Jumat, 06 April 2012

Incredibly Mission (Level 2)

“Dain-ah, Dain-ah kau harus kuat……. Jangan pergi kumohon,” Kyungsoo membisikkan kata-kata itu kepada tubuh Dain yang tadi tertabrak truk dan terlempar dua meter jauhnya, “Kau tidak boleh pergi, tetaplah disini bersamaku~~”
“Maaf silahkan tunggu disini,” suster menahan tubuh Kyungsoo, namja itu tertunduk lemas sembari duduk di kursi, dari kejauhan Tao berlari menghampirinya dengan wajah pucat.
“Bagaimana keadaan Dain, apa yang terjadi? Bukannya kau tadi mau mengantarnya pulang dan menyatakan perasaanmu saat lewat sungai Han?” tanya Tao dengan wajah gusar, “Kenapa dia bisa tertabrak truk huh?? Kau kan sudah janji akan membahagiakan Dain, tapi…. Kenapa begini, wae? Wae?!”
“Dia menolakku, aku memanggilnya sebelum dia tertabrak tapi ia pakai headset dan….” Wajah Kyungsoo juga pucat, “Maafkan aku, memang benar kata Dain; aku egois,”
“Eo, kenapa dia berkata begitu? Memangnya kau memaksa dia?” tanya Tao, “Kau yang bawa dia kesini?”
Kyungsoo mengangguk pelan, “Aku lari kesini sambil menggendongnya karena kupikir pakai mobil takkan cukup waktunya,” ia membuka kemeja dan tak sengaja melihat darah yang tercetak di punggungnya, “Aigo… morigo apa~”
“Jangan dilihat bodoh,” ujar Tao, “Ngomong-ngomong sudah telepon Chen, Kris gege atau Suho hyung?”
“Aku telepon Chen.” Kyungsoo dari tadi emnjawab pertanyaan Tao dengan wajah tak bersemangat, “Hentikan pertanyaanmu, membuatku semakin sedih.”
“Kyungsoo-ya, Tao!” panggil Chen di depan pintu gawat darurat, “Bagaimana, apa yang terjadi padanya??”
Belum sempat Kyungsoo menjawab, dokter datang. “Siapa yang bertanggung jawab atas nona Hwang Dain?” Chen menunjuk dirinya sembari dokter menjelaskan, “Nona Dain mengalami patah pada rusuk dan tulang paha. Harus segera dioperasi, apa anda setuju?”
Chen mengangguk, “Beliau itu model, tolong lakukan operasinya dengan baik. Jangan sampai terjadi kecacatan atau kegagalan. Saya akan bayar berapa saja asal beliau kembali seperti semula.”
Dokter mengangguk, “Baiklah saya akan membawanya ke ruang operasi.” Jawabnya, setelah beberapa saat tim dokter keluar dari ruang gawat darurat membawa Dain. Kyungsoo dan Tao menggenggam tangan sahabatnya penuh harap.
“Tetap disini arraseo, kau akan jadi model terkenal kalau kau segera sadar,” ucap Tao, sementara Kyungsoo berbisik lagi.
“Jangan pergi, semua orang menunggu……. Dan aku juga,” seiring Dain masuk ruang operasi, dua namja itu menghela napas berat sementara Chen sibuk menerima telpon.
“Nee Suho hyung keadaannya kritis, sekarang sudah masuk ruang operasi,” jelas Chen, “Aku juga tak percaya karena tadi siang beliau masih melakukan pemotretan bersama Kris gege, mohon doanya.”
Tao dan Kyungsoo duduk berdua, lalu Tao bertanya lagi. “Kenapa Dain bilang kalau kau egois, apa yang membuatnya berkata sejahat itu?”
“Dia bilang aku ini namja biasa jadi banyak kemungkinan aku akan dihajar fans, dia bermaksud
melindungku.” Jelas Kyungsoo, “Lalu….. dia tak ingin persahabatan kita bubar karena kami kencan, dia bilang tak ingin menyakiti perasaanmu karena itu dia bilang aku egois.”
Tao menepuk punggung Kyungsoo, “Yeah… kita sama-sama menyukainya kan? Aku mengerti perasaanmu tapi cinta tidak bisa dihentikan, jadi seharusnya Dain tak mengatakan hal seperti itu.”
Kyungsoo menggeleng, “Tetap saja ini kesalahan dan keegoisanku, kalau saja aku tidak bilang… mungkin Dain tak7 mengalami kecelakaan hari ini,”

....

