia menyembunyikan sayap besar itu sebelum tetangga-tetanggaku melihatnya.”
Sunghyo menutupi gorden-gorden jendela dan kembali ke kamar untuk tidur. Aku mengambil air hangat dan lap untuk menghapus coretan di punggungnya. Kata Sunghyo, kalau kita melakukan sesuatu kepada punggung sang malaikat.. maka sayapnya akan keluar dan untuk menyembunyikannya, kau harus menghapus sesuatu yang ada di punggungnya.
“Oppa, taruh sayapmu di depan terlebih dahulu. Aku mau menghapus coretannya.” Perintahku. Otomatis sayap-sayap itu menutup kea rah depan, dan aku segera menghapus coretanku dengan lap basah yang hangat. Dalam waktu beberapa menit, sayapnya pun menghilang dan terlihat lagi tato milik oppa.
“Hyunyoung-sshi… aku mau bertanya sesuatu kepadamu.” Ujar Hyunseung oppa “Kenapa kamu tidak pulang, menemani Doojoon hyung?”
Ah Doojoon oppa, entah kenapa beberapa bulan ini aku sudah melupakannya, bahkan aku melupakan kesalahannya. Hanya saja, bisakah aku menghadapi oppa dengan hati yang lapang, setelah semua kelakuannya?
“Mollaeyo oppa…. Aku, masih tidak tahu harus menghadapinya dengan hati yang lapang atau biasa saja.” Jawabku sambil bersandar di pundaknya. “Ottoke?”
“Anggap saja semuanya tidak pernah terjadi. Bagaimana, apa itu hal yang tidak mudah?” ujar oppa. “Doojoon oppa kan satu-satunya relatifmu yang masih ada disekitarmu. Dia sudah berjanji pada unnie mu untuk menjagamu, apa kau akan membiarkan dia mengingkari janjinya?”
“Tapi… kapan?” jawabku bingung.
“Secepatnya, yeobo… jangan menunda waktu.” Ujar Hyunseung oppa. “Biar aku yang nanti bicara dengan Junhyung, biar dia bisa mengantarmu pulang. Doojoon adalah namja yang sensitive, kau tahu dia kan?”
Aku mengangguk pelan lalu mengangkat tangan oppa, dan mencium punggung tangannya. “Gomapta oppa, saranmu.. benar-benar merasuki hatiku.”
“Merasuki hatimu? Bagaimana caranya? Bukannya suaraku masuk ke telingamu, bukan ke hatimu? Kok bisa?” jawabnya dengan pandangan bingung.

~~~~~

Min Minri Story…

“Dongwoon… aku tidak mau lagi.” Ucapku tegas sore ini. “Aku tidak mau tidur denganmu lagi.”
Namja dengan wajah Arab itu tiba-tiba menoleh kepadaku dengan pandangan bingung, “Waeyo noona?”
“Aku noonamu. Kau tidak pantas memperlakukan aku seperti itu, kau sudah berkali-kali memperdayaku.” Ucapku tegas. “Seorang malaikat putih tidak pantas melakukan hal seperti itu.”
“Tapi aku mantan malaikat hitam, dan… kebiasaan malaikat hitam adalah melakukan hal-hal seperti itu.” Jawab Dongwoon. “Apa… aku harus berhenti?”
“Tentu saja~!!” pekikku gemas. “kini kehidupanmu sudah berbeda dengan yang dulu, berubahlah menjadi malaikat yang baik dan suci… melakukan seperti itu bukanlah hal yang suci.”