“Tapi saat dirampok, tas-mu diambil juga?” tanya Baekhyun, “Kasihan sekali, kalau HPmu hilang bagaimana Chanyeol bisa menghubungimu kalau ada sesuatu?”
“Em… aku juga tak tahu,” jawab Sera malu-malu. Dain yang berada dalam tubuh Sera jengah dengan kelakuan pemalu dan jantung Sera yang berdebar debar, apa yang dia lihat dari namja ini? wajahnya saja seperti yeoja, batin Dain tak senang. “Mungkin sajangnim bisa kerumahku.”
“Kau yakin?” tanya Baekhyun bingung, “Tumben sekali kau bilang begitu, apa kau siap kalau nanti dia minta yang aneh-aneh?”
“Yak kenapa malah mengajaknya ngobrol?!” seru namja yang baru saja dibicarakan, “Kim Sera, mana laporannya aigo kenapa mengetiknya lambat sekali?! Masih banyak tugas yang harus kau kerjakan dan kau punya kewajiban untuk membelikanku kopi di seberang kantor dasar lambat!!”
“Cho… choisonghabnida, aku belum ter….” Lagi-lagi Dain nyaris keceplosan, “Maksudnya….. aku masih belum sembuh karena baru keluar dari rumah sakit,”
“Tidak usah banyak alasan!!” jawab Chanyeol kasar, ia melempar uang di wajah Sera. “Nih uang untuk beli makan siang, kopinya kau yang bayar sebagai ganti absenmu karena sakit waktu itu. sekarang cepat mengetik!! Baekhyun kau bantu aku ambil laporan lain untuk dikerjakan anak ini.”
Dain mendengus, susahnya jadi yeoja yang tak bisa melakukan apa-apa kalau dibully seperti ini. Lay bilang aku tak bisa mengeluarkan sifatku karena orang sekitar pasti merasa aneh, tapi tidak enak juga kalau dibully terus-terusan seperti ini. batinnya Yasudah pokoknya selesaikan tugas ini lalu kerjakan laporan lain dan jam 12 ke kafe untuk beli makan siang.
“Kim Sera!!” panggil Chanyeol lagi, “Nih tolong diperiksa, kalau ada kesalahan diketik ulang. Oh iya aku tak mau makan siangku terlambat jadi usahakan mengetik cepat atau kau tidak boleh makan siang, arraseo?!”
Dain yang merasa kepalanya akan meledak hanya mampu mengangguk dan kembali mengerjakan tugas, “Apa-apaan ini, kenapa semuanya tidak kumengerti? Bahkan waktu SMA saja aku tidak belajar ini, kemampuan mengetikku juga pas-pasan. Harus bagaimana?”
“Bagaimana kalau kubantu, sepertinya sejak perampokan kondisi psikismu terganggu,” Baekhyun datang lagi dan tentu saja jantung Sera berdebar-debar tanpa Dain kehendaki, “Tapi jangan bilang Chanyeol, nanti kau semakin direpotkan olehnya.”
Sera mengangguk tanpa Dain kehendaki, memang sepertinya ada beberapa keinginan yang tidak bisa dikontrol Dain termasuk masalah perasaan, “Gomawo….. Baekki memang selalu baik,”
“Hahahaha kau bisa saja, ini kan tugas kecil.” Jawab Baekhyun, “Kamu harus kuat mental ya kerja disini soalnya Chanyeol tidak sabaran dan selalu memberikan tugas sulit kepada managernya. Tapi gaji yang dia berikan juga tidak sedikit, jadi… pantaslah.”
Sera mengangguk lagi, “Terus… kalau mau beli makan siang buat sajangnim biasanya dimana, aku agak lupa.”
“Kamu cari kafe di dekat kantor ini, disebelahnya ada restoran cina. Chanyeol biasanya pesan bubur, mie atau sayur tapi kalau dilihat dari perangainya hari ini dia mau makan bubur. Kau harus pintar menebak perasaannya Sera-sshi, dari situ kau bisa pesan makanan yang dia inginkan.” Jelas Baekhyun, “Terus kopi juga seperti itu, jangan lupa gulanya sedikit. Chanyeol tidak suka yang terlalu manis.”
Aku kerja disini bukan untuk menebak perasaannya, kurasa dia memperlakukan Sera dengan galak setiap hari. Mana bisa aku memperkirakannya? Batin Dain setengah hati, “Baiklah, nanti aku akan kesana. Ngomong ngomong sudah selesaikah tugas yang satu ini? aku mau coba mengetik lagi.”
“Oh silahkan,” jawab Baekhyun, “Semangat ya Sera-sshi~”

.....