“Nee arraseo.” Dongwoon menjawabnya dengan suara yang bingung (?) “Bahkan kalau kau yang mengajakku… aku juga tidak boleh menyetujuimu?”
Tiba-tiba wajahku memerah karena perkataan Dongwoon berusan. Betapa memalukan~~ “Tentu saja~!! Kalau kau mau melakukannya lagi, menikahlah dulu denganku. Sehingga kau dapat izin appa ummaku, dan kita…. Bisa punya anak kalau begitu. Aish, kita bicara apa sih?! Sudahlah lupakan saja.”
Dongwoon menahan tawa melihatku yang terdiam dengan muka yang memerah, lalu ia memegang tanganku dan berkata, “Yak, tidak usah malu seperti itu. Noona adalah yeoja chinguku, aku suka noona apa adanya.”
Aku mengangguk angguk dengan wajah masih merona. “Lalu…. Kita akan kemana?”
“Kita ke rumah Doojoon hyung saja, tidak apa-apa kan? Ia pasti kesepian karena Hyunyoung noona sudah meninggalkannya dari musim dingin yang lalu, dan sekarang sudah musim semi. Sudah 2 bulan.”
Belum aku menjawab pernyataan Dongwoon, kami sudah sampai di depan rumah Doojoon oppa yang… sepi dan penuh dengan tong sampah yang penuh dan belum dibuang isinya.
“Dongwoon… kau yakin kan rumah ini masih dihuni?” tanyaku ragu-ragu. “Kau tahu kan Doojoon oppa sering sekali meninggalkan rumah ini. Tapi… kenapa tidak ada papan penjualan ya?”
Dongwoon mengangkat bahunya sambil turun dari motor, “Mollaeyo, kalau perlu kita lihat dulu saja dalamnya.”
Tiba-tiba sesuatu yang hitam datang secepat kilat dan menyambar Dongwwon hingga ia terjatuh. Dan saat kulihat sosok itu, ternyata ia adalah Junhyung oppa.
“Yak oppa, apa yang kau lakukan sampai menabrak Dongwoon seperti itu?!” ujarku kaget sekaligus kesal.
“Babo-ya! kalian bukannya cepat-cepat masuk kerumah, malah mengobrol disini!” seru Junhyung oppa, “Doojoon sedang dalam bahaya!!!”
Junhyung oppa mencoba mendobrak pintu dibantu dengan Dongwoon. Setelah pintu berhasil terbuka, kami bertiga segera saja mencari Doojoon oppa. Dan ternyata….
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!” pekikku terkejut sekaligus takut, saat melihat sosok Doojoon oppa yang tergantung di langit-langit dengan tali yang mengekang lehernya.
“Kenapa malah berteriak?! Ayo bantu aku melepasnya, ia masih hidup!!” seru Junhyung oppa kepada kami berdua. Junhyung oppa melebarkan sayap hitamnya dan terbang untuk melepas tali yang diikat di lampu yang menggantung, sementara Dongwoon menangkap tubuhnya. Doojoon oppa berhasil diturunkan.
“Ayo bernafas… ayo bernafas..” gumam Junhyung oppa sambil menekan nekan leher Doojoon oppa, sesekali memberikan nafas buatan. Aku yang tidak tahu harus bagaimana, menelpon Hyunyoung. Semoga saja ia bisa kemari.
“Oh yeoboseo Minri-sshi. Ada apa?” tanya Hyunyoung tepat saat telepon diangkat.
“Bisakah kau kembali ke rumahmu sekarang?” tanyaku. “Oppamu gantung diri.”