“Selamat datang~” Sera disapa ramah oleh pelayan bermata sipit dan pipi tebal bagai bakpao, “Oh ternyata Sera-sshi… apa kabar, mana adikmu Sehun?”
“Em… em….. kurasa dia masih di kafe,” Sera menjawab dengan hati-hati, “Aku mau pesan bubur ayam, Xiumin….. Xiumin gege,”
“Eiiii…. Kenapa kau memanggilku sekaku itu?” Xiumin menghela napas, “Duduklah, kurasa kau belum sembuh setelah perampokan dan pelecehan itu. betapa malangnya dirimu,”
Sera mengangguk dan duduk di kursi makan, “Aku mau tanya, sebenarnya kalau aku pesan bubur…. Apa perasaan sajangnim hari ini, apa aku pernah cerita padamu gege?”
“Em… setahuku kau pesan bubur kalau sajangnim sedang emosi, bubur itu akan menenangkannya,” jawab Xiumin sambil menemani Sera, “Nanti kemari saja lagi, beli kopi dulu di kafe-nya Luhan. Dia tahu kopi yang enak untuk sajangnim-mu yang sedang emosional,”
Sera mengangguk lalu keluar dari restoran menuju kafe disebelahnya, “Ah noona, akhirnya kita bertemu lagi hehehe ayo masuk~~” Sehun menarik kakaknya ke dalam kafe, "Luhan hyung, lihat noonaku. Sekarang keadaannya sudah membaik kan?”
“Sera, kau datang kesini? Syukurlah kau masih ingat jalan untuk beli kopi untuk sajangnim-mu~” panggil seseorang dari dapur, sepertinya Luhan. “Apa yang kau pesan di restoran sebelah?”
“Tadi aku pesan bubur ayam, katanya kalau sajagnim sedang emosional dia butuh makanan itu.” jawab Sera mengingat ingat, “Oh iya bikin kopinya….”
“Dengan sedikit gula kan? Sebelum kau jadi managernya dia selalu pesan dengan pola seperti itu,” ucap Luhan dengan senyum manis, “Chanyeol itu langganan kafe dan restoran disini sejak dia kerja di kantor dekat sini. Semenjak ia jadi sajangnim yang sibuk, ia menyuruh orang membelikan makan siang dan kopi sesuai mood-nya…. Ah mungkin aku sudah cerita ya?”
“Em tidak apa-apa….. aku juga sudah lupa mungkin, lebih baik kalau diulang lagi.” Ucap Sera menggaruk kepalanya canggung, “Bagaimana Sehun, apa dia membantu di kafe ini atau malah mengganggu? Maafkan dia ya karena dia masih bocah mungkin dia belum mengerti apa tugasnya,”
“Oh tidak, Sehun sangat membantu disaat pelanggan berjubel. Kemampuannya setara dengan pelayan yang berpengalaman, kan waktu kecil kalian suka bantu-bantu di restoran orang tua kalian?”
Dain mengingat ingat lagi. Beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit, Sehun berceloteh tentang keluarga kami karena ia khawatir aku amnesia meskipun dokter bilang tidak. Kami ini yatim piatu, Sehun kerja di kafe dan aku kerja di kantor sebagai manager seorang sajangnim yang waktu itu menjenguk sekaligus hendak melecehkan dan membully-ku. Waktu kecil kami sering bantu-bantu di restoran almarhum orangtua kami dan restoran itu kujual setelah mereka berdua meninggal, oke fine~
“Hei kenapa malah bengong? Ini kopinya,” Luhan menepuk pundak yeoja itu. “Oh ya jangan lupa kembali kesini untuk menjemput dongsaengmu jam 7 tepat ya?”
Sera mengangguk, “Aku harus kembali ke restoran, xiexie Luhan gege.”

....