~~~~~

Shin Hyunyoung story…

“Hyunseung oppa, bisakah lebih cepat?? Sungguh, aku takut sekali.” Ucapku sambil mengusap air mata yang dari tadi jatuh ke pipiku.
“Jakkamanyo, sebentar lagi juga sampai.” Jawabnya ikut-ikutan panik. “Lihat, kita sudah sampai di pekarangan dekat rumahmu kan?”
Aku mengangguk dan cepat-cepat keluar dari mobil lalu berlari menuju rumah. Tak kupedulikan Hyunseung oppa yang memanggil manggil, yang penting aku harus bertemu Doojoon oppa terlebih dahulu!
“Silyehabnida~~!! Buka pintunya ppali, ini aku Hyunyoung~!!!” aku mengetuk pintu berkali kali karena panik. Nafasku memburu dan tangisku tidak mereda, hatiku sangat galau karena keadaan ini.
“Oh syukurlah kau sudah datang, Hyunyoung-sshi~!!” ujar Minri yang membukakan pintu dan langsung menarikku menuju kamar Doojoon oppa, “Beliau selamat berkat bantuan Junhyung oppa. Kini dia sudah bernafas dan masih beristirahat.”
Ketika aku sudah berada diujung kamar, kulihat seutas tali tambang yang teronggok di pinggir kamar. Doojoon oppa sudah terbaring di tempat tidurnya, wajahnya masih biru. Aku yang tak sanggup menahan kesedihan ini langsung menghambur dan memeluknya sambil mengeluarkan tangisku.
“Oppaaaaaa~~!!! Kenapa kau lakukan hal seperti ini lagi?! Andaweyo… oppa tidak boleh meninggalkan aku lagi, oppa sudah janji kan?! Jebal oppa, jeongmal mianhae~~!! Uhuhuhuhuhuhu……”
Bisa kurasakan tangan Doojoon oppa mengelus rambutku pelan. Ia tidak bicara, mungkin karena efek tali yang mencekik lehernya. Aku mengambil tangan itu dan menciumnya.
“Mianhanda oppa, aku janji tidak marah lagi. Kita saling memaafkan oke? Niga nomu joahaeyo oppa, jeongmal joahaeyo…” aku menghapus air mataku dan kemudian berkata. “Aku pulang, oppa….”

.....

“Jadi… kau akan pulang mulai hari ini?” tanya Junhyung oppa, “Apa perlu kutemani dirumah?”
Aku menggeleng, “Aku minta tolong Hyunseung oppa saja untuk menemaniku, toh besok ia bekerja di shift siang. Dan lagipula ia namja chinguku sekarang, tentu saja ia harus menemaniku. Hehehehe”
Junhyung oppa hanya mengangguk pelan, sepertinya ia sedang menyembunyikan perasaan entah apa itu. Wajahnya terlihat tidak senang, “Biarpun kau punya namja chingu pun…. Aku tidak peduli, aku akan selalu ada untukmu Hyunyoung-sshi.”
“Mworago?” tanyaku terkejut. “A… aku tahu kalau oppa memang selalu ada disampingku, tapi… aku selalu merepotkanmu. Sekarang aku sudah punya Hyunseung oppa, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi.”
“Aku tidak peduli mau dia ada atau tidak, aku akan selalu bersamamu Hyunyoung.” Jawab Junhyung oppa dengan wajah yang mengeras. “Saranghae Hyunyoung, aku mencintaimu.”
Aku terkejut mendengar perkataan Junhyung oppa barusan. Aku berusaha melepaskan diri darinya, tapi ia seperti menghipnotisku dengan pandangannya dan berkata, “Aku akan jauh lebih berguna dan lebih berharga dibandingan Hyun yang polos dan bodoh itu. Jadilah milikku, Hyunyoung-sshi.”
“Yak!! Junhyung-sshi, apa yang kau lakukan?!” tiba-tiba terdengar suara Hyunseung oppa yang menuju ke arahku dan serta merta ia merebutku dari pegangan Junhyung oppa. “Beraninya kau merebut yeoja chinguku. Jagiya, gwechana?”
Aku mengangguk. “Oppa mianhae, aku hanya menyukai Hyunseung oppa… tidak ada yang lain.”
“Dan aku tidak akan memberikan Hyunyoung untukmu, Junhyung!” seru Hyunseung oppa, “Ingat, kau tidak akan bisa jadi malaikat putih meskipun kau mempunyai kekasih! Apa kau lupa?!”
“Bisa saja,” jawab Junhyung oppa santai. “Lihat saja nanti, Hyunyoung tahu antara siapa yang peduli padanya atau tidak. Tunggu tanggal mainnya, dan kelak nanti aku akan membuatmu menjadi malaikat hitam, Hyunseung.”

Bersambung..