“Selamat, kau mengerjakan tugas hari pertama dengan baik,” Lay datang ke mimpi Sera, “Bagaimana, hidup di tubuh orang pemalu tidak selalu buruk kan?”
“Memang sih, tapi aku tetap tak terbiasa!” ujar Dain kembali lagi sifat kasarnya, “Aku lelah jadi pemalu yang cuma bisa diam menahan kemarahan saat bos-nya si Chanyeol itu melempar uang makan siang ataupun kertas-kertas laporan yang seharusnya ia kerjakan tapi malah melimpahkan semuanya padaku!! Aaah micchigettda~!!”
“Hahahahah ternyata kau belum merubah kekasaranmu, maklumlah baru satu hari.” Komentar Lay setenang biasanya, “Pokoknya kau harus laksanakan tugasmu sampai….. yah sampai Sera bisa menikah dengan pria yang wajahnya imut itu.”
“Si Baekhyun? Memang sih dia baik tapi wajahnya jelek sekali seperti perempuan, tidak setampan teman-teman modelku,” komentar Dain, “Lalu sekarang apa yang terjadi dengan tubuhku, apa sudah dikubur di tanah atau dikremasi? Aish….. mana bisa aku kembali kalau begitu?”
Lay menjentikkan jari, “Tidak kok, Kyungsoo menjagamu dengan baik di kamar. Operasinya berhasil dan kau sudah dibawa pulang meskipun masih koma, berterima kasihlah pada Chen yang menyediakan segala fasilitas untukmu.” Katanya, “Dan ngomong-ngomong…. Sera tidak menyukai laki-laki hanya karena wajah, dia jatuh hati karena kebaikan orang itu.”
“Arraseo~ aku dan dia berbeda, dia kan gadis sederhana.” Cibir Dain, “Lalu….. kalau aku sudah berhasil menikahkan anak ini, aku akan kembali ke tubuhku kan? Lalu bagaimana dengan Sera?”
“Tentu saja Sera akan kembali ke tubuhnya setelah kau berhasil menyelesaikan misi.... yang kemungkinan berhasilnya sedikit sekali.” Ucap Lay penuh rahasia, membuat Dain naik lagi emosinya.
“Kenapa kau bilang mustahil untuk berhasil, apa Baekhyun tidak mudah didekati?! Hah kau meremehkanku ya, aku punya banyak cara untuk menarik hati namja!!” sergah Dain jengkel sementara Lay hanya geleng kepala dan menggoyangkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan
“Tidak bisa, itu bukan sifat Sera jadi kau tidak bisa menggunakannya di kehidupan ini,” jawabnya enteng, “Lagipula aku tak meremehkanku, aku bicara yang sesungguhnya. Banyak orang-orang gagal dalam menjalankan misi ini dan jadi arwah penasaran.”
“Cih, mengerikan sekali.” Komentar Dain, “Jadi…. Sera akan kembali ke tubuhnya? Lalu sekarang dia ada dimana, bisakah aku bertemu dengannya?”
Lay menggeleng dengan senyum malaikat, “No no… tidak sekarang, tapi suatu saat mungkin dia akan mengunjungimu dan memberikan nasihat kecil atau semangat. Dia juga punya tugas loh, dia memantau tubuhmu dan melaporkan apa yang terjadi, siapa yang menjengukmu dan lain lain setiap harinya. Dia sibuk sekali~”
“Kenapa dia tidak jadi aku saja?! Ah iya, kan aku tidak minta. akh jinjja…” keluh Dain yang kepalanya pusing karena marah-marah terus, “Lalu…. Bagaimana keadaan ‘Hwang Dain yang terkapar’?”
Lay berpikir sebentar, “Emmmmm…. Hari ini Kris menjenguk dan mendoakanmu supaya cepat sadar, lalu saat orangtuamu pergi kerja Kyungsoo datang menggantikan Tao yang berjaga karena dia tidak kuliah, dia membelikan bunga untukmu. Mau lihat?”
Dain mengangguk lalu Lay memperlihatkan gambar tiga belas bunga Anggrek di sebuah pot warna putih, “Ah….. bunga anggrek, bagaimana dia tahukalau itu bunga kesukaanku?” ucap Dain pelan.
“Kalian kan sahabat dari kecil jadi tentu saja dia tahu, kau ini bodoh atau pura-pura bodoh sih?” ledek Lay yang dibalas oleh sikutan tajam Dain, malaikat itu tertawa melihat tingkah yeoja disebelahnya.
“Padahal aku menolaknya beberapa hari lalu, tapi dia tetap datang dan membawakanku bunga anggrek yang mahal. Yasudahlah mungkin memang kebetulan,” ucap Dain, “Ngomong-ngomong…. gambar ini bagus, apa benar Sera yang melukisnya? Kalau benar berarti kemampuannya hebat sekali ya~”
“Memang…” jawab Lay, “Bagaimana denganmu, kalau kau bisa gambar atau melukis mungkin kau bisa menarik perhatian Baekhyun dengan itu, tugasmu makin cepat selesai kan kalau begitu?”
Seakan baru tersadar dari tidur panjang, Dain membelalakkan matanya. “Oh tentu saja aku bisa gambar, Arraseo…. Lihat saja, aku akan menarik perhatian Baekhyun dengan bakatku lebih cepat daripada dugaanmu Lay!”
“Yasudah kita lihat saja nanti,” jawab Lay enteng, “Ngomong-ngomong…. apa kau merindukanku? Aku janji waktu itu akan menemuimu setiap malam, tapi aku baru sempat hari ini hehehehe eottde?”
Dain mencibir, “Bahkan aku tak punya keinginan untuk merindukanmu dasar malaikat aneh, sudah aku mau tidur. Pergi sana jangan ganggu~”

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